Sungai Tigris di Negara Irak |
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Kali ini penulis ingin berbagi cerita salah satu kharomah sahabat Rasulullah ﷺ yang sudah di jamin masuk surga, dialah Sa'ad bin Abi Waqqash. Kharamah yang akan penulis angkat disini yaitu cerita saat Sa'ad melakukan pengejaran terhadap Raja Persia yang bernama Raja Yazdigrid / Zazdegerd III, di dalam peperangan Qadisiyyah di salah satu daerah Persia yang kalau sekarang berada di negara Iraq.
Pengejaran terhadap Raja Yazdigrid dilakukan setelah pasukan muslim yang dipimpin Sa'ad bin Abi Waqqash berhasil membunuh panglima perangnya yang bernama Rustum (Rostam Farrokhzad) seorang ahli siasat perang dan seorang dukun beserta panglima perang lainnya yang bernama Bahman Jadhuyih, dan Armenia Jalinus.
PEPERANGAN BAHURASIR
Di awal tahun 16 Hijriyah, Sa’ad bin Abi Waqqash singgah di kota Bahurasir yang merupakan salah satu dari kota di bawah kekuasaan Kisra yang terletak di dekat sungai Tigris dari arah barat. Kedatangan Sa’ad di kota ini tepatnya pada bulan Dzulhijjah tahun 15 H dan menjelang tahun 16 H Sa’ad sedang berada di tempat tersebut. Beliau telah mengirim pasukan-pasukan kecil dengan mengendarai kuda-kuda keseluruh penjuru, namun mereka tidak menemukan satu tentara Persia pun.
Pasukan tersebut segera mengumpulkan 100.000 dirham dari para petard dan menawan mereka. Lantas Sa’ad melayangkan sebuah surat kepada Umar ra. yang isinya melaporkan tindakan yang telah ia lakukan terhadap para petani itu. Umar ra. segera menulis surat kepadanya, “Sesungguhya para petani tidak pernah bermaksud memerangi kalian maka barangsiapa berdiam di negerinya akan dijamin keamanannya, tetapi barangsiapa melarikan diri dan dapat kalian tangkap maka perbuatlah sesuka hati kalian terhadapnya.”
Setelah di dakwahi untuk masuk Islam, Sa’ad segera melepaskan mereka. Tetapi mereka menolak dakwah tersebut dan bersedia membayar jizyah. Tidak ada seorang petani pun yang bermukim di daerah sebelah barat sungai Tigris hingga tanah Arab yang tidak membayar jizyah dan pajak hasil bumi, kecuali penduduk Bahurasir yang masih sangat enggan untuk membayar jizyah. Padahal Sa’ad telah mengutus Salman al-Farisi untuk mendakwahi mereka atau memilih antara membayar jizyah ataupun perang.
Tetapi mereka tetap membangkang dan memilih untuk berperang. Mereka telah menyiapkan manjaniq (alat pelontar) dan kendaraan perang. Lalu Sa’ad memerintahkan pasukannya untuk membuat manjaniq, hingga tersedialah 20 unit manjaniq’yang diarahkan ke Bahurasir. Lantas pengepungan semakin diperketat, sehingga penduduk Bahurasir keluar menyerbu kaum muslimin dengan sengit dan bersumpah tidak akan lari dari medan pertempuran.
Tetapi Allah memperdayai mereka hingga akhirnya Zuhrah bin Huwaiyah berhasil mengalahkan mereka setelah salah satu anak panah musuh mengenainya. Walaupun dalam kondisi terluka, dia mampu membunuh banyak tentara Persia.
Musuh akhirnya kalah dan melarikan diri ke kota mereka. Namun mereka dikepung dengan ketat hingga mereka menderita kelaparan hingga memakan anjing dan kucing. Akhirnya mereka pindah ke Madain. Kemudian Sa’ad memerintahkan pasukannya bergerak menuju Madain. Musuh lari menaiki perahu karena antara kota Bahurasir dan Madain hanya dibatasi oleh sungai Tigris. Di saat kaum muslimin memasuki kota Bahurasir mereka melihat istana putih Madain, inilah istana yang pernah diberitakan Rasulullah ﷺ. Akan ditaklukkan Allah untuk umatnya.
Yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari jalan Jabir bin samurah, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ. bersabda,
“Sekelompok kaum muslimin atau mukminin akan mengambil alih khazanah keluarga Persia yang berada dalam istana Putih.” {Shahih Muslim, 4/237, No. 2919).
Orang Islam pertama yang melihat istana ini adalah Dhirar bin al-Khaththab. Seketika itu dia berteriak dan mengucapkan takbir, ”Allahu Akbar… lihatlah! Itu istana putih Raja Kisra, inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasulnya kepada kita.” Semua orang menoleh kepadanya dan ikut mengumandangkan takbir hingga pagi menjelang.
PENAKLUKAN MADAIN
Sa’ad berhasil menaklukkan Bahurasir dan berdiam di sana, tepatanya pada bulan Safar tahun 16 Hijriyah, namun dia tidak menemukan seorang-pun di sana, dan tidak pula menemukan sedikitpun harta rampasan perang. Seluruhnya telah dipindahkan ke Madain dengan menggunakan perahu. Mereka juga telah mengambil seluruh perahu hingga tidak satupun yang tersisa untuk Sa’ad. Dia gagal mendapatkan apapun, sementara sungai Tigris dalam keadaan pasang, permukaan airnya naik sangat tinggi dan airnya berubah menjadi hitam, sementara buih meluap-luap disebabkan derasnya arus sungai.
Diberitakan kepada Sa’ad bahwa “Raja Kisra (Yazdigrid / Zazdegerd III) akan memindahkan seluruh harta dan perbendaharaan istananya ke Hulwan. Jika selama tiga hari engkau tidak menangkapnya maka permasalahannya akan menjadi runyam.”
Sa’ad sempat berpidato di tepi sungai Tigris, setelah memuji Allah dia berkata, “Sesunggunya musuh kalian telah menyelamatkan diri dengan menyeberangi sungai dan kalian tidak dapat memburu mereka, sementara jika mereka kehendaki, mereka dapat menyerbu kalian dari sampan-sampan mereka. Di belakang kalian tidak ada musuh yang perlu ditakutkan. Aku berpendapat kita harus terus berjihad mengejar musuh-musuh kita dengan niat yang ikhlas sebelum dunia megelilingi kita. Aku telah bertekat untuk menyeberangi sungai ini agar dapat menyerbu mereka.” Maka seluruh pasukan berkata,“Sesungguhnya Allah juga telah berkehendak agar kami dan anda menyebrangi sungai ini maka lakukanlah.”
Sa’ad mulai memberikan motivasi kepada pasukannya untuk menye-berangi sungai tersebut dan berkata, “Siapa yang dapat melindungi kami dari serangan musuh di seberang sungai agar tentara dapat berjalan ke tepi sana dengan aman?”
Maka ‘Ashim bin Amru maju memenuhi seruan ini di ikuti oleh para pahlawan Islam berjumlah sekitar 600 orang. Sa’ad menunjuk ‘Ashim sebagai pimpinan mereka lalu berdiri di tepi sungai Tigris. ‘Ashim berkata kepada mereka, “Siapa yang mau ikut denganku menyeberangi sungai ini agar kita dapat melindungi tentara dari tepi seberang sungai?” Maka 60 personil yang terdiri dari para jagoan Islam segera turun menyeberangi sungai.
Sementara orang-orang Ajam (bangsa non Arab) berdiri dan berbaris di tepi seberang sana menyaksikan adegan tersebut. Salah seorang dari tentara kaum muslimin mulai menyeberangi sugai Tigris dan berkata kepada para sahabatnya, “Kenapa kalian begitu takut dengan yang tercipta dari setetes sperma ini?” Kemudian dia membacakan sebuah ayat:
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (Ali Imran:145).
Kemudian dia segera masuk ke dalam air dengan kudanya dan diikuti oleh para pasukan yang lain. 30 orang penunggang kuda ini terpisah menjadi dua kelompok. Kelompok para penunggang kuda jantan dan kelompok penunggang kuda betina. Ketika para penduduk Persia melihat mereka berjalan terapung di atas air mereka tercengang keheranan dan berkata dalam bahasa Persia, “Dhvana..diwana…” yang bermakna gila…gila.
Setelah itu mereka (tentara Persia) saling berbicara satu sama lainnya dan berkata, “Sesungguhnya kalian bukan memerangi manusia tetapi yang kalian perangi adalah jin!” Setelah itu mereka mengirim para pasukan penunggang kuda mereka untuk turun ke tepi sungai agar dapat menghalangi pasukan berkuda kaum muslimin yang hampir tiba di tepi sungai dan siap mendarat.
Maka ‘Ashim segera memerintahkan pasukannya untuk memanahi mereka dengan membidik ke arah mata kuda-kuda mereka. Akhirnya mereka berhasil membutakan mata kuda-kuda musuh dan langsung mereka melompat meninggalkan kuda-kuda mereka yang tidak dapat dikendalikan lagi. Di saat mereka lari, ‘Ashim mengerahkan tentaranya untuk memburu mereka hingga berhasil mengusir mereka dari tepi sungai itu dan akhirnya dapat menguasai tepi sungai tersebut. Setelah itu barulah sisa dari pasukan ‘Ashim yang seluruhnya berjumlah 600 persorul tadi, mulai mengendarai kuda menyebe-rangi sungai dan bergabung dengan ‘Ashim di tepian sungai.
Kemudian mereka memerangi tentara Persia yang berada di sana hingga berhasil mengusir seluruhya dari tepi sungai tersebut. Pasukan pertama ini disebut dengan Kutaibah Ahwal dibawah pimpinan Ashim bin Amru.
Sa’ad turun membawa seluruh sisa pasukan, yakni ketika mereka melihat tepian seberang sungai telah aman dijaga oleh para pasukan berkuda kaum muslimin. Sa’ad memerintahkan kaum muslimin agar memasuki air sambil mengucapkan: “Kami memohon pertolongan kepada Allah dan bertawakkal padanya, cukuplah Allah sebagai penolong kami, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.“
Lantas seluruh pasukan turun ke sungai tanpa ada yang tersisa. Mereka berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas tanah hingga mereka memadati dua tepi sungai tersebut. Permukaan air tidak tampak lagi di-sebabkan banyaknya para tentara yang terdiri dari pasukan berkuda dan pejalan kaki, para pasukan saling berbicara satu sama lainnya seolah-olah mereka sedang berbicara di atas daratan. Hal ini tentunya setelah mereka merasa tenang dan aman serta yakin bahwa Allah akan memberikan pertolonganNya dan akan memenuhi janjiNya. Apalagi yang menjadi pimpinan mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash salah seorang dari sepuluh sahabat Nabi yang dijanjikan masuk ke dalam surga.
Ketika Rasulullah ﷺ wafat, beliau meninggalkannya dalam keadaan ridha kepadanya dan beliau juga pernah mendoakannya, yang bunyinya, “Ya Allah kabulkanlah doanya dan tepatkan bidikannya.” Sesuatu hal yang dapat dipastikan bahwa Sa’ad mendoakan keselamatan pasukannya dan kemenangan. Mereka terjun ke tengah gelom-bang air sungai yang begitu deras.
Allah menyelamatkan mereka hingga tidak satupun dari anggota pasukannya yang hilang dan tidak satupun dari bekal yang dibawa kaum mulimin hanyut kecuali satu piring kayu milik seorang anggota pasukan yang bernama Malik bin Amir. Ikatan bekalnya tidak kuat hingga terlepas dan hanyut dibawa arus. Tetapi pemiliknya berdoa kepada Allah agar barang tersebut kembali. Dalam doanya dia ber-kata, “Ya Allah janganlah kau jadikan dari sekian banyak pasukan hanya aku yang kehilangan piringku.” Akhirnya ombak tinggi menghempaskan piring itu kembali kepadanya.
Lebih hebat lagi seolah-olah sebagian kuda-kuda berjalan dan air tidak sampai ke tali kekangnya. Hari itu merupakan hari yang sangat agung, penuh dengan keajaiban dan keanehan yang diluar jang-kauan akal sekaligus merupakan mukjizat Rasulullah ﷺ yang diciptakan Allah untuk para sahabatnya. Kejadian ini belum pernah terjadi sebelumnya di negeri ini atau di negeri manapun, kecuali yang pernah terjadi dengan al-Ala’ bin al-Hadhrami sebagaimana yang telah diterangkan terdahulu. Bah-kan kejadian di sungai Tigris ini lebih hebat dan jumlah pasukan jauh lebih banyak dibandingkan
pasukan al-Ala’.
Ada yang mengatakan bahwa Salman Al Farisi yang mengusulkan kepada Sa’ad untuk berjalan di atas air. Maka Sa’ad berjalan dengan berdoa, “Cukuplah Allah bagi kita. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik Penolong. Demi Allah pasti Dia akan menolong para walinya dan akan memenangkan agamaNya dan mengalahkan para musuhNya, selama tentara kita tidak melakukan perbuatan yang melampaui batas ataupun kezhaliman yang mengalahkan kebaikan.” Salman berkata padanya, “Sesungguhnya Islam adalah agama baru, namun dengan agama ini lautan dan sungai dapat ditundukkan sebagimana ditundukkannya daratan untuk mereka.
Demi Dzat yang jiwa Salman berada ditanganNya, mereka pasti akan keluar menyeberangi sungai ini dengan selamat secara berbondong-bondong sebagaimana mereka memasukinya secara berbondong-bondong pula. Akhirnya mereka selamat menyeberangi sungai tersebut tanpa ada dari mereka yang tenggelam ataupun kehilangan bekal. Abu Bujai anNafi’ bin al-Aswad534 membuat syair yang menceritakan tentang kisah ini:
Kami datang ke Madain dengan berkuda
Menyebrangi lautnya seolah-olah sedang berjalan di atas daratan
Kami akhirnya berhasil merebut seluruh harta perbendaharaan Kisra.
Pada hari ketika mereka melarikan diri dan kami mengejarnya
Ketika seluruh pasukan telah mendarat di atas tanah, kuda-kuda mengibas-ngibaskan air yang melekat di badannya. Setelah itu mereka segera mengejar para tentara Persia yang melarikan diri hingga masuk ke Madain. Tetapi mereka tidak menemukan seseorangpun dan Kisra telah memindah-kan seluruh keluarganya dan seluruh harta benda yang bisa diselamatkan. Mereka meninggalkan apa yang tidak bisa mereka bawa seperti binatang ternak, pakaian, perkakas rumah tangga, kendi-kendi, vas-vas dan minyak yang tak terhingga harganya di dalam gudang perbendaharaan Kisra mereka mendapati mencapai 3.000.000.000.000 dinar.535 Lantas mereka mengambil seberapa yang dapat diambil dan meninggalkan sisanya yang diperkirakan lebih kurang masih setengah lagi.
Kelompok al-Ahwal adalah kelompok pertama yang memasuki Madain. Kemudian Kelompok Khurasa’, mereka berjalan di sepanjang lorong dan gang dengan leluasa tanpa merasa takut kecuali satu tempat yaitu Istana putih Kisra yang di dalamnya terdapat pasukan. Istana ini sekaligus menjadi benteng pertahanan mereka, namun mereka tidak menemukan seorangpun di sana. Sesampainya di Madain, Sa’ad mendakwahi pasukan Persia yang bersem-bunyi di dalam Istana Putih selama tiga hari dengan mengutus Salman al-Farisi. Pada hari ketiga mereka keluar dari dalam istana dan Sa’ad masuk mendudukinya lalu menjadikannya musholla. Ketika memasukinya dia membacakan firman
Allah subhanahu wata'ala:
“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya, demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain.” (Ad-Dukhan: 25-28).
Kemudian Sa’ad masuk ke dalam istana lalu melaksanakan Shalat Fath delapan raka’at tanda kemenangan. Saif menyebutkan bahwa Sa’ad me-laksanankan shalat dengan satu kali salam. Pada bulan safar tahun ini dia menggumpulkan pasukannya untuk melaksanakan Shalat Jum’at di dalam istana tersebut. Inilah Shalat Jum’at pertama yang didirikan di negeri Irak. Hal ini disebabkan Sa’ad telah berniat untuk tinggal di istana ini. Kemudian Sa’ad mengutus orangnya untuk menempatkan para wanita dan anakanak di dekat Madain sekaligus menjadikannya sebagai tempat tinggal hingga mereka menaklukkan kota Jalula, Tikrit, Mosul, dan selanjutnya mereka berangkat ke Kufah.
Sa’ad telah mengutus pasukan-pasukan kecilnya untuk mengejar Kisra Yazdigrid, ternyata sebagian dari pasukan ini ada yang berhasil mengejar dan membunuh mereka, serta mengambil harta rampasan perang dari mereka dalam jumlah yang besar, mereka berhasil memperoleh banyak dari baju-baju Kisra, mahkota dan perhiasannya.
Demikianlah kisah Sa'ad bin abi waqqash dalam penaklukan Persia di daerah Qadisiyyah dengan kharomahnya yang Allah berikan. Semoga bisa jadikan pelajaran buat kita dan anak cucu kita. Assmieen.
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhu.
DK
test
ReplyDelete