“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Thursday, October 11, 2018

Likuifaksi Palu Apakah Adzab Allah?

Gambar setelah Likuifaksi di Palu Sulawesi diambil dari satelit

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Para pembaca budiman, tentu kita sangat sedih melihat saudara kita yang ada di Palu, Donggala Sulawesi Tengah sana, karena mereka sudah di landa gempa bumi, tsunami, kemudian secara tiba-tiba rumah, harta bahkan jiwa tiba-tiba lenyap ditelan bumi. Dahsyatnya guncangan gempa Magnitudo 7,4 skala richter pada hari Jumat 28 September 2018, meluluh lantahkan sebagian kota Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah.

CATATAN SEJARAH ISLAM

Masih teringat di benak kita saat Allah mengkisahkan kaum N Luth AS dan Qarun yang tertelan bumi di dalam Al Qur'an, kini di Palu ribuan rumah tertimbun akibat gempa di Balaroa dan Petobo, 5.000-an orang belum ditemukan.

Al-Qur`an menceritakan kehancuran kaum Nabi Luth ‘alaihissalam yang diazab karena perilaku homoseksualnya.

فَخَسَفۡنَا بِهِۦ وَبِدَارِهِ ٱلۡأَرۡضَ فَمَا كَانَ لَهُۥ مِن فِئَةٖ يَنصُرُونَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُنتَصِرِينَ  ٨١ [ القصص:81-81]
Artinya, “Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS: Al-Qashash, 81).

Umat Nabi Luth ‘alaihissalam yang durhaka akhirnya diazab dengan gempa bumi yang sangat dahsyat. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam firman-Nya berikut:

Maka, tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Huud[11]:82)

Demikianlah kaum yang durhaka itu dimusnahkan. Sedangkan, Nabi Luth ‘alaihissalam bersama para pengikut dan keluarganya, diselamatkan dari azab yang dahsyat, kecuali istrinya yang termasuk durhaka.


BENCANA ADALAH ADZAB ALLAH

Allah telah berjanji takkan pernah membinasakan sebuah kota melainkan disebabkan penduduk kota tersebut dalam keadaan melakukan perbuatan zalim yang sifatnya masif.

 “Dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman,” (QS. Al Qhashash: 59)

Demikian pula sebuah negeri yang penduduknya banyak berbuat zalim, maka Allah akan menimpakan azab yang pedih dan keras, entah berupa bencana alam ataupun bentuk azab lainnya.

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras,” (QS Huud:102)

Berhati-hatilah jika kita termasuk ke dalam golongan yang Allah berikan kesempatan untuk merasakan hidup mewah di sebuah negeri, karena jika kita melakukan kedurhakaan pada Allah, maka hal tersebut dapat menjadi alasan bagi Allah untuk menghancurkan negeri tersebut sehancur-hancurnya.

 “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (QS. Al Isra’ : 16)

عن أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه وسلم قالت: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “إذا ظهرت المعاصي في أمتي، عَمَّهم الله بعذاب من عنده” . فقلت: يا رسول الله، أما فيهم أناس صالحون؟ قال: “بلى”، قالت: فكيف يصنع أولئك؟ قال: “يصيبهم ما أصاب الناس، ثم يصيرون إلى مغفرة من الله ورضوان“

“Dari Ummu Salamah, istri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: Jika maksiat telah menyebar diantara umatku, Allah akan menurunkan adzab secara umum”. Ummu Salamah bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka ada orang shalih? Rasulullah menjawab: Ya. Ummu Salamah berkata: Mengapa mereka terkena juga? Rasulullah menjawab: Mereka terkena musibah yang sama sebagaimana yang lain, namun kelak mereka mendapatkan ampunan Allah dan ridha-Nya” (HR. Ahmad no.27355. Al Haitsami berkata: “Hadits ini ada 2 jalur riwayat, salah jalurnya diriwayatkan oleh para perawi yang shahih”, Majma Az Zawaid, 7/217 )


BENCANA LIKUIFAKSI PALU

Peristiwa benda lenyap ditelan bumi tersebut dikenal dengan Likuifaksi (liquefaction) atau "tanah yang mencair". Peristiwa tersebut terjadi di Kompleks Petobo, Balaroa, Palu, dan Jono Oge Sulawesi Tengah. Area seluas 47,8 hektare hancur karena likuefaksi. Sekitar 1.747 rumah, 744 kampung Petobo ambles bersama segala isinya, termasuk manusia-manusia di dalamnya. Pengertian "Likuifaksi" sendiri adalah penurunan tanah akibat memadatnya volume lapisan tanah. Biasanya dipicu oleh gempa bumi di zona dengan tanah yang mengandung banyak air. Sehingga mengakibatkan tanah kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat tekanan, dan rongga tanah jadi lebih longgar yang akhirnya membuat tanah menjadi lumpur. Kejadiannya berupa semburan air keluar dari dalam tanah memancar seperti air mancur. Secara sederhana proses likuifaksi terjadi karena tanah memadat karena gempa, membuat air terperas keluar lalu mengalir membawa tanah seolah hanyut.


Setelah mengalami likuifaksi, tiga kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yaitu Petobo, Balaroa dan Jono Oge akan ditutup dan tak lagi dijadikan hunian masyarakat. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pemerintah berencana membangun ruang terbuka hijau dan monumen untuk dijadikan sebagai tempat bersejarah.

"Lokasi likuifaksi itu akan ditutup dan akan dijadikan ruang terbuka hijau serta memorial park atau tempat bersejarah dan akan dibangun monumen," kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (9/10/2018).

Berikut detik-detik video terjadinya likuifaksi di Palu diambil dari satelit:



LATAR BELAKANG SEBELUM GEMPA

Apabila kita flashback kebelakang sebelum terjadinya gempa, adalah Festival Nomoni yang menyedot perhatian masyarakat persis ketika gempa Palu terjadi. Warga ketika itu berkumpul di Pantai Talise untuk menyaksikan pagelaran tersebut sebelum gempa dan tsunami meratakan kota. Festival Pesona Palu Nomoni  (FPPN) 2018 yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 28 - 30 September 2018 di Palu. Acara ini akan dipusatkkan di Sepanjang Pesisir Teluk Palu, dimulai dari ujung Hotel Wina Pantai sampai ujung menuju belokan menuju Swiss Bell Hotel.
Festival Pesona Palu Nomoni  (FPPN) 2018 diselenggarakan Pemerintah Kota Palu dan didukung oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Kementerian Pariwisata dengan tujuan mengungkap kembali kearifan budaya masa lalu yang sudah ratusan tahun tenggelam, kemudian dimunculkan kembali dibalut dengan kemasan atraksi seni pertunjukan yang mengangkat kembali nilai-nilai kebudayaan yang arif dan luhur.

Selain untuk melestarikan tradisi masa lalu, Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) 2018 juga dijadikan menjadi media promosi pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah. Tercatat, dalam acara Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) mampu menyedot 800 ribu wisatawan yang termasuk 500 ribu wisatawan mancanegara.

Selama 3 hari penyelenggaraan, Festival Pesona Palu Nomoni  (FPPN)2018 akan diisi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya termasuk pertunjukan seruling tradisional kolosal lalove dan panggung tradisional gimba di sepanjang teluk Palu, ritual adat Balia dari Suku Kailii. Selain pertunjukan seni dan budaya, acara ini juga direncanakan akan dimeriahkan dengan acara olahraga yang seru seperti lomba marathon internasional,  lomba berenang, lomba perahu tradisional sandeq, dan lain-lain.

Jembatan kuning hancur luluh lantah diterjang gempa dan tsunami

Beberapa masyarakat Palu mengatakan sejak diselenggarakan secara rutin setiap tahun mulai 2016, Palu Nomoni senantiasa menghadirkan peristiwa alam. Pada 2016, lanjutnya, terjadi gempa di daerah Bora dan Sigi Biromaru. Kemudian, pada 2017, terjadi angin kencang dan hujan deras di Talise. Sedangkan pada 2018, terjadi gempa dan tsunami yang melanda tiga wilayah.

Sejumlah korban gempa menyuarakan kekecewaannya terhadap ritual balia yang dihadirkan dalam festival tersebut. Warga menganggap salah satu adat suku Kaili itu sebagai penyebab terjadinya gempa Palu. Beberapa di antara mereka menganggap ritual balia sebagai musyrik.

Salah satu warga yang bernama Iki, warga Kelurahan Lere, Palu Barat. Dia mengaku kecewa dengan ritual balia yang sudah lama punah, belakangan dihidupkan kembali dalam Festival Palu Nomoni di era kepemimpinan wali kota dan wakil wali kota, Hidayat dan Sigit Said Purnomo alias Pasha Ungu.

Iki sedikit mempercayai bencana gempa dan tsunami yang melanda wilayah Sulteng disebabkan oleh ritual balia dalam Palu Nomoni."Saya kecewa dan orang-orang juga pada bilang gara-gara itu (Palu Nomoni). Saya sendiri meski yakin ini musibah, tapi sedikit percaya juga sepertinya ini gara-gara Nomoni itu," kata Iki saat ditemui di pinggir Pantai Mamboro, Palu Utara, beberapa waktu lalu (4/10).

Warga Palu lain, Mudar, senada dengan Iki. Dia mengatakan sejak diselenggarakan secara rutin setiap tahun mulai 2016, Palu Nomoni senantiasa menghadirkan peristiwa alam.

Pada 2016, lanjutnya, terjadi gempa di daerah Bora dan Sigi Biromaru. Kemudian, pada 2017, terjadi angin kencang dan hujan deras di Talise. Sedangkan pada 2018, terjadi gempa dan tsunami yang melanda tiga wilayah. "Baru diadakan tiga kali dan selalu terjadi peristiwa ketika pembukaan Palu Nomoni," ujar Mudar.


SEJARAH RITUAL BALIA

Ritual balia biasanya dilakukan oleh masyarakat adat yang percaya api dapat mengusir penyakit.

Tercatat ada sepuluh ritual yang harus dilakukan dalam prosesi balia yang terdiri atas ritual pompoura atau tala bala'a, ritual adat enje da'a, ritual tampilangi ulujadi, pompoura vunja, ritual manuru viata, ritual adat jinja, balia topoledo, vunja ntana, ritual tampilangi, dan nora binangga.

Berbagai ritual tersebut dapat memakan waktu hingga tujuh hari tujuh malam, tergantung tingkat keparahan penyakit yang ingin diobati.

Prosesi dimulai dengan persiapan berbagai bahan upacara mulai dari dupa, keranda, buah-buahan, hingga hewan kurban seperti ayam, kambing, atau kerbau tergantung kasta sang penyelenggara prosesi.

Ketika persiapan rampung, pawang yang harus dibawakan oleh laki-laki mulai menyebut jampi dan mantra. Ia menyebutkan berbagai mantra untuk memanggil arwah dan memberikan sejumlah sesajian berbeda pada tiap prosesi yang diletakkan dekat dupa.

Tarian khas balia juga harus terus dilakukan menemani orang sakit yang diusung hingga acara puncak, penyembelihan hewan kurban. Hewan kurban tersebut adalah simbol harapan kesungguhan atas kesembuhan.

Sejarawan dari Universitas Tadulako, Andriansyah Mahid, menjelaskan bahwa ritual balia kerap dilaksanakan sebelum agama Islam masuk ke Sulteng. Menurutnya, ritual itu dilakukan karena masyarakat suku Kaili masih menganut animisme dan dinamisme kala itu sehingga masih percaya pada kekuatan roh nenek moyang.


PELAJARAN BUAT KITA

Dari beberapa kejadian bencana alam yang terjadi di bumi kita tersebut, itu adalah bukti peringatan keras dari Allah agar kita selalu bersukur kepadanya, dan tidak berbuat sirik atau menduakannya dengan berbagai acara sesajen kepada makhluk lain selain Allah. Acara Nomoni tersebut biasa juga disebut acara Larung laut, yang pada dasarnya memberikan sesajen kepada penunggu laut. Maka dari itu Allah subhanallahi wata'ala murka atas kelakuan sirik tersebut.

Penulis juga sempat membaca artikel kenapa gempa yang beberapa waktu lalu terjadi di Lombok NTB, yaitu karena ada beberapa pendaki yang berbuat tidak semestinya di Gunung Rinjani tersebut, sehingga Allah timpakan musibah berupa gempa yang berkali-kali hingga membuat longsor jalur pendakian Gunung Rinjani tersebut.

Allah mengajarkan dalam al-Quran,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Semua musibah yang menimpa kalian, itu disebabkan kemaksiatan yang kalian lakukan. Dan Dia telah mengampuni banyak dosa.” (QS. as-Syura: 30).

Penulis hanya bisa memberi saran apabila kita berada di lokasi terjadi bencana alam, apakah itu gempa, tsunami, banjir, likuifaksi atau lainnya, sebaiknya kita perbanyak istighfar dan zikir kepada Allah. Karena hanya dengan dzikir yang bisa meredam murka Allah. Wallahu'alam.

Ada 2 sebab Allah tidak menurunkan adzab bagi umat manusia ketika di dunia. Sebab pertama telah tiada, sebab kedua, masih ada hingga akhir zaman. Allah berfirman,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Allah tidak akan menyiksa mereka selama kamu ada di tengah mereka. Dan Allah tidak akan menghukum mereka, sementara mereka memohon ampun.” (QS. al-Anfal: 33).

Semoga bermanfaat,
DK


Sumber:


No comments:

Post a Comment