“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, December 12, 2014

Khutbah Jum'at - Cara mendidik Anak


Qur’an Surat At-Taĥrīm-Ayat 6
Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Pada suatu hari, seketika sedang berkumpul dengan sahabat, Rasulullah pernah memberikan peringatan: beliau bersabda dari Hadits riwayat Thauban r.a. yang artinya:

Pada suatu saat nanti akan datang ditengah-tengah kamu wahai umat islam, dimana orang-orang lain disekeliling kamu akan bersatu mengelililingi kamu, seperti bersatunya orang-orang mengerubungi makanan diatas meja hidangan.

Akan datang suatu saat nanti dimana kondisimu dikepung sedemikian rupa yang barat mau menerkam, yang timur mau menghantam, yang selatan mau menginjak-injak, yang utarapun akan menjelajah. Kondisimu seperti makanan diatas meja hidangan.

Sebagian sahabat merasa heran dan terkejut lalu mereka bertanya : “Apakah jumlah kami pada waktu itu sedikit ya Rasulullah?”
Beliau menjawab : “Sama sekali tidak kamu tidak sedikit  pada saat itu”
Bahkan jumlah kamu pada saat itu sangat banyak, kamu adalah mayoritas. Tetapi sambung beliau: “Tetapi keadaanmu ketika itu persis seperti buih di lautan”
Banyak ! Tetapi tidak punya daya dan kekuatan. Banyak ! Tetapi dipermainkan gelombang lautan dihempaskan ke tepian pantai tanpa punya makna dan arti. Kondisimu saat itu quantitas yang tanpa qualitas. Dan celakanya sambung beliau: “Akan dicabut kehebatanmu dimata musuh-musuhmu”
Sehingga disaat itu oranglain menganggapmu umat islam enteng saja, remeh saja, tidak ada apa-apanya. Lalu kata rasulullah : “Dan dihatimu dicampakkan penyakit WAHN.”

Sahabat lalu bertanya : “Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?”
Rasulullah menjawab : Hubbud dunya wakarotiyal maut “Terlalu cinta pada dunia”dan takut mati.

Materialistis dan takut resiko. Dua penyakit inilah yang menyebabkan walaupun umat ini mayoritas tetapi dipermainkan oleh yang minoritas. Walaupun golongannya besar tetapi nasibnya seperti makanan di atas meja yang dimakan dan dihantam dari segala penjuru mau menghantam.

Maasirol Muslimin rahimakumullah!
Di zaman sekarang ini, kita insyaAllah tidak akan mengalami perang sehebat perang badar yang dialami oleh rasulullah dan para sahabatnya. Tetapi sesungguhnya perang yang kita hadapi di zaman sekarang ini, tidak kurang hebatnya dari perang badar, tidak kurang dahsyatnya dari perang uhud, dan tidak kurang ngerinya dari perang khandag. Hanya saja, perang yang kita hadapi saat ini adalah perang aqidah, perang ideologi dan perang mempertahankan keyakinan. Yang kalau saat ini kita kalah, sekarang kita memang masih beragama. Tetapi bagaimana dengan anak kita, cucu kita dan generasi yang akan hidup 10, 20, hingga 30 tahun yang akan datang?? Wallahu a’lam bisowaf.

Diperingatkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis riwayat Imam baihaqi r.a. yang Artinya:

“Akan datang suatu masa ditengah umatku dimana pada masa itu islam ada tapi tinggal sekedar namanya saja dan Al-Qur’an pun ada tapi tinggal sekedar tulisannya saja”

Terlalu cinta pada dunia menyebabkan kita lupa akan tanggungjawab dan kewajiban. Kita lupa meneruskan dan mewariskan kepada generasi yang akan datang. Kita hanya berlomba untuk mengejar dunia beserta seluruh isinya baik berupa materil, seksuil maupun pangkat, jabatan dan kedudukan.

Yang kedua dalam hadisnya Rasulullah SAW berkata : wakarotiyal maut “Terlalu takut kepada mati” Baik mati ajal, mati usahanya, mati karirnya, mati pangkat dan jabatannya. Sehingga dengan demikian, akaibatnya jatuh kita menjadi umat yang kehilangan wibawa dimata oranglain.

Saudara-saudara kaum muslimin Rahimakumullah !
Maka dari itu, selama kita menjaga diri kita dan keluarga kita, kita juga berkewajiban menjaga dan mewarisi kepada generasi yang akan datang. Mengarahkan dan mendidik mereka sesuai yang dikehendaki oleh Allah Subhanallahu Wata'ala.

Anak adalah amanat ! Menyia-nyiakan amanat adalah khianat. Dan khianat itu adalah dosa besar. Dan orangtua bisa saja masuk neraka karena menyia-nyiakan amanat dan tidak bertanggungjawab akan anak-anaknya.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah !
Itulah sebabnya Allah benar-benar berpesan kepada kita dalam Q.s At Tahrim : 6 yang berbunyi :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

Janganlah sampai istri dan anak-anak dapat menjerumuskan seorang suami untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama. Kadang-kadang terlalu sayang dan cintanya kepada istri dan anak-anak, seorang suami rela melakukan apa saja untuk menyenangkan hati mereka dengan melakukan tindakan penyelewengan, korupsi, dan bahkan melanggar apa yang telah dilarang Allah Subhanallahu Wata'ala.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taghabun : 14 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Kalau anak adalah amanat yang harus kita jaga, berarti ia kita didik sebagaimana kehendak yang memberikan amanat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, menjalankan amanat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam menjalankannya dipenuhi dengan cobaan dan rintangan. Harta, istri dan anak merupakan ujian dan cobaan !

Maasyirol Muslimin Rahimakumullah !
Apakah yang mula-mula harus kita tanamkan di dalam diri seorang anak ?
Pendidikan pertama yang diberikan adalah persoalan aqidah. Nabi Ibrahim, pertanyaan yang paling merisaukan beliau buat anak cucunya ialah:  ﻣﺎ ﺗﻌﺒﺪﻮﻦ ﻣﻦﺒﻌﺪﻱ
Artinya : “Apa yang kamu sembah setelah aku?

Kalau ayah sudah tidak ada lagi, sekarang ayah masih rajin ke Masjid melakukan ruku’ dan sujud, I’tikaf dan membaca Al-Qur’an. Tetapi, kalau suatu saat ayahmu meninggalkan dunia ini, masihkah engkau mau masuk ke dalam masjid? Apa yang akan kamu sembah kalau aku bapakmu sudah tidak ada lagi?
Ditanamkan bukan hanya keyakinan bertauhid, tetapi sekaligus juga menyembah kepada Allah. Yang kita yakinkan dengan tauhid itu tadi.
Tapi, berbeda dengan kita sekarang, kita tidak pernah berfikir: ﻣﺎ ﺗﻌﺒﺪﻮﻦ ﻣﻦﺒﻌﺪﻱ

Tetapi, orangtua sekarang, pagi-pagi malah berfikir :  ﻣﺎ ﺗﺄ ﻛﻠﻮﻦ ﻣﻦ ﺒﻌﺪﻱ

Artinya : “Kalau bapak tidak ada kamu makan apa nak?”
Yang harus pertama-tama kita tanamkan ke delam diri seorang anak, kita didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batinnya, meresap sampai ke tulang sum-sumnya. Yang apabila nyawanya sekalipun berpisah dari badannya, aqidahnya tidak akan terpisah dari hatinya. Bahkan dia sanggup berkata dengan tegar “LEBIH BAIK AKU MELARAT KARENA MEMPERTAHANKAN IMAN DARIPADA HIDUP MEWAH TETAPI MENJUAL AQIDAH”
Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah !

Mendidik anak menurut tuntunan Al-Qur’an adalah seperti yang dicontohkan oleh Luqmanul Hakim. Dapat kita pelajari di dalam Al-Qur’an di surat Lukman ayat 13-14.

Yang pertama dalam QS. Lukman : 13 yang Artinya :
“Dan (ingatlah) ketika lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku ! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”
Janganlah engkau mempersekutukan Allah nak ! Jaga tauhid, pelihara iman, mantapkan aqidah ! Ini dasar yang pertama. Dasar sebelum anak mengenal berbagai macam disiplin ilmu. Tauhid !  Adalah pertama yang ditanamkan.

Saudara-saudara kaum muslimin Rahimakumullah !
Kemudian pendidikan yang kedua berdasarkan QS. Lukman : 14 yang Artinya :
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya”

Menanamkan rasa hormat dan berbakti kepada orangtua. Bagaimana menanamkan rasa hormat kepada orangtua di hati anak? Tentu yang pertama bagaimana orangtua bisa memberikan keteladanan. Keteladanan jauh lebih berhasil dari sekedar teori yang muluk-muluk. Apabila kita orangtua tidak bisa memberikan keteladanan yang baik kepada anak-anak, maka suatu saat anak akan menganggap enteng dan kehilangan wibawa kita sebagai orangtua.

Kemudian yang ketiga,
Masih melalui model Luqman. Al-Qur’an mendorong kita mendidik anak dengan menanamkan etika otonom, apa itu ?Berikut yang diajarkan dalam QS. Luqman : 16 yang artinya :
“Wahai anakku ! Sesungguhnya kalau ada satu kebaikan yang kecil, tidak nampak oleh pandangan mata yang zahir, yang kecil itu tersembunyi di puncak langit di dasar bumi yang paling dalam atau di tengah batu hitam sekalipun Allah pasti mengetahuinya dan pasti memberikan balasan yang seadil-adilnya”

Pendidikan apa ini?
Pendidikan moral ! Menanamkan etika otonom.
Nak, kau berbuat baik jangan karena dilihat orang. Nak, kau tidak mau berbuat kejahatan jangan karena takut ada polisi. Kalau ada polisi kau tak mau jahat. Kucing juga begitu, coba lihat kucing! Kita letakkan ikan, tongkrongin aduh kucing kalem, sopan. Tetapi sedikit kita lengah, habis ikan dilahap.

Yang keempat barulah tatanan kehidupan sehari-hari. Kata luqman dalam QS. Lukman : 17, yang Artinya :
“Wahai anakku ! Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”

Di dalam rumah tangga muslim, anak yang telah berumur 7 tahun sudah berani meninggalkan shalat, maka kata nabi pukul !

Yang kelima,
Biasakan hidup dengan suasana keagamaan. Kontrollah sholatnya, baca Al-Qur’annya, puasanya di bulan Ramadhan. Disana diharapkan nilai-nilai ilmu yang dia dapatkan di bangku sekolahnya akan menciptakan keseimbangan dengan yang ditanamkan oleh orangtuanya. Sehingga apabila keseimbangan ini terwujud, akan menjadi keseimbangan dalam pola berfikir. Dan keseimbangan dalam pola berfikir akan melahirkan keseimbangan dalam perbuatannya. Maka, terwujudlah insan fiiddunnya hasanah wa fil akhirati hasanahseperti yang kita harapkan.

Khutbah Kedua:
Maasirol Muslimin rahimakumullah!
Dalam khutbah kedua ini khatib ingin mengingatkan kembali, marilah kita benar-benar mendidik anak kita karena anak merupakan amanat. Berhati-hatilah dalam perkembangan teknologi saat ini, anak bisa dengan mudah mengakses internet situs-situr orang dewasa, anak memajang photo yang tidak sopan di media sosial, bahkan merekam perbuatan yang tercela sekalipun.

Jadikanlah anak kita anak yang kuat akidahnya, anak yang berbakti pada orang tua, bermoral, dan anak yang bisa mendoakan kita dikala kita sudah tiada nanti.
Demikianlah khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan.