“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, January 1, 2010

Puncak Everest Yang Penuh Tantangan

Mount Everest adalah puncak gunung tertinggi di dunia dengan ketinggia 29,029 kaki. Bertengger di pegunungan Himalaya, puncak Everest berada di wilayah perbatasan Nepal dan Tibet.


Menyandang puncak tertinggi di dunia, membuat Everest banyak dikunjungi pendaki. Sejak tahun 1920 seorang Inggris bernama Sir George Mallory berhasil menaklukkan puncak everest, sejak saat itu ribuan pendaki mulai berdatangan. Everest bukan puncak yang mudah ditaklukkan. Sejak dimulainya pendakian hingga ekarang ini, ratusan pendaki mati. Bahkan tak sedikit yang jasadnya dibiarkan membeku di Everest.

Anda pecinta alam, suka mendaki gunung, mulai sekarang berhati-hati, siapkan segala sesuatunya , perlengkapan yang memadai serta kondisi badan yang fit .

Bukannya untuk menakut-nakuti, karena rentetan foto berikut bukan untuk Anda dengan nyali kecil ataupun bukan untuk membuat anda kecil nyali. 

Apa yang akan terlihat di sini adalah manusia-manusia yang memiliki angan besar mencapai puncak tertinggi di dunia, Gunung Everest, namun berakhir dengan maut. Kesemuanya memiliki kisah pilu, kesemuanya bahkan tidak dikubur dengan layak dan diiringi isak tangis handai-taulan. Keluarganya pun , tidak akan bisa menemui langsung jasadnya apalagi menguburkannya dengan layak dengan prosesi keagamaan.

Sedikitnya, ada 200 jasad pendaki tersebar di sepanjang lereng di puncak Everest. Berikut foto-foto jasad pendaki yag masih dalam posisi sama saat mereka mati.

Mayat yang tertimbun salju membeku


Mayat tergeletak di tanah bersalju

Mayat Marko Lihteneker
Jasad-jasad membeku yang masih dalam posisi Jasad-jasad membeku yang masih dalam posisi sama saat mereka mati.sama saat mereka mati.

Penyebab kematian Marko Lihteneker: eksposur udara, kelelahan. Pria ini tewas dalam perjalanan turun di tahun 2005. Ia terakhir kali terlihat tengah mengalami masalah dengan masker oksigennya.

Mayat George Mallory

Penyebab kematian George Mallory: jatuh, trauma pada kepala. Mallory adalah salah satu pendaki pertama yang mencoba menaklukkan Gunung Everest. Pendakian dan kematiannya terjadi di tahun 1924 namun tubuhnya baru ditemukan dan diidentifikasi pada 1999. Namun apakah ia berhasil menuju puncak gunung tersebut masih menjadi misteri.

Mayat Hannelore Schmatz

Penyebab kematian Hannelore Schmatz: eksposur udara, kelelahan. Schmatz adalah pendaki perempuan pertama yang tewas di Gunung Everest di tahun 1979. Diyakini bahwa dia tewas karena kelelahan dan paparan udara dingin. Dilihat dari posisi jenazahnya, ia tewas ketika tengah beristirahat, bersandar pada tas punggungnya. Naas, ia tidak pernah bangun dari tidur.

Mayat Francys Astentiev dari USA

Penyebab kematian Francys Astentiev: eksposur udara, pembengkakkan otak. Wanita ini mendaki bersama suaminya di tahun 1998, namun terpisah di perjalanan menuju puncak. Mereka mencoba menemukan satu sama lain tapi gagal. Francys sempat ditemukan dua pendaki lain ketika ia masih hidup. Ia bahkan sempat mengiba dan memohon agar jangan ditinggalkan begitu saja, tapi pendaki-pendaki tersebut tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkannya demi keselamatannya masing-masing.
Francys dan suaminya, Sergei, akhirnya meninggal di gunung itu. Sang suami ditemukan setahun kemudian dan diketahui tewas karena jatuh. Sementara dua pendaki yang bertemu Francys, merasa bersalah seumur hidupnya. Mereka berjanji akan kembali ke Everest untuk memberinya pemakaman yang layak.
Ya, mereka akhirnya kembali sembilan tahun pasca kematian Francys, tepatnya di tahun 2007. Jenazah Francys diselimuti dengan bendera AS dan dipindahkan agar tidak terlihat oleh pendaki lain.

Mayat Tsewang Paljor
Penyebab kematian Tsewang Paljor: paparan udara. Paljor tewas di tahun 1996 kala turun dari puncak gunung. Ia terjebak di badai salju dan akhirnya tewas karena hebatnya paparan udara dingin yang menerpa. Mayatnya hingga sekarang dianggap yang paling tenar karena masih berada di sekitar puncak.
Ia bahkan dikenal sebagai “Green Boots” (Si Sepatu Bot Hijau). Tubuh kakunya menjadi titik patokan bagi pendaki lain untuk mengukur seberapa jauh lagi mereka menuju ke puncak.

Mayat Shriya Shah–Klorfine

Penyebab kematian Shriya Shah–Klorfine: kelelahan. Shah–Klorfine sebenarnya sukses menuju ke puncak di tahun 2012. Ia bahkan menghabiskan waktu 25 menit untuk merayakannya. Tapi nasib naas menanti ketika ia turun. Oksigen yang dibawanya tidak cukup sehingga ia mati kelelahan. Jenazahnya masih ada hingga sekarang, hanya 300 meter dari puncak dan terbungkus bendera Kanada.


Semoga bisa menjadi peringatan buat yang suka mendaki di Puncak gunung.
DK

No comments:

Post a Comment