“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Saturday, August 15, 2015

Ini yang Terjadi di Perut Saat Konsumsi Mi Instan


Mi instan
Makan makanan instan kian populer, terutama bagi mereka yang membutuhkan waktu cepat atau pengeluaran yang kecil, terutama mahasiswa.
Dan mi biasanya menjadi pilihan utama, untuk menghilangkan rasa lapar.

Namun tahukah Anda, jika terlalu sering makan makanan cepat saji ini bisa merusak tubuh kita dari dalam? Selain itu, penyakit-penyakit berbahaya juga kerap mengintai, seperti kanker. Tentunya kita tidak ingin terkena penyakit berbahaya, bukan.

Dr. Braden Kuo dari Massachusetts General Hospital melakukan percobaan pertama, untuk menemukan apa yang terjadi di perut dan saluran pencernaan setelah Anda makan mi instan, terutama mi ramen, dengan menggunakan kamera seukuran pil. Dan temuan itu cukup mengejutkan.

Hasilnya menunjukkan, jika mi ramen dalam perut setelah dua jam setelah konsumsi masih utuh, tidak seperti mi buatan sendiri sebagai perbandingannya. Ini adalah keprihatinan, mengingat banyaknya orang yang mengonsumsi mi instan.

Hal ini membuat tekanan tambahan pada sistem pencernaan Anda, akibat proses yang lama untuk melarutkan makanan, ditambah kurangnya serat dalam makanan instan ini. Demikian juga dengan nutrisi, yang sangat rendah diserap akibat proses mencerna makanan yang begitu lama.

Dalam kasus mi ramen diproses di saluran pencernaan ini, bukan karena nutrisi yang sangat sedikit dalam kandungan mi, melainkan, banyak zat aditif, termasuk pengawet beracun tersier-butil hidrokuinon (TBHQ).

Jika aditif ini tetap dalam saluran pencernaan begitu lama bersama-sama dengan mie sulit break-down, Anda hanya bisa berasumsi apa yang dapat dilakukan untuk kesehatan Anda.

Meskipun TBHQ adalah produk sampingan dari minyak bumi, dan sering disebut sebagai "antioksidan," penting untuk memahami bahwa itu adalah bahan kimia sintetik dengan sifat antioksidan, dan bukan antioksidan alami. Dan banyak ditambahkan dalam makanan, mulai dari biskuit, keripik, dan makanan cepat saji lainnya seperti nugget.

Hal ini juga ditambahkan ke pernis, lak, dan produk pestisida, serta kosmetik dan parfum untuk meningkatkan stabilitas dan mengurangi tingkat penguapan. Hanya satu gram TBHQ dapat menyebabkan: mengigau, sesak napas, mual dan muntah, telinga berdengung (tinnitus), dan pingsan.

Menurut Environmental Working Group (EWG), risiko kesehatan yang berhubungan dengan konsumsi TBHQ secara terus menerus berdasarkan studi hewan meliputi: efek pada hati dengan dosis yang sangat rendah, mutasi positif dari tes in vitro pada sel mamalia, perubahan biokimia pada dosis yang sangat rendah, dan efek reproduksi pada dosis tinggi.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition menemukan bahwa, wanita yang mengkonsumsi mi instan lebih berisiko mengalami sindrom metabolik.

Dan sekitar 68 persen wanita yang mengkonsumsi mi instan lebih dari dua kali dalam seminggu. Dan mereka lebih sering terkena  obesitas, tekanan darah tinggi, peningkatan gula darah, trigliserida meningkat, dan rendahnya tingkat kolesterol HDL.

Salah satu alasan yang cukup kuat untuk menghindari mi instan adalah adanya monosodium glutamat (MSG), yang bisa merusak atau mematikan sel saraf di otak, yang dapat menyebabkan berbagai disfungsi otak, berpotensi mendorong atau memperburuk ketidakmampuan belajar, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, penyakit Lou Gehrig, dan banyak lagi.

Jadi, masihkan Anda ingin mengonsumsi mi instan yang banyak beredar di pasar? Jika Anda peduli dengan masa depan dan kesehatan Anda, stop untuk mengonsumsinya mulai dari sekarang.

No comments:

Post a Comment