“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Sunday, August 21, 2022

Kado Sepeda Buat Anakku

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Buat sobat blogger yang setia membaca artikel dalam diary ini, kali ini penulis ingin bercerita pengalaman pribadi yang sangat berkesan dan menurut akal normal mungkin bisa dibilang tidak masuk akal. Kejadian ini terjadi pada tahun 2011 silam di daerah Tambun Bekasi, menurut saya mungkin ini salah satu mukzizat yang Allah berikan kepada saya lewat jalan yang tidak disangka-sangka. Apa saja jalan ceritanya, sobat blogger bisa ikuti penjelasannya di bawah ini.

Tahun 2011 saat itu anak saya laki-laki satu-sastunya yang bernama Deksa sudah beranjak usia 8 tahun, tepatnya dia sudah sekolah dasar kelas 3 karena dia masuk SD sejak usia 5 tahun. Suatu saat kakak sepupunya Deksa yang bernama Reka yaitu anak laki-lakinya kakak kandung perempuan saya bernama Mbak Cicik  berencana ingin sunat karna sudah berusia 9 tahun. Hubungan antara Deksa dan Reka sangat erat ibarat kakak beradik kandung walaupun hanya bersepupuan, karena sejak dari kecil usia 3 tahun selalu bermain bersama, setiap liburan Deksa selalu ketempat Reka. Mendengar Reka mau sunat akhirnya Deksa tertarik ingin sunat bersama kakak sepupunya tersebut. Saya pun berjanji kepada anak saya kalau Deksa sunat maka papa akan belikan hadiah sepeda.

Pada saat Deksa usia 1 tahun tepatnya tahun 2004, qodarullah saya berpisah dengan mamanya Deksa, sehingga sejak saat itu hak asuh Deksa bersama mamanya karena sesuai perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bahwa anak yang baru lahir harus mendapatkan ASI dari ibunya minimal selama 2 tahun sejak lahir. 

Walaupun hak asuh diambil mamanya Deksa, akan tetapi setiap beberapa minggu bahkan hari saya sering berkunjung untuk menemui Deksa, karena dia selalu bertanya "papa kemana?". Saat itu sebenarnya saya juga sudah tahu kalau mamanya Deksa tengah menjalin hubungan bahkan sudah tinggal serumah dengan pria lain, karena memang kita sudah resmi berpisah, jadi tidak saya ambil pusing hal tersebut. Sehingga seringkali ketika saya berkunjung kerumahnya saya melihat pemandangan di dalam rumah tersebut yang menurut saya kurang baik untuk pendidikan seorang anak. Saya berpikir hal tersebut akan sangat tidak baik untuk pendidikan dan pertumbuhan moral Deksa. Dalam hati saya sangat berdosa apabila mendiamkan hal tersebut.

Di suatu acara di tahun 2009 saat kelulusan Taman Kanak-Kanak Raudhatul Anfal Deksa dan teman-teman TK serta para gurunya berliburan ke Ancol Jakarta. Karna saat itu hari minggu maka saya bisa menemani Deksa berliburan bersama rombongan TK. Saya meminta izin mamanya untuk membawa  Deksa berangkat dengan mengendarai mobil sendiri mengikuti bus rombongan TK dari Bekasi Timur ke Ancol. 

Saat itu saya ingin mencurahkan kasih sayang penuh kepada Deksa dengan menemaninya berliburan bersama teman-teman sekolahnya. Selama perjalanan di dalam kendaraan Deksa banyak bercerita tentang teman sekolah dia, tentang pelajaran, dan Deksa pun sering bertanya apapun yang dia tidak tahu, yang terkadang berulang kali dia menanyakan pertanyaan serupa yang sudah dia tanyakan sebelumnya. Yah maklumlah namanya anak-anak mungkin daya ingatnya masih kurang, akan tetapi saya salut dengan daya keinginan tahu sesuatunya yang sangat kuat, sehingga apapun yang dia tidak tahu selalu di tanya. Saya selaku orang tua menjawab semua pertanyaannya walaupun terkadang dengan jawaban serupa, saya berpikir bahwa suatu saat ketika saya tua kelak akan serupa dengan hal tersebut. 

Setelah bercerita panjang lebar Deksa pun tertidur pulas di kursi tengah dan saya terkadang sedih melihatnya tidur sendiri karena selama ini saya tidak bisa menemaninya bercerita, bermain, bercanda dan memberinya kasih sayang penuh karena suasananya sudah berubah. Saat itu saya belum menjelaskan kepadanya kenapa saya tidak serumah dengannya, karena dia belum mengerti saat itu. Setiap kali dia tanya, papa kemana? saya hanya jelaskan "papa tidur dirumah lain, dede tinggal sama mama saja yah, besok insyaAllah papa balik lagi".

Waktu terus berjalan hingga setelah 6 tahun berpisah tepatnya tahun 2010, saat itu Deksa berusia 7 tahun, ketika suatu hari saya berkunjung menemui Deksa, dari depan pintu saya melihat Deksa di tempat tidur dengan raut muka yang lesu, dia segera bangun dan datang menghampiri serta memeluk erat saya, sambil menangis dia menempelkan kepalanya ke tangan saya, yang seolah menunjukkan kondisi badannya saat itu sedang panas tinggi, sayapun kaget karena kondisi badannya sangat panas, sayapun bertanya kepada mamanya, dan diapun berkata Deksa terkena tipes sudah 3 hari. Saat itupun saya murka karena tidak diberi tahu tahu dari awal kalau Deksa sedang sakit, sempat berdebat panjang mempertanyakan hal tersebut, yang pada akhirnya tanpa menunggu lama malam itupun Deksa saya ambil dengan paksa untuk dibawa ke rumah sakit. Sebelum saya meninggalkan rumah tersebut saya berkata kepada mamanya Deksa, mulai saat ini Deksa saya yang ngurus, apabila mau ambil Deksa maka silahkan berurusan dengan pengadilan, karena saya punya bukti-bukti yang sekiranya Deksa tidak layak untuk tinggal bersama ibunya.

Disaat pikiran yang sedang kalut melihat kondisi Deksa yang terus menangis karena suhu badannya sangat tinggi, saya sempat menghubungi teman saya yang sempat berta'aruf beberapa minggu sebelumnya bernama Prita, untuk membantu saya mengurus administrasi pendaftaran di rumah sakit, karena saat itu kondisi saya jauh dari saudara. Deksa langsung saya bawa ke ruang IGD dan disana Deksa langsung di infus dan di beri obat penurun demam. Sejak malam itu Deksa langsung di rawat inap di rumah sakit Hermina selama 7 hari, dia sempat melewati masa-masa kritis demam tinggi hingga hari kelima. Alhamdulillah Allah masih memberikan kesehatan kembali, kondisinya demamnya mulai menurun dan trombosit darahnya mulai membaik. Selama dirawat dirumah sakit, Deksa sangat senang ketika berada dekat dengan papanya, dan tidak sekalipun dia menanyakan mamanya.

Malam saat kejadian itu juga saya menghubungi Mbak Cicik untuk mencarikan pembantu yang bisa mengasuh Deksa setelah pulang dari rumah sakit. Sehingga dari Mbak Cicik di suruhlah tetangga rumahnya yang bernama Teteh Duriah, dia seorang ibu yang sudah cukup tua yang ditinggal mati suaminya. Dan pada hari minggu nya saya jemput teteh di Lampung untuk dibawa ke Bekasi, sementara Deksa dirumah sakit saat itu ditemani oleh teman saya Prita.

Setelah kejadian malam itu di tahun 2010, Deksa di asuh oleh teteh Duriah. Jadi  sehari-hari dia diasuh oleh teteh dan saat saya pulang kerja baru saya curahkan kasih sayang pada Deksa. Hingga saat ulang tahun yang ketujuh dibulan Agustus 2010, Deksa sangat senang bisa berulang tahun dengan papanya dan juga saat itu dihadiri oleh teman saya Prita dan teteh. Acara tersebut kami lewati dengan penuh hikmat karena setelah kurang lebih 6 tahun Deksa tidak serumah dengan papanya hingga saat ini Deksa bisa serumah kembali dengan papanya dan juga saat itu kami sangat senang atas kesembuhan Deksa dari sakit yang sempat membuat dia melewati masa-masa kritis di rumah sakit.

Di akhir tahun 2011 tepatnya di Bulan November alhamdulillah Allah mengizinkan saya untuk mempersunting temanku bernama Prita yang tadinya telah membantu saya saat merawat Deksa saat di rumah sakit menjadi istri tercinta dan juga sebagai bundanya Deksa. Hingga saat setelah saya menikah kali kedua tersebut, Deksa tidak lagi di asuh teteh Duriah, melainkan diasuh oleh bundanya. Jadi kurang lebih setahun Deksa diasuh teteh Duriah.

Pada cerita yang lain suatu saat hari minggu saya sedang memperbaiki atap rumah yang bocor, dan saat itu Deksa bermain di halaman rumah. Dari atas atap rumah saya melihat Deksa berlari-lari bermain di halaman rumah, hingga suatu saat dia berlari ke arah jalanan, seketika itu pula ada motor yang melaju kencang dari arah kanan rumah, saat itu mata saya hanya tertuju pada Deksa, dan seketika itu pun motor itu berhenti tepat di hadapan Deksa seperti ada sesuatu yang menahan motor tersebut tanpa menyentuh Deksa sedikitpun.

Saya dari atap rumah segera turun dan memanggil Deksa untuk kembali ke halaman rumah, saat itu saya  melihat Deksa hanya tersenyum dan berlari masuk ke halaman rumah. Secara logika apabila motor yang berjalan kencang tiba-tiba ngerem mendadak kemungkinan pertama motor tersebut akan terpeleset dan jatuh, kemungkinan kedua motor tersebut akan bablas dan menabrak. Dalam hati, saya sangat bersukur Alhamdulillah Allah telah melindungi anakku Deksa.

Saat musim liburan sekolah tiba, saya mengantarkan Deksa untuk berangkat ke Lampung ketempat Reka, dengan tujuan supaya bisa sunat bersamaan dengan sepupunya. Saat itu saya bersama Deksa dan teteh Duriah bertiga ke Lampung dengan angkutan bus umum dari Bekasi ke Merak kemudian lanjut dari Merak naik kapal Feri ke Bakauheni, dan dari Bakauheni dilanjut kembali naik bus ke daerah Natar. 

Sesampai di Natar Lampung dirumah Mbak Cicik, saya menitipkan Deksa, dan saya berpesan kepada Deksa kalau papa tidak bisa menemaninya sunat karena harus kembali ke Bekasi untuk bekerja. Walaupun saya berpamitan untuk pulang akan tetapi Deksa tidak tampak sedih sedikitpun, melainkan dia tampak ceria karena dia ditinggal bersama Mas Reka kakak sepupunya yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri. Disana Deksa juga ditemani oleh Teteh Duriah yang mengasuh dan menjaganya.

Saat sunat dimulai di puskesmas terdekat dari rumah Mbak Cicik, saya pun di telphone oleh Mbak Cicik yang mengabarkan bahwa Deksa akan disunat. Begitu Deksa sudah berada di meja sunat, dia pun ketakutan dan berniat untuk mengurungkan niat sunatnya, dia meronta, menangis dan teriak ingin pulang, akhirnya teteh nya, pakde dan budenya ikut memegangi tangan dan kakinya. Saking kuatnya dia meronta dan berteriak Mbak Cicik bercerita kalau burung-burung peliharaan tetangga disana pada terbang ketakutan mendengarnya. Singkat cerita sunatpun selesai, dan Deksapun pulang dengan menggunakan celana yang diberi sabut kelapanya supaya tidak menempel pada bekas sunatnya.

Kurang lebih 2 minggu Deksa tinggal di Lampung tempat sepupunya Mas Reka, saat itupun luka bekas sunatnya sudah sembuh dan pada hari Sabtunya saya kembali menjemputnya ke Lampung. Saat itu tersirat wajah sedih karena Deksa berpisah dengan kakak sepupunya Mas Reka. Akhirnya saya menghiburnya dengan mengatakan insyaAllah nanti pulang ke Bekasi Deksa papa belikan kado sepeda baru.

Setiba di Bekasi, keesokan harinya sayapun menepati janji saya kepada Deksa dengan berencana membelikannya sepeda sesuai apa yang dia inginkan. Kado sepeda tersebut saya niatkan pertama karena dia baru berulang tahun yang ke tujuh dan juga karena dia baru selesai sunat, selain itu itu karena saya ingin membuat Deksa senang bisa tinggal sama papanya kembali. 

Karena saya pikir untuk membawa sepedanya akan susah kalau naik angkutan umum atau taksi, akhirnya  saya putuskan membawa kendaraan sendiri. Sepulang kerja saya kerumah sebentar dan lalu membawa kendaraan pergi ke toko sepeda. Karena saat itu toko sepeda yang saya tahu satu-satunya yaitu di Mall Metropolitan Bekasi Barat karena pada saat itu belum ada toko online saat ini.

Saat keluar dari rumah alhamdulillah saya selalu membiasakan membaca doa "Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah" (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya) kemudian setelah itu saya lanjut bershalawat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan bacaan "Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad" (Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya). Kedua doa tersebut diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam supaya kita terhindar dari segala marabahaya. Selain itu pernah suatu saat sakit karena gangguan makhluk halus, mungkin saat itu saya terlupakan untuk bersholawat, sehingga saya di nasehati oleh Teteh Duriah pengasuh Deksa untuk membaca shalawat tersebut kembali agar terhindar dari gangguan jin, sejak itu setiap hari saya biasakan bershalawat disaat dalam perjalanan.

Malam itu saya mengendarai  mobil sendiri dari rumah di Bekasi Timur, karena saya juga berencana mampir ke tempat saudara di daerah Tambun akhirnya saya mengambil jalur dari Grand Wisata melewati kali malang terus tembus ke jalan biasa arah Tambun. Saat itu di persimpangan tiga depan Gedung Juang Bekasi, mungkin semua orang juga tau di daerah Bekasi sangat padat dengan pengendara motor karena banyaknya orang yang lalu lalang bekerja mengendarai motor ke kawasan Industri.

Lokasi kejadian di belokan pertigaan dekat gedung juang Bekasi

Seperti biasa di persimpangan 3 tersebut berdirilah Pak Ogah (maap: polisi cepek), saat belokan sempat saya berhenti sambil menunggu kendaraan dari arah kanan ke kiri sepi, Pak ogah tadi kemudian menyuruh saya maju, baru beberapa detik maju ehhh…. rupanya ada motor ngelonyor aja didepan mobil saya, saat itu saya hanya berasa bemper depan menyentuh kenalpot motor tersebut. Dan memang benar saya lihat motor tersebut langsung berhenti tapi tidak terjatuh karena hanya menyenggol dikit. Trus motor tersebut berlalu dari depan mobil saya.

Saya lanjut aja belok kiri saya pikir dalam hati mungkin orang tadi sudah pergi, selang 100 meter dari belokan tadi saya dikagetkan dengan orang teriak disebelah luar kanan mobil sambil menyuruh saya berhenti. Berubah pikiran sejenak karna ternyata orang tersebut masih menunggu saya rupanya. Dengan terus melaju kendaraan dan memberi isyarat tangan meminta maap, saya lambaikan ke orang tersebut sampai beberapa kali, tapi orang tersebut yang saya tau ada 3 motor terus membuntuti saya sambil teriak-teriak dengan sumpah serapahnya memaki-maki saya dari luar kaca mobil.

Karena kesal mobil saya tidak berhenti akhirnya 2 motor langsung menghalangi laju jalan mobil saya, yang satu lagi dibelakang mobil saya, dengan terpaksa saya berhenti dan menepi. Dalam hati duuuhhhh panjang nih urusan, tapi meski dalam kondisi tersebut Alhamdulillah hati saya masih tenang tidak grasak grusuk.

Mobil saya parkir di tepi kiri jalan, lalu saya keluar mobil, setelah saya keluar mobil ternyata disitulah Allah langsung menunjukkan kebesarannya kepada saya, kurang dari 7 langkah antara saya dan orang tersebut, tiba-tiba kedua dari tiga orang tersebut diam membisu dan saya lihat langkah kakinya gemetar, Cuma satu orang dari mereka yang berbicara, tapi logat bicara orang ketiga tadi langsung berubah 180 derajat, dia Cuma bilang “yawdah ga papa pak, mungkin motor yang bapak senggol itu kaget aja”. Padahal dalam hati tadi saat mobil belum berhenti, saya lihat di spion ketiga orang tersebut teriak-teriak ibarat ngajak berantem.

Meskipun orang ketiga bicara seperti itu, saya tetap bilang minta maaf pada orang pertama yang menyenggol bamper mobil, saya bilang "maaf pak, saya tadi ngikuti omongan pak ogah yang ada di pertigaan itu dan tidak melihat kalau ada motor bapak tiba-tiba nyelonong". Kemudian saya salami tangan bapak itu yang masih diam membisu, saya rasakan tangannya juga melemas tidak berdaya. Setelah menyalaminya, saya kembali ke dalam mobil, saat itu saya masih lihat bapak dan orang kedua tadi masih diam membisu tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dan Alhamdulillah akhirnya saya melaju mobil saya ketempat tujuan dengan selamat.

Selama perjalanan hati saya bercampur baur antara ketakutan dan rasa keanehan yang mendalam karena rasa tidak percaya atas kejadian tersebut. Sepanjang jalan saya perbanyak dzikir dan shalawat kepada Rasulullah agar suasana tegang bisa sirna. Terbayang di benak saya apa sebenarnya yang membuat kejadian tersebut bisa seperti itu? Saya tidak bisa membayangkan apabila saat itu mereka memukul saya dan merusak mobil saya, sudah pasti saya sangat sedih karena rencana awal saya ingin membelikan kado sepeda buat anak saya.

Atas kejadian tersebut, akhirnya saya urungkan untuk ketempat sodara di daerah Tambun, karena perasaan hati masih dirundung dengan ketakutan dan kecemasan. Akhirnya saya langsung ke Mall Metropolitan untuk membeli sepeda anak saya. Alhamdulillah sepeda sudah saya beli, dan saya masukkan ke dalam mobil dan saya langsung pulang kerumah. Sesampai dirumah disambut Deksa dengan ceria saat itupun hati yang tadinya suram mulai cerah kembali setelah melihat Deksa menyambutku dengan segudang pertanyaan kegembiraan.

Sesampai dirumah, saya bersukur kepada Allah yang selalu menjagaku dengan para malaikat-malaikatnya yang tidak tampak mata. Terus saya bertanya di dalam hati apakah ini yang dinamakan kharomah atau mukzizat? atau apakah karena saya sering berdzikir kepada Allah? Yang jelas kejadian tersebut tidak bisa saya ulangi kembali.

Deksa dan Kado Sepedanya

Itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat saya pribadi, karena janji yang tulus kepada anak saya tercinta untuk membelikannya kado sepeda sudah terlunaskan dan dzikir kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang akan membuat Allah selalu menjagaku dengan amalan tersebut.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, no. 408)

Semoga bermanfaat,
Wassalam,
DK

No comments:

Post a Comment