Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Hi sobat petualang yang suka membaca cerita ekspedisi pendakian puncak gunung, dalam blog ini penulis ingin berbagi cerita tentang ekspedisi petualangan ke puncak Gunung Tujuh di daerah Kerinci Jambi, Pulau Sumatera.
Perlu diketahui bahwa Gunung Tujuh ini memiliki ketinggian 2,735 meter dari permukaan laut (mdpl) dengan lokasi berada di Wilayah Taman Nasional Kerinci Sablat (TNKS) Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci Jambi, Sumatera. Gunung Tujuh ini merupakan satu dari ketujuh gunung-gunung kecil yang mengelilingi sebuah danau yang dinamakan Danau Gunung Tujuh. Ketujuh gunung tersebut yaitu: 1. Gunung Hulu Tebo (2,525 mdpl), 2. Gunung Hulu Sangir (2,330 mdpl), 3. Gunung Madura Besi (2,418 mdpl), 4. Gunung Lumut (2,350 mdpl), 5. Gunung Selasih (2,230 mdpl), 6. Gunung Jar Panggang (2,469 mdpl) dan 7. Gunung Tujuh (2,735 mdpl).
Sementara Danau Gunung Tujuh tersebut berada di ketinggian 1,950 mdpl yang juga merupakan salah satu danau kaldera tertinggi kedelapan di Indonesia dengan luas 12,000 m2 dengan Panjang 4,5 Km dan lebar 3 km. Ketujuh danau tertinggi lainnya yakni: pertama yaitu Danau Habema (3,321 mdpl) di Gunung Trikora Papua, kedua Danau Kumbang (2,702 mdpl) di Gunung Masurai Kerinci Jambi, ketiga Danau Ranu Kumbolo (2,468 mdpl) di Gunung Semeru Jawa Timur, keempat Danau Tage (2,192 mdpl) di Gunung Deyjay Papua, kelima Dana Ranu Regulo (2,100 mdpl) di Gunung Semeru Jawa Timur, keenam Danau Ranu Pani (2,100 mdpl) di Gunung Semeru Jawa Timur, ketujuh Danau Segara Anak (2,100 mdpl) di Gunung Rinjani Lombok NTB.
Pada awalnya penulis ingin sekali menaklukkan ketinggian Gunung Kerinci (3,805 mdpl) yang saat ini sebagai puncak Gunung tertinggi ke 5 di Indonesia, setelah Puncak Jaya Wijaya/Puncak Cartensz (4,884 mdpl), Puncak Mandala (4,760 mdpl), Puncak Trikora (4,750 mdpl), dan Puncak Pilimsit (4,717 mdpl) yang semua keempat puncak tersebut di Irian Jaya, sementara Puncak Gunung Kerinci di daerah Jambi Sumatera. Akan tetapi dikarnakan faktor utama yaitu waktu dan kesiapan tim yang belum mendukung, akhirnya kami memutuskan untuk melakukan pendakian Gunung Tujuh yang bersebrangan dengan Gunung Kerinci, selain itu juga kami bisa mempelajari kondisi Gunung Kerinci dari penduduk setempat untuk rencana pendakian kami selanjutnya.
Waktu pendakian kali ini sengaja kami incar bertepatan dengan liburan anak sekolah dan liburan Hari Raya Idul Fitri, mengingat jarak dari Bekasi ke Jambi sangatlah jauh, dan juga dikarenakan kami belum memahami lokasi pendakian di Gunung Kerinci tersebut. Dimana untuk rencana pendakian sebenarnya sudah kami persiapkan jauh beberapa bulan sebelum Bulan Ramadhan.
Setiap kali ekspedisi kami yang terdiri dari: aku (Ded), istriku (Bunda), anak laki-lakiku (Deksa), dan kendaraan pribadiku (TORU) yang selalu setia menemani kemanapun ekspedisi kami. Akan tetapi terkadang kamipun disertai saudara atau teman dekat lainnya yang ikut bersama kami di dalam ekspedisi.
Kami memulai perjalanan dari Hari Senin tanggal 11 Jun 2018, kira-kira pukul 20:00 malam melaju dari Bekasi menuju ke Pelabuhan Merak Tangerang yang membutuhkan waktu kurang lebih 2.5 jam perjalanan. Dari Pelabuhan Merak dilanjut menyebrang Selat Sunda menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung menggunakan Kapal Ferry, dengan waktu tempuh kurang lebih 4.5 jam perjalanan. Buat sobat yang menggunakan kendaraan probadi dan belum pernah menyebrang menggunakan Kapal Ferri, sebagai informasi saat ini tariff penyebrangan sebesar Rp. 374,000, - (Update Juni 2018).
Setiba di Pelabuhan Bakauheni Lampung sekitar pukul 03:00 pagi di hari Selasa 12 Jun 2018, dan kamipun sempatkan mampir ketempat kakak kandungku yang perempuan (Mbak Cicik) di daerah Natar Lampung untuk beristirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari Bakauheni ke Natar menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan.
Setiba di Natar tempat Mbak Cicik pukul 05:00 pagi, kami bincang-bincang sebentar dengan keluarga kakakku, kemudian kami beristirahat lumayan lama. Kira-kira pukul 11:00 siang kami melanjut perjalanan kembali ke Kota Palembang. Dalam perjalanan ke Palembang ini kami disertai anak Mbak Cicik yang laki-laki bernama Reka, karena dia juga ingin ikut bersama ekspedisi kami ke Kerinci.
Perjalanan ke Kota Palembang menghabiskan waktu kurang lebih 9 jam melalui jalan lintas timur. Alhamdulillah jalanan ke Palembang terlihat mulus, mungkin karena Hari Raya sehingga pemerintah memperbaiki jalan yang tadinya banyak berlubang dikarnakan para pemudik sebagian besar melewati jalan Lintas Timur tersebut.
Di Kota Palembang kami berencana akan berlebaran disana, karena di Palembang adalah rumah tempat kelahiranku yang saat ini menjadi tempat kami kakak beradik kumpul untuk bersilaturahim satu sama lainnya walaupun kedua orang tua kami sudah tiada. Saat ini keluarga kami masih berduka atas kepergian kakak laki-laki kandungku yang bernama Mas Yan, akibat terkena musibah beberapa bulan yang lalu yang sempat ramai di media masa dan media sosial.
Setiba di Kota Palembang kira-kira pukul 20:00 malam, kami disambut istri dan anak-anak dari almarhum kakak laki-laki kandungku (Mas Yan), mereka terlihat gembira menyambut kedatangan kami. Kakak laki-laki kandungku meninggalkan seorang istri bernama Rohana dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Dimana anak pertama perempuan berusia 11 tahun baru menginjak kelas 8 SMP bernama Rahsya, anak kedua perempuan berusia 10 tahun baru mau menginjak kelas 7 SMP bernama Ria dan yang terkecil laki-laki berusia 2 tahun bernama Tsabit.
Selama berlebaran di Palembang kami bertemu dengan semua kakak beradik kandungku, meskipun kami berbeda lokasi daerah, akan tetapi apabila hari raya kami selalu berkumpul di Palembang. Setelah saling kunjung-mengunjungi dan bertemu semua saudara di hari raya, pada hari raya ketiga tepatnya Hari Minggu tanggal 17 Jun 2018, tepat pukul 11:00 pagi, perjalanan kami lanjut ke Kerinci Jambi.
Toru yang selalu setia menemani ekspedisi |
Personel kami bertambah satu orang lagi yakni adik kandungku perempuan bernama Titin, yang ingin sekalian berliburan ke Kerinci dan juga kembali ke Jambi karena memang dia tinggal bersama suaminya di sana. Jadi total personel ekspedisi kami sekarang menjadi lima orang (Aku, Bunda, Deksa, Reka dan Titin) dan tidak lupa si TORU yang setia mengantarkan kami ke lokasi ekspedisi.
Perjalanan kami pilih dengan rute menuju arah daerah Sekayu, karena daerah tersebut terdekat dibandingkan melewati arah daerah Jambi. Untuk kondisi jalan di Sekayu lumayan banyak yang berlubang, dan ada suatu daerah di pinggiran sungai yang longsor, jadi sobat kudu berhati-hati di jalan tersebut.
Setelah Sekayu kita akan melewati daerah Lubuk Linggau, disinipun juga jalanan banyak yang berlubang. Baru setelah memasuki daerah Sarolangun jalanan mulai membaik dan lurus panjang, karena jalan ini adalah Jalan Lintas Tengah Sumatera. Kemudian setelah daerah Sarolangun, akan melewati daerah Pamenang, Bangko, dan daerah Sungai Penuh. Di Sungai Penuh jalanan mulai berkelok-kelok bahkan ada yang kelokannya sangat ekstrim hampir 30 derajat, karena disini kita mulai memasuki daerah pegunungan Kerinci Jambi, dan ada beberapa jalan yang berlubang hingga pegunungan yang longsor yang memungkinkan ban kendaraan kita tergelincir. Jadi kudu ekstra hati-hati jangan ngebut dan utamakan keselamatan.
Setiba di lokasi tepatnya di daerah Kayu Aro sekitar pukul 01:00 pagi Hari Senin 18 Juni 2018 (kurang lebih total perjalanan kami 14 jam dari Kota Palembang ke Kayu Aro Kerinci). Dari daerah Kayu Aro ini perjalanan kami dari arah barat menuju ke timur. Jadi apabila ingin ke Gunung Kerinci sobat perlu ke basecamp / pos pendaftaran Gunung Kerinci, dengan tanda tugu macan di kiri jalan. Apabila ingin ke basecamp / pos pendaftaran Gunung Tujuh maka harus jalan lagi sekitar 1 km ke arah timur dan di sebelah kanan jalan ada Bank BRI, sebelum Bank BRI ada jalan masuk sekitar 1 km sampai basecamp / pos pendaftaran.
Karena tujuan kami yaitu Gunung Tujuh maka kamipun mencari penginapan di sekitar jalan raya kearah Gunung Tujuh. Pertama kami datangi yaitu Kerinci View Homestay dari jalan raya sebelah kanan (sebelum Bank BRI) kemudian masuk kearah Gunung Tujuh. 700m setelah masuk dimana sebelah kiri jalan akan terlihat Kerinci View Homestay, akan tetapi di sini hasilnya nihil tidak ada kamar kosong.
Lokasi Kerinci View yang sudah full booked |
Kemudian kami keluar jalan raya kembali dari Bank BRI kira-kira 200m kearah barat ada jalan masuk di kiri jalan disitu kami temui Homestay Gunung Tujuh (lokasi depan pasar persis), alhamdulillah disana ada masih menyisahkan 1 kamar yang bisa menampung 2 orang. Dikarenakan saat itu bertepatan dengan liburan lebaran dan liburan anak sekolah maka penginapan hampir semuanya full. Penulis sarankan, sebaiknya sobat semua sudah booking jauh hari sebelum tiba dilokasi, agar tidak pusing mencari penginapan disana. Penginapan disana sangat sedikit, bahkan bisa dihitung dan kamarnya-pun sangat terbatas, sangat jauh berbeda dengan pegunungan di daerah Pulau Jawa dan sekitarnya yang banyak terdapat penginapan ataupun hotel disana.
Pada akhirnya, Bunda dan Titin yang bisa menginap Homestay Gunung Tujuh, karena mereka perempuan, sementara aku, Deksa dan Reka tidur di dalam si TORU yang parkir persis di sebelah kanan Homestay Gunung Tujuh tersebut. Alhamdulillah lumayanlah bisa menghilangkan letihnya perjalanan jauh dari Palembang. Dengan mematikan mesin, dan membuka semua kaca jendela sedikit, kamipun langsung terlelap tidur hingga adzan subuh membangunkan kami keesokan harinya.
Selesai sholat subuh aku, Deksa dan Reka mencari warung terdekat yang menjual sarapan pagi guna mengisi perut yang sudah sangat kelaparan. Kamipun bertiga sarapan diwarung terlebih dahulu, dan tidak lupa aku memesan 2 bungkus nasi untuk Bunda dan Titin yang masih di penginapan. Sebagai informasi, harga makanan di warung pinggir jalan sangatlah mahal, jadi sobat semua sebaiknya bawa perbekalan makanan yang banyak buat mengirit biaya. Karena biaya kami bertiga makan dengan 1 porsi nasi rendang, 2 porsi mie rebus pakai telor ditambah 3 gelas the manis panas serta 2 bungkus nasi rendang habis Rp. 120 ribu.
Setelah acara sarapan selesai maka persiapan pendakianpun dimulai, dimana aku, Deksa dan Reka akan melakukan pendakian, sementara Bunda dan Titin hanya tinggal di penginapan untuk rekreasi ke daerah-daerah terdekat melihat keramaian pasar daerah Kersik tuo juga hijaunya perkebunan di kaki Gunung Kerinci.
Walaupun Bunda dan Titin di penginapan, kami selalu berkomunikasi melalui handphone, saat itu aku menggunakan provider ProXL. Selain ProXL yang bisa menjangkau yaitu Telkomsel karena ada pendaki lain yang menggunakannya dan juga bisa terjangkau dipuncak bahkan di danau. Akan tetapi selain ProXL dan Telkomsel seperti: 3, Indosat atau Smartfren menurut pengakuan pendaki lain kalua di puncak atau di danau Gunung Tujuh tidak ada sinyal sama sekali. Diantara kami bertigapun menggunakan 2 radio komunikasi (Walkie Talkie), guna berkomunikasi satu dengan lainnya apabila ada yang mendahului atau ada yang tertinggal dari rombongan.
Dikarnakan tujuan kami hanya sampai puncak Gunung Tujuh dan turun ke Danau Gunung Tujuh sebentar untuk beristirat sebentar lalu kembali kepenginapan, jadi tidak untuk menginap di puncak ataupun di danau. Untuk itu perbekalan yang kami bawa tidak banyak seperti: flysheet untuk persiapan rebahan saat istirahat dan berteduh apabila turun hujan, kompor gas mini/stove serta tabung gas 235gr, 3 botol air mineral 600ml, makanan ringan, mie rebus, dan telur ayam secukupnya untuk bertiga. Tidak lupa kami menggunakan sepatu khusus pendaki karena medan disaat hujan sangat beresiko licin dan terpeleset, serta jangan lupa jaket anti dingin. Semua peralatan dan perbekalan kami bagi menjadi 2 tas, jadi diantara kami bertiga ada satu orang yang tidak membawa barang satupun, tujuannya untuk saling bergantian apabila ada salah satu dari 2 orang yang membawa tas kecapaian.
Perjalanan pendakian kami mulai dari homestay sekitar pukul 09:00 pagi Hari Senin 18 Jun 2018 menuju ke basecamp / pos pendaftaran, kurang lebih 30 menit perjalanan dari homestay ke basecamp. Penulis sarankan sebaiknya naik ojek saja untuk menempuh perjalanan dari homestay menuju ke basecampnya, lumayan bisa menghemat tenaga 30 menit. Dan lebih baik lagi bawa sepeda motor sendiri, biar bisa naik sampai bumi perkemahan yang jaraknya tinggal 20 menit lagi ke pos 1.
Sebelum tiba di basecamp kita akan menemui simpangan dimana ke arah kiri ke Danau Gunung Tujuh dan kekanan ke arah Air Terjun Pauh Tinggi. Yang kita pilih yaitu ke arah kiri atau ke Danau Gunung Tujuh. Karena sebelum Danau Gunung Tujuh kita akan ke puncak Gunung Tujuh terlebih dahulu.
Arah ke Danau Gunung Tujuh |
Sesampai basecamp pukul 09:30 kami bertiga mendaftarkan diri ke pos pendaftaran, per-orang dikenakan biaya Rp. 10,000, - Perlu sobat ketahui bahwa, setelah penulis bertanya kepada petugas pos pendaftaran dimana kendaraan pribadi seperti mobil dan motor ternyata bisa menginap di lokasi sekitar pos pendaftaran, dan bahkan bisa mendirikan tenda apabila kita ingin bermalam disitu. Dikarnakan kami tidak mengetahui hal tersebut, maka lumayan jauh berjalan dari homestay Gunung Tujuh ke pos pendaftaran hmmm.
Setelah registrasi kamipun memulai perjalanan dengan berdoa sebentar. Pukul 09:40 perjalanan kami lanjut dengan diawali melewati bumi perkemahan, dan disitu ada warung apabila kita ingin membeli makanan ringan atau minuman. Selain itupun di basecamp / pos pendaftaran tadi juga ada warung yang menjual makanan ringan atau minuman.
Basecamp tempat pendaftaran Pendakian Gunung Tujuh |
Perjalanan dari bumi perkemahan akan berujung di suatu taman luas dan disebelah kanannya ada jembatan yang dibawahnya mengalir parit kecil, disitulah awal mula perjalanan menuju pos 1.
Perjalanan menuju Pos 1, tidak begitu sulit hanya beberapa tanjakan melewati perkebunan warga setempat. Pukul 10:00 kami tiba di Pos 1, kurang lebih 20 menit dari basecamp kamipun tiba di pos 1. Kondisi Pos 1 hanya terdapat papan bertuliskan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan sebuah kayu dengan diameter yang lumayan lebar (1 meter) yang sudah roboh dan malang melintang ditengah jalan, akan tetapi di Pos 1 ini tidak terdapat gubuk.
Pintu Gerbang Bumi Perkemahan |
Dengan beristirahat sebentar perjalanan kami lanjutkan ke Pos 2, diantara bumi perkemahan, Pos 1 dan Pos 2, dapat kita temukan sumber air yang mengalir tidak jauh dari jalan. Jadi apabila kita ingin mengirit biaya untuk membeli air mineral, sebaiknya bawa botol air mineral kosong dan kita isi dari sumber air yang mengalir tersebut. Sebagai pendaki sejati air yang langsung diminum dari sumber air pegunungan tidak perlu di masak, karena pengalaman penulis, air tersebut bisa membuat kita menyatu dengan alam sekitar tanpa membuat sakit perut. Bagi yang belum pernah mungkin sedikit perut berkontraksi, akan tetapi lama kelamaan tidak berasa sakit, bahkan membuat tenaga kita pulih kembali. Bisa juga air tersebut ditambahkan dengan serbuk penambah tenaga atau teh sachet biar terasa manis dan segar.
Perjalanan menuju Pos 2, mula menanjak dan licin, kami beberapa kali istirahat untuk mencapainya. Selama perjalanan kami berpapasan dengan beberapa kelompok pendaki yang pergi mendahului kami, karena mereka penduduk sekitar Padang dan Jambi yang semuanya masih bersemangat. Beda hal dengan kami yang datang jauh-jauh dari Bekasi dengan kondisi kelelahan ditambah jalan mendaki lagi. Tentu sobat semua bisa bayangin betapa capeknya kami saat itu. Alhamdulillah pukul 11:00 kami tiba di Pos 2, sekitar 1 jam perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2, disana terdapat gubuk untuk beristirahat, dan ternyata kelompok pendaki yang tadi mendahului kami ternyata terlihat sedang beristirahat di gubuk tersebut.
Perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 |
Setelah 5 menit beristirahat, perjalanan kami lanjutkan ke Pos 3, setahap demi tahap, dengan langkah kaki yang mulai terasa berat, kami terus melaju meskipun rasa haus mulai mencekik leher dan disaat terik matahari diatas kepala semakin terasa. Akhirnya kamipun tiba di Pos 3 pukul 11:40, kurang lebih 40 menit perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 kami lalui, alhamdulillah. Istirahat kurang lebih 10 menit tidak kami lewatkan dengan meluruskan sendi-sendi kaki dan melepas barang bawaan untuk menghilangkan lelah sejenak.
Tiba di Pos 3 |
Keterangan di Pos 3 |
Perjalanan selanjutnya yaitu menuju Pos 4 yang merupakan puncak Gunung Tujuh. Kondisi jalan sedikit sekali bonusnya, kebanyakan jalanan menanjak curam yang sangat tinggi. Setiap papasan dengan para pendaki yang sudah turun gunung kami selalu bertanya “berapa jauh lagi puncak?” para pendaki itu bilang kurang lebih 30 menit sampai 1 jam lagi. Saat itu perbekalan air minum mulai menipis, dan makanan cemilan pun sudah habis. Dengan langkah yang semakin lunglai akhirnya kami tiba juga di Pos 4 pukul 12:50, sekitar 1 jam perjalanan dari Pos 3 menuju Pos 4. Dimana Pos 4 ini merupakan puncak Gunung Tujuh, ditandai dengan patok warna hijau dengan nomor 38. Di Pos 4 kita bisa melihat Danau Gunung Tujuh di kejauhan dibawah sana. Di puncak sini terdapat gubuk dan kira-kira ada 2 shelter untuk mendirikan tenda.
Kami hanya beristirahat sebentar karena perbekalan air minum kami sudah habis, akan tetapi kami tidak terlalu risau akan kehabisan air karena dari puncak tersebut ke Danau Gunung Tujuh sangatlah dekat. Dengan langkah yang cepat kamipun tiba di danau gunung tujuh pukul 13:10, sekitar 15 menit perjalanan menurun dari Puncak Pos 4 menuju danau.
Puncak Gunung Tujuh |
Pemandangan Danau Gunung Tujuh dari atas |
Pemandangan disekitar danau terlihat banyak para pendaki yang sudah dahulu membentangkan tendanya dan ada juga yang sudah ngecamp dari beberapa hari yang lalu. Di danau tersebut juga ada penyewaan perahu yang kita bisa bayar kurang lebih 100-200 ribu/perahu untuk berkeliling danau. Terlihat dipinggiran danau ada beberapa pendaki juga yang memancing ikan disana.
Danau Gunung Tujuh di padati pendaki |
Deksa dan Reka langsung masuk ke danau untuk mengisi perbekalan air minum dan mencuci celana yang sempat kotor selama perjalanan. Akupun bergegas mencari shelter untuk membentang flysheet untuk beristirahat rebahan sambal tiduran. Kurang lebih 10 menit istirahat, kamipun mulai mengeluarkan peralatan masak, untuk membuat kopi jahe dan mie rebus plus telor untuk menghilangkan rasa lapar yang mulai menyerang. Air di danau tersebut, bisa langsung kita minum tanpa harus memasaknya karena sangat jernih sekali.
Tepian Danau Gunung Tujuh |
Setelah makanan dan kopi jahe hangat siap kamipun mulai menyantapnya dengan lahap. Terlihat disekeliling kami banyak hewat tupai yang turun dari pohon ingin mencari sisa-sisa makanan di sekitar tenda para pendaki. Guna menghilangkan letih dan Lelah tidak kami sia-siakan untuk tiduran dibawah rindangnya pohon cemara dipinggiran Danau Gunung Tujuh, dengan saling urut atau pijit satu dan lainnya untuk mengurangi rasa pegal terutama pada betis dan paha kaki, hingga akhirnya kamipun tertidur lelap.
Lelapnya tidur kami akhirnya dibangunkan oleh rerintik hujan yang semakin deras menyirami kami saat terlelap tidur, dengan sigap kami berlindung dibalik flysheet agar tidak basah. Alhamdulillah tidak lama hujanpun segera reda, dan kamipun segera bergegas untuk persiapan kembali naik ke puncak lalu turun gunung. Semua botol air minum kami isi penuh buat perjalanan turun nanti.
Tepat pukul 15:00 (jam 3 sore), kami putuskan untuk turun gunung, mengingat Bunda dan Titin sudah seringkali mengingatkan kami bertiga melalui SMS nya agar kami segera turun supaya tidak terjebak kegelapan malam saat perjalanan turun. Dengan tenaga yang kembali segar bugar setelah beristirahat lumayan lama, kami meluncur turun gunung dengan bersemangat, meskipun kami sempat berhenti sejenak dikarnakan setiba di Pos 2 turun hujan deras, perjalanan kami putuskan untuk berhenti dan berteduh di pondok Pos 2, disana juga terlihat pendaki lain yang sudah berteduh terlebih dahulu. Lebih dari 10 menit berteduh akan tetapi hujanpun tidak berhenti, akhirnya kamipun lanjut perjalanan turun dengan kondisi basah kuyup. Dan alhamdulillah akhirnya kamipun tiba di homestay kembali dengan selamat pukul 17:00 (jam 5 sore).
Setiba di homestay kami langsung menuju tempat pakir Toru, akupun langsung mencari Bunda dan Titin yang sedang sholat Maghrib di masjid tidak jauh dari homestay, sementara Deksa dan Reka menunggu di parkiran. Setelah bertemu Bunda dan Titin dimasjid, kami bertiga langsung bergegas kembali ke parkiran. Kemudian kamipun semua bersalin pakaian karena kotor dan basah kuyup dengan pakaian yang bersih. Tidak lupa menempelkan beberapa koyo di betis dan paha agar tidak keram dijalan setelah perjalanan pendakian seharian.
Jadi secara keseluruhan perjalanan dari homestay menuju Danau Gunung Tujuh yang melalui Puncak Gunung Tujuh membutuhkan waktu 4 jam perjalanan (dari pukul 09:00 pagi hingga pukul 13: 10) dan perjalanan turun hanya membutuhkan waktu 2 jam perjalanan (dari pukul 15:00 hingga pukul 17:00). Akan tetapi jika dihitung dari basecamp menuju Danau Gunung Tujuh hanya membutuhkan waktu 3.5 jam. Sementara turunnya hanya memerlukan waktu 1.5 jam dari Danau Gunung Tujuh ke basecamp. Semoga bisa menjadi referensi buat sobat pendaki lainnya.
Perjalanan selanjutnya dari parkiran homestay kami lanjutkan ke Jambi untuk mengantarkan Titin kembali kerumahnya, dan setelah itu kembali ke Palembang sebentar untuk istirahat serta berpamitan dengan Kakak laki-laki tertua (Mas Adi) dan lanjut ke Lampung untuk mengantarkan Reka kembali kerumahnya, setelah itu kembali ke Bekasi. Alhamdulillah perjalanan kami sampai di rumah dengan selamat tidak ada kekurangan satu apapun.
Demikianlah kisah ekspedisi kami ke Gunung Tujuh Kerinci daerah Jambi Sumatera, semoga bisa menjadi inspirasi dan pengetahuan bagi sobat pendaki lainnya yang ingin mendaki Gunung Tujuh Kerinci.
Semoga bermanfaat buat sobat pendaki lainnya yang ingin mendaki Gunung Tujuh Kerinci Jambi.
Wassalam,
DK
No comments:
Post a Comment