Kami tahu jasa-jasa Bapak SBY begitu besar. Sudah sepatutnya kami menghaturkan terima kasih untuk bapak dan terus mendoakan kebaikan untuk bapak dan sekeluarga.
Mulai dari pendidikan, kesehatan, keamanan, pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan pesat selama 10 tahun Bapak memimpin negeri ini. Angka kemiskinan dan pengangguran pun semakin menurun selama Bapak memerintah satu dekade.
Terima kasih Bapak SBY, kami hanya bisa membalas kebaikan Bapak dengan doa.
Sabda suri tauladan kami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَن صَنَعَ إِليكُم مَعرُوفًا فَكَافِئُوه ، فَإِن لَم تَجِدُوا مَا تُكَافِئُوا بِهِ فَادعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوا أَنَّكُم قَد كَافَأتُمُوهُ
“Siapa yang memberikan kebaikan untuk kalian, maka balaslah. Jika engkau tidak mampu membalasnya, doakanlah ia sampai-sampai engkau yakin telah benar-benar membalasnya.” (HR. Abu Daud no. 1672 dan An Nasai no. 2568. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi).
Bukankah kebaikan lebih pantas dibalas dengan kebaikan?
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). ” (QS. Ar Rahman: 60).
Kalau mau langsung membalas jasa-jasa Bapak, sungguh sangat-sangat sulit. Hanya doa dari kami sebagai rakyat Bapak yang bisa kami balas.
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ ، فَقَالَ لِفَاعِلِهِ : جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , فَقَدْ أبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ
“Siapa yang diberikan kebaikan, lalu ia katakan kepada orang yang memberikan kebaikan tersebut, “Jazakallah khoiron (semoga Allah membalas dengan kebaikan)”, seperti itu sudah sangat baik dalam memuji” (HR. Tirmidzi no. 2035 dan An Nasai dalam Al Kubro no. 10008, juga dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah no. 180. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Doa di atas, itulah yang sudah termasuk memuji kebaikan Bapak. Dari Jabir bin Abdillah Al Ansahary, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ، وَمَنْ تَحَلَّى بَمَا لَمْ يُعْطَ، فَكَأَنَّمَا لَبِسَ ثَوْبَيْ زُوْرٍ
“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 215, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Dalam Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah (5: 322) disebutkan bahwa ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata,
لو يعلم أحدكم ما له في قوله لأخيه : جزاك الله خيرا ، لأَكثَرَ منها بعضكم لبعض
“Seandainya salah seorang di antara kalian tahu akan baiknya doa “Jazakallahu khoiron (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) tentu ia akan terus mendoakan satu dan lainnya.”
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Dalam Syarh Riyadhis Sholihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah pernah mengatakan, “Membalas jasa orang lain tergantung pada keadaannya. Bentuk balas budi kadang ada yang dengan memberi yang semisal atau lebih dari itu. Bentuk lainnya bisa pula dengan mendoakannya dan tidak suka bila dibalas dengan materi. Karena ada orang yang terpandang yang memiliki harta melimpah dan punya kedudukan yang mulia ketika ia memberi hadiah lalu dibalas dengan semisal, ia menganggap itu merendahkannya. Yang ia inginkan adalah doa, maka doakanlah ia. Terus doakan sampai yakin telah membalasnya. Di antara bentuk doanya adalah mengucapkan jazakallah khoiron (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan). Karena kalau didoakan dengan kebaikan, itu sudah menjadi kebahagiaan di dunia dan akhirat.”
Jazakallah khoiron pak SBY …
Terima kasih atas kebaikan Bapak selama sepuluh tahun bersama. Kami juga meminta maaf jika banyak kekurangan sebagai rakyat dengan banyak menuntut hak, lupa akan kewajiban untuk taat pada pemimpin.
Moga Allah membalas jasa baik bapak setelah sepuluh tahun memimpin negeri ini. Moga Allah memberkahi umur bapak dalam kebaikan, ibadah dan ketaatan. Moga Allah beri keberkahan pada keluarga, anak-anak, menantu dan cucu-cucu bapak, serta keturunan bapak. Semoga Allah membalas jasa baik tersebut dengan surga.
Moga Presiden Jokowi, presiden baru kami bisa meneruskan prestasi Bapak SBY, doa kami pun akan selalu tertuju pada pemimpin negeri kami. Karena baiknya pemimpin akan baik pula rakyatnya.
—
Gunungkidul, 25 Dzulhijjah 1435 H (20 Oktober 2014).
Dari yang pernah menjadi rakyatmu, al faqir ilallah: M. Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
Semoga bermanfaat,
DK
Sumber: