“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, June 14, 2019

Ekspedisi Gunung Selamet, Jawa Tengah


Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhu,
Buat sobat petualang yang tidak pernah bosen membaca artikel ekspedisiku yang kesekian kali ini. Aku (DK) bersama keluargaku yaitu Bunda (istriku), Deksa (anakku) dan Azura (anak laki-laki kakak perempuanku) tidak lupa juga si Toru kendaraan yang selalu setia menyertai petualangan kami, dalam ekspedisi menuju Puncak Gunung Slamet via Bambangan Purbalingga Jawa Tengah.

Di pagi Hari Raya Iedul Fitri 1 Syawal 1440 Hiriyah yang bertepatan dengan hari Rabu tanggal 5 Juni 2019, dengan tidak lupa memakan beberapa butir kurma dan seteguk air putih, aku dan anak laki-lakiku bergegas pergi ke lapangan tidak jauh dari rumah untuk menunaikan sholat Iedul Fitri setelah satu bulan lamanya menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Sementara bunda yang saat itu sedang berhalangan dan juga azura tidak ikut sholat ied.

Sepulang sholat ied kami melanjutkan sarapan pagi dengan menu istimewa di hari raya yaitu ketupat, opor ayam, rendang dan sambal kentang, yang mungkin menu ini memang sangat jarang kami rasakan kalau tidak di hari raya, maklum hehehe...


PERSIAPAN

Selepas sarapan tibalah saatnya persiapan peralatan, bekal, dan kendaraan ekspedisi kami. Aku langsung mencuci Toru dan dilanjutkan mempersiapkan peralatan camping yang akan dibawa. Sementara Bunda sibuk dengan menyiapkan bekal dan pakaian, disisi lain Deksa anakku mempersiapkan pakaian dan peralatan pribadinya sendiri.

Dengan mengucap bismillah, kurang lebih pukul 14:00 siang kami meninggalkan rumah tercinta di daerah Bekasi Timur yang terlebih dahulu menyambangi rumah bapak mertuaku (Pak Sunarto) yang ingin ikut berlebaran di daerah Gemolong, Seragen, Jawa Tengah.


LIBUR LEBARAN

Perjalanan kami tempuh melalui tol Cipali kurang lebih memakan waktu 15 jam, dikarenakan hari itu lebaran pertama, dan sepertinya semua orang berpikir bahwa saat lebaran sepi, ternyata malah sebaliknya ramai padat, karena semua orang mudiknya bersamaan di hari pertama iedul fitri tersebut. Singkat cerita tiba di rumah Pak Lek Min, saudara dari istriku di daerah Gemolong Seragen Jawa Tengah, kira-kira pukul 5 pagi di hari Kamis 6 Jun 2019.


Dengan beristirahat untuk tiduran sebentar guna menghilangkan lelah setelah perjalanan jauh yang melelahkan, kamipun melanjutkan perjalanan untuk bersilaturahmi keliling rumah saudara dari istriku di daerah Gemolong Seragen, dan juga keliling ke tempat beberapa teman-temanku kerja dulu di daerah Solo. Hingga larut malam akhirnya kami kembali ke rumah Pak Lek Min untuk beritirahat sebelum besok memulai ekspedisi.


EKSPEDISI DIMULAI

Keesokan harinya hari Jum’at 7 Jun 2019 setelah menunaikan sholat Jum’at kurang lebih jam 13:00 siang kami berpamitan pada Pak Lek Min, untuk melanjutkan perjalanan kami ke daerah Batu Raden. Karena perjalanan dari Gemolong ke Batu Raden memakan waktu 5 jam. Sekitar pukul 18:00 sore akhirnya kami tiba untuk bermalam di Hotel Puriwisata Baturaden.

Alhamdulillah malam itu kami bisa beristirahat dengan tenang karena suasana hotel yang sangat adem karena berada dibawah kaki Gunung Slamet. Lokasi hotel yang sangat asri, dan berada dipinggir jalan persis. Yang membuat aku dan keluargaku nyaman adalah fasilitas hotel yang lumayan lengkap sesuai dengan harga sewanya. Aku, Azura dan mertuaku bisa nonton televisi 32inch dengan acara TV kabel, sementara bunda dan Deksa nyaman dengan dengan HP-nya yang terhubung WIFI gratisan dari hotel.


TIBA DI BASECAMP

Hari sabtu pagi tanggal 8 Jun pukul 08:00, setelah selesai sarapan aku, Deksa dan Toru berpamitan kepada bunda, bapak mertua dan Azura yang tidak ikut ekspedisi pendakian, mereka hanya beristirahat di hotel menunggu aku dan Deksa pulang. Targetku harus sudah tiba di hotel kembali sebelum jam 12:00 siang keesokan harinya, karena rencana pendakian, aku targetkan hanya sehari semalam, mengingat keterbatasan waktu.

Perjalanan dari hotel menuju basecamp, kurang lebih 2 jam, setiba di basecamp pukul 10:00 aku mencari tempat penitipan Toru, dan kami diberi petunjuk dari warga setempat untuk dititipkan disalah satu parkiran warga dengan biaya penitipan Rp. 50,000 per malam. Perlu sobat ketahui bahwa untuk mendaki Gunung Slamet via Bambangan Purbalingga dibutuhkan beberapa dokumen diantaranya: photo copy KTP, dan surat keterangan sehat dari puskesmas terdekat. Seperti biasa sudah dari jauh hari dokumen tersebut sudah ku persiapkan agar tidak menghambat saat proses registrasi di basecamp.

Pangkalan ojek sebelum menuju Pos 1

Setelah selesai menitipkan Toru dan persiapan peralatan serta registrasi di basecamp akhirnya kira-kira pukul 10:45, dengan diawali doa dan bismillah, aku dan Deksa memulai pendakian. Perjalanan dimulai melewati pintu gerbang pendakian Gunung Slamet, menyisir kebun warga setempat, dan tiba di pangkalan ojek yang sobat bisa pesan dari basecamp dengan biaya sekitar Rp.10,000. Kalau dibandingkan dengan jalan kaki dari basecamp ke pangkalan ojek hanya memakan waktu 15 menit, jadi jaraknya hanya dekat sekali. Pangkalan ojek tersebut biasanya dipakai para pendaki saat turun gunung, bagi siapa yang sudah letih, mungkin sebaiknya naik ojek hingga penitipan kendaraan.


MENUJU POS 1 (Pondok Gembirung / Gardu Pandang 1935 mdpl)

Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 memakan waktu sekitar 1.5 jam. Sekitar pukul 12:30 aku dan Deksa tiba di Pos 1 (Gardu Pandang). Buat sobat yang perbekalannya terbatas, bisa membeli air dan makanan di Pos 1 ini, karena mengingat sumber air baru akan kita temui saat di Pos 5. Di sekitar Pos 1 banyak terdapat shelter yang bisa kita jadikan untuk berteduh apabila hujan turun tiba-tiba.

Mungkin buat para pendaki yang malas untuk membawa bekal makanan atau minuman karena berat, sebaiknya menyiapkan banyak uang untuk membeli makanan dan minuman di tiap pos. Kamipun sempatkan membeli beberapa potong semangka dan memesan es teh manis untuk menghilangkan dahaga. Setelah merasa segar kembali, kamipun melanjut perjalanan yang melewati jalan tanah penuh tanjakan.
Pos 1 Gardu Pandang

TIBA DI POS 2 (Walang)

Selangkah demi langkah akhirnya tiba juga kami di Pos 2 pukul 13:30, berarti perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2 hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Perlu sobat ketahui bahwa, khususnya bagi para pendaki pemula, dimana trekking Gunung Slamet ini sedikit sekali bonusnya, jadi hampir semua jalur penuh dengan tanjakan, hanya beberapa meter saja bisa kita rasakan jalan yang mendatar.

Tanjakan menuju Pos 2

Jadi sebaiknya kita tidak usah terlalu ngoyo untuk cepat-cepat sampai, sebaiknya apabila napas sudah tersengal-sengal ada baiknya berhenti untuk menenangkan detak jantung terlebih dahulu. Dan yang terpenting, setiap berhenti sebaiknya jangan terlalu banyak minum air, cukup 1 atau 2 teguk air sudah cukup untuk sekedar membasahi kerongkongan. Karena apabila terlalu sering minum air, maka akan menjadi kebiasaan yang membuat semakin berat untuk berdiri, melangkah, bahkan malas bergerak dan yang pasti akan mengurangi perbekalan air minum.


TIBA DI PERSIMPANGAN (Bambangan dan Dipajaya Pemalang)

Dari Pos 2 perjalanan kami lanjutkan, ditengah perjalanan kami banyak berpapasan dengan para pendaki lain yang sedang beristirahat, bahkan ada pendaki lain yang saling susul menyusul dengan kami. Kamipun tidak menghiraukan para pendaki yang mendahului kami, karena kami lebih mementingkan menjaga stamina fisik untuk bisa selamat sampai tujuan dengan kondisi sehat walafiat.

Peresimp Bambangan-Dipajaya Pemalang

Apabila aku kecapean, maka Deksa pun ikut berhenti, dan sebaliknya, pada intinya apabila satu dari kami ada yang berhenti maka yang lainnyapun harus ikut berhenti. Terkadang jarak antara aku dan Deksa terpisah lumayan jauh karena Deksa tenaganya masih kuat, sementara aku sudah merasa lebih tua dengan kondisi fisik saat ini, akan tetapi kami tetap bisa berkomunikasi dengan radio walkie talkie untuk mengingatkan satu dengan lainnya.

Tidak terasa akhirnya sekitar pukul 14:30 kamipun tiba di sebuah persimpangan antara jalur pendakian via Bambangan dan via Dipajaya Pemalang. Jarak tempuh dari Pos 2 hingga tiba di persimpangan ini kurang lebih 1 jam.

Menurut informasi para pendaki lainnya, dimana setelah melewati Pos 2 menuju persimpangan ini kita akan melewati 2 buah pohon besar yang menurut mitos kedua pohon tersebut adalah pintu gerbang menuju alam ghaib bagi yang bisa melihatnya dengan mata batin. Lokasi di persimpangan ini pun bisa digunakan untuk mendirikan tenda karena banyak lahan datarnya, khususnya bagi para pendaki yang kemalaman untuk melanjutkan perjalanan.


TIBA DI POS 3 (Pondok Cemara 2510 mdpl)

Selama perjalanan dari persimpangan, rute yang kami lewati penuh dengan tanjakan dan tanah bebatuan, alhamdulillah saat itu cuaca sangat bersahabat sehingga perjalanan kami tanpa ada halangan rintangan. Terkadang perjalanan kami terhenti setiap beberapa langkah dikarenakan tanjakan dan pengaturan nafas yang sudah mulai terasa kelelahan.

Langkah demi langkah dan beberapa pendaki lain yang berpapasan dengan kami membuat perjalanan kami merasa nyaman meskipun di daerah tersebut adalah kali pertama kami menginjakkan kaki. Selama perkataan dan perbuatan yang selalu kami jaga, dan doa kepada Allah yang membuat lancar perjalanan kami.

Kurang lebih 1 jam perjalanan, kami tiba di Pos 3 (Pondon Cemara) pukul 15:22. Terlihat disekitar Pos 3 tersebut sudah berdiri beberapa tenda untuk bermalam disana, dan banyak pendaki lain yang beristirahat di sekitar Pos 3 tersebut guna beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pos 4.


Di Pos 3 sobat petualang tidak usah khawatir kehabisan bekal, khususnya air minum, karena disana ada warung yang buka disaat pagi hingga jam 7 malam. Disana kamipun sempatkan membeli teh manis hangat dan minuman larutan berenergi guna menambah stamina. Di warung tersebut ada gorengan, buah semangka, bahkan nasi bungkus apabila sobat kelaparan.


TIBA DI POS 4 (Samarantu)

Setelah beristirahat sejenak perjalanan kami lanjutkan dari Pos 3 menuju Pos 4. Selama perjalanan menuju Pos 4 selalu kami temuin tanjakan tanah bebatuan yang menguras tenaga dan membuat nafas terengal-engal. Ada beberapa bonus trek datar yang membuat kami merasa nyaman saat melangkahkan kaki yang semakin berat ini. Untuk itu kita harus menjaga nafas kita dan tidak perlu terlalu ngoyo untuk mencapai puncak, karena tidak akan lari gunung walau dikejar.

Plang Pos 4 (Samarantu)

Dengan menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam, kamipun tiba di Pos 4 pukul 16:22. Di Pos 4 ini kami tidak beristirahat lama, melainkan hanya mengambil dokumentasi photo sesaat, setelah itu melanjut perjalanan. Disekitar Pos 4 ini terdapat lokasi tanah lapang yang bisa dijadikan shelter untuk mendirikan dekitar 3-4 tenda. Akan tetapi, kebanyakan para pendaki yang sudah tau lokasi ini, pada enggan bermalam di pos 4 ini kalua tidak terpaksa, dikarenakan menurut nama tempat Pos 4 tersebut yaitu Samarantu yang berarti hantu yang samar. Maka kebanyakan orang yang bermalam di sekitar Pos 4 tersebut biasanya suka dibayang-bayangi dan bahkan yang bisa lihat dengan mata bathin, bahwa di tempat tersebut akan terlihat banyak penampakan makhluk astral yang tak kasat mata.


SINGGAH DI POS 5 (Samhyang Rangkah 2650mdpl)

Melihat waktu menunjukkan pukul 16:22 sedari Pos 4, perjalanan kami lanjutkan menuju Pos 5. Alhamdulillah perjalanan tidak banyak tanjakan yang kami lalui sehingga kami tiba di Pos 5 pukul 17:00 apabila dihitung perjalanan kami dari Pos 4 membutuhkan waktu 38 menit. Secara keseluruhan dari basecamp memerlukan waktu 6 jam 15 menit.

Peta lokasi di Pos 5

Di lokasi pos 5 terdapat sebuah gubuk yang lumayan besar cukup untuk menampung 10 orang didalamnya, disekitar gubuk tersebut pun terdapat tanah datar yang bisa dijadikan shelter untuk mendirikan sekitar 10 tenda. Pos 5 ini merupakan tempat favorit untuk ngecamp sebelum summit ke puncak di pagi harinya. Karena disekitar lokasi ini terdapat sumber air yang mengalir apabila musim hujan. Dan satu lagi yang membuat orang banyak ngecamp di Pos 5 ini, yaitu karena terdapat pedagang yang membuka lapak untuk menjajalkan makanan dan minuman. Akan tetapi lapak pedagang tersebut hanya buka sampai jam 6 sore, jadi buat yang ingin belanja diharapkan sebelum waktu tersebut.

Mengingat cuaca saat itu yang tidak mendukung meskipun masih jam 5 sore, akan tetapi langit sangat tidak bersahabat seketika gelap menutupi lembayung sore itu. Tindakan yang kulakukan saat itu yaitu mendatangi lapak pedagang disekitar Pos 5 tersebut, karena mengingat perbekalan air minum yang kami bawa hanya menyisahkan 2 botol air mineral ukuran 600ml. Sudah tentu tidak cukup untuk memasak maupun membuat minuman hangat.

Di tengah sore yang mulai gelap, aku nyalakan lampu senter untuk mencari pedagang tersebut. Alhamdulillah ternyata disalah satu pojok disebelah gubuk terlihat bapak yang menjajalkan dagangan sudah bergegas merapihkan dagangannya kedalam keranjangnya. Aku dengan perasaan sedikit cemas, beranikan diri menanyakan apakah bapak masih menjual air minum? Dengan muka tersenyum bapak tersebut berkata, “coba sebentar saya lihat dulu”, bapak itu mengambil galon air mineral yang diletakkan dekat keranjangnya, dan dia bilang masih ada sekitar 1 botol ukuran 1500ml, alhamdulillah saya bilang “saya beli saja pak”. Akupun mengeluarkan selembar uang 10 ribuan sesuai yang bapak itu minta untuk harga sebotol air minum 1500ml.

Setelah mendapatkan sebotol air minum yang sangat berarti bagiku tersebut, aku dan deksa mengambil keputusan untuk ngecamp di Pos 5 tersebut dan mencukupkan ekspedisi kami hanya sampai Pos 5 saja, karena mengingat malam yang sudah sangat pekat, dan mengingat kondisi badan yang sudah lumayan sangat lelah, dan satu lagi yang sangat penting, yaitu mengingat perbekalan air minum kami yang tidak mendukung untuk melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya. Aku berpikir dalam hati, air tersebut hanya cukup untuk masak, buat minuman hangat dan cukup untuk perjalanan turun. Sukur Alhamdulillah Allah sudah beri kemudahan untuk sampai di Pos 5 dengan rahmat Allah pun kami bisa mendapatkan air yang saat itu musim kemarau susah untuk mendapatkan air, karena sumber air di sekitar Pos 5 tersebut tidak mengeluarkan air.

Selanjutnya tenda flysheet pun kami bentang dan dirikan dengan bantuan sebuah tiang yang bersebelahan dengan gubuk. Setelah tenda selesai berdiri, akupun mempersiapkan peralatan memasak, sementara Deksa beristirahat meluruskan kaki-kaki yang sudah terasa lelah. Menu makan malam kami saat itu adalah spaghetti dengan bumbu saosnya. Karena makanan tersebut yang sangat mudah dibawa dan dimasak, tidak seperti beras yang butuh waktu lama dan harus hati-hati agar tidak gosong. Tidak lupa segelas kopi hangat dan wedang jahe yang membuat badan berasa hangat setelah menyelesaikan santapan makan malam tersebut.

Peralatan makan langsung aku bereskan setelah selesai, dan lanjut mengerjakan sholat lima waktu yang kami jama’ dan qhashar. Setelah itu barulah kami beristirahat dengan tenang. Sesaat mataku yang baru mulai terlelap ini, tiba-tiba terbelalak oleh berisiknya suara yang terdengar disebelah tenda kami, yang merupakan beberapa orang rombongan pendaki lain yang baru tiba dan mendirikan tenda disebelah tenda kami. Sejak itu tidurkupun semakin tidak nyenyak akibat suara-suara gaduh tetangga tenda sebelah yang tertawa-tawa dan bernyanyi semalam suntuk, beda halnya dengan Deksa yang tidak peduli dengan suara-suara gaduh tersebut, dia dengan pulasnya tidur hingga adzan subuh terdengar dari HP yang membangunkanku.

Seperti keputusan yang sudah kami bulatkan untuk tidak melanjutkan summit ke puncak yang walaupun hanya sekitar 3 jam perjalanan lagi, dikarenakan banyak kondisi yang membuat kami tidak mau memaksakan dan tidak mau menanggung resiko yang terlalu besar buat kami. Sholat subuh kami lakukan dengan ringkas, dilanjut melipat tenda dan beres-beres sampah, setelah itu dengan mengucap bismillah pukul 06:26 pagi kamipun menurunin pos 5 hingga basecamp.

Kembali menemukan negeri diatas awan

Perjalanan turun kami alhamdulillah sangatlah lancar, hingga kami tiba di base camp pukul 07:50 menit. Secara keseluruhan waktu dari Pos 5 hingga basecamp selama 1 jam 24 menit. Dari basecamp perjalanan kami lanjutkan ke Hotel Puriwisata Baturaden selama 2 jam.

Sesampai di hotel sekitar pukul 10:00 pagi, aku dan Deksa disambut Bunda, Azura dan Bapak mertuaku. Aku dan Deksa pun langsung mandi dan bersalin pakaian. Setelah itu sarapan dan istirahat hingga pukul 11:30 siang untuk checkout dari hotel. Setelah semua barang siap, kamipun checkout dan berpamit pulang ke Bekasi.

Persiapan pamit meninggalkan hotel kembali ke Bekasi

Itulah perjalanan ekspedisiku ke Gunung Slamet Jawa Tengah, pelajaran yang bisa sobat ambil disini yaitu, setiap Gunung yang kita daki, sebaiknya janganlah jadikan mencapai puncak sebagai target kita. Perlu kita ingat pepatah yang mengatakan takkan lari gunung dikejar, jadi kalua kita targetkan puncak gunung yang apabila kita kejar takkan berlari, maka kita akan mengorbankan banyak hal untuk menggapai tersebut. Dalam hal ini, yang bisa penulis sampaikan sebagai seorang pendaki yaitu tujuan utama kita mendaki adalah mensyukuri karunia Allah yang begitu indahnya menciptakan alam ini, dan tujuan kita yang kedua yaitu pendakian hanyalah sekedar refreshing saja sebagai penghilang kepenatan disaat kita sehari-hari bekerja ataupun menuntut ilmu di bangku sekolah. Jadi sekali lagi janganlah jadikan puncak gunung sebagai target kita.

Seringkali kita mendengar ada pendaki yang maaf bisa dibilang mengakhiri hidupnya digunung dalam kondisi kedinginan, kondisi kehabisan bekal makanan atau minuman, bahkan dalam kondisi kelelahan yang dipaksa, dan kondisi sendiri karena memisahkan diri dari rombongan. Kalau kita ambil kesimpulan kenapa hal tersebut bisa terjadi? Yaitu karena tujuan utamanya adalah mencapai puncak gunung, itulah yang membuat mereka tidak memperhatikan banyak hal yang bisa merugikan diri sendiri.

Sekian dariku untuk ekspedisi kali ini ke Gunung Slamet Jawa Tengah. Sampai jumpa pada ekspedisi lainnya di gunung lain yang lebih menantang.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhu
DK

3 comments:

  1. Tahukan Anda apa saja tempat wisata di Manado yang sangat terkenal? Berkunjung ke kota Manado memang tak salah kiranya apabila mengunjungi juga mengenai tempat wisatanya. Manado adalah ibu kota dari Sulawesi Utara yang banyak sekali menyuguhkan keindahan alamnya.

    ReplyDelete