“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, December 19, 2014

Khutbah Jum'at - Mari Berhaji


Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Siapa mengingkari, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam.(QS. Ali Imran : 97)

Maasirol Muslimin Rahimakumullah, pada bulan ini sebagian saudara-saudara kita yang mendapatkan bagian panggilan Allah untuk melaksanakan ibadah Haji telah mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah yang istimewah ini. Apa keistimewaan dari ibadah haji?

Pertama: Ada ibadah yang dititik beratkan pada kekuatan badan yang disebut ibadah “Badaniyyah” misalnya puasa atau sholat. Adapulah ibadah itu yang titik beratnya adalah hati yang disebut ibadah “Qolbiyyah” umpamanya zikir Khafi (zikir yang tersembunyi) dan ada juga ibadah itu yang disebut ibadah “Maliyyah” ibadah yang titik beratnya justru kepada harta seperti zakat, infaq atau sodaqoh.

Adapun Haji gabungan dari keseluruhannya ibadah Badaniyah, Qolbiyah dan Maliyyah. Badan ikut melaksanakan, hati turut juga, hartapun keluar, bahkan kurang salah satu daripadanya, jelas tidak akan bisa tidak terlaksana ibadah tersebut.

Umpamanya, badan sehat, hati ingin sekali ke mekah, tapi uang tidak punya terpaksa hanya bengong. Atau, uang ada, badan sehat, tapi hati belum kepingin, barangkali ke Singapore bisa, ke Eropa, Amerika mondar-mandir tapi ke Mekah tidak bisa sampai, lantaran hati itu yang belum ingin. Jadi ibadah Haji ini merupakan gabungan dari Badaniyyah, Qolbiyyah dan Maliyyah.

Yang Kedua: Ibadah-ibadah yang lain jikalau sudah pada waktunya, bisa dikerjakan di berbagai tempat. Contohnya: Ramadhan kalau sudah masuk waktunya mau puasa di Solo bisa, di Bandung boleh, di Jakartapun jadi. Zakat kalau sudah sampai haul dan nisabnya mau dikeluarkan di rumah bisa, di kantorpun boleh.
Tidak demikian dengan Haji, dia hanya bisa dikerjakan pada waktu tertentu dan di tempat yang tertentu juga.
Belum pernah kita dengar orang pergi Haji ke Sangiran. Inilah keistimewaan daripada ibadah Haji.

Oleh karna demikian istimewanya ibadah ini, Allah SWT mendorong melalui lisan Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dimana Nabi bersabda: Al hajju mabruuru laisa lahu jaza’an illal jannata yang artinya: “Haji mabrur itu tidak ada balasan lain dari Allah, kecuali surga. (HR. Bukhari-1773 dan Muslim-1349)

Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Pada kesempatan ini, saya ingin ikut menitipkan pesan dan kesan kepada saudara-saudara kita yang akan menunaikan ibadah Haji. Apa yang sebaiknya dipersiapkan?

Pertama: dan ini yang terpenting adalah Niat, dengan meninggalkan tanah air menuju Mekah Medinah, kita bukan turis, bukan mau pergi piknik. Jangan ada niat lain selain ibadah karna Allah. Kenapa niat ini penting? Karna kalau niat kuat, maka dalam pelaksanaan ibadah Haji nanti jangankan bertemu dengan yang enak, bertemu dengan yang tidak enakpun akan jadi enak, sebab apa? kebahagiaan batin karna niat kuat lantaran bisa menjawab panggilan Allah. Kalau hati bahagia, batin bahagia, penderitaan badan tidak akan terasa. Tidak sekedar ibadah Haji, ibadah apapun saja, pondasi utamanya adalah niat. Jikalau sudah rapuh niat, nilai ibadah tidak akan sampai kesempurnaannya.

Yang Kedua: Apabila kita sudah sampailah ditanah Haram nanti puas-puaskan disana menjalankan ibadah. Mumpung ada di tanah Haram apalagi di tempat-tempat mustajabah dimana doa di jawab Allah, puaskan diri untuk melaksanakan ibadah, meskipun capek-capek sedikit. Kapan lagi mau mengejar keuntungan sebesar itu: satu rakaat shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada seribu rakaat di masjid lainnya (HR Ahmad, Ibnu Majah) Tapi kalau malas yang di perturutkan maka akan rugi yang didapat, sudah buang waktu, tenaga, harta, tapi nilai ibadah tidak seperti yang di harapkan.

Yang Ketiga: Kalau nanti sudah sampai di tanah Haram, apakah di Mekah dan Madinah, orang bilang Mekah Medinah itu taman mini akhirat, artinya apa” kita harus jujur kepada diri sendiri. Kalau menemukan berbagai kesulitan, jangan mencari kambing hitam, jangan mencari sebab pada diri orang lain. Carilah sebab pada diri sendiri. Sebab kita kesana dengan pengakuan segala dosa. Kata dan perbuatan yang tidak terkontrol yang akan mendatangkan kesulitan obatnya adalah tobat.

Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Yang Keempat: Apabila sudah berkumpul kita dengan jutaan umat islam di Mekah dan Madinah, tidak usil dengan amalan orang lain. Sebenarnya tidak cuma disana, disinipun seharusnya kita juga begitu, tapi akan lebih real kalau kita lihat disana, kenapa? Akan macam-macam tingkah orang yang sholat itu. Sebaiknya kita kembalikan kepada ajaran Allah: Lana a’maluna walakum a’malukum; Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu (Al Baqarah-139)

Jadi tidak usah usil dengan amalan orang lain, ini juga seharusnya kita wujudkan dalam kehidupan disini, sebab apa? Maaf, dalam proses perkembangan Islam di Indonesia dia tidak pernah sunyi dari orang yang tidak senang melihat dia tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Orang yang tidak senang tentu berusaha bagaimana memporak porandakan islami. Menghantam Islam terang-terangan jelas tidak mungkin dan tidak berani, kenapa? Bagaimanapun kondisinya umat Islam, bagaimanapun bodohnya umat islam ada satu hal yang positif, apa itu? Fanatisme agama. Orang islam yang jarang sholatpun akan marah jika di usik agamanya terang-terangan. Tapi mereka menghantam islam, mereka belajar dari Van Der Plas, Sinokor Gronje, dengan cara masuk ketengah-tengah umat islam, kalau perlu pakai peci pakai peci, kalau perlu pake sorban pakai sorban, tidak bisa assalamualaikum latihan assalamualaikum. Buat kalau perlu merek-merek islam, tapi yang mereknya islam, tujuannya bikin kacau dalam islam. Kita lihat di media masa ada banyak aliran yang bernama islam tapi membuat kisruh umat islam sendiri. Kalau cara tersebut dirasakan tidak berhasil, maka diputarlah lagu lama, apa lagu lama itu? Khilafiyah (perbedaan).

Dari berbagai aliran-aliran islam yang ada saat ini, dimana masing-masing mempunyai pendapat dan pemahaman sendiri-sendiri. Tidak usah jauh-jauh di dalam Perusahaan inipun ada banyak aliran.
Akan tetapi ada baiknya kita mencari titik persamaan daripada sekedar memperbesar pola perbedaan. Apalagi perbedaan itu menyangkut hal yang tidak prinsip (Hurriyah). Masalah khilafiyah ini tidak akan selesai sampai akhir kiamat.

Yang Kelima pesan saya kepada Jamaah Haji: Ibadah haji itu ibadah yang berat, oleh karna itu orang mau melaksanakan haji itu harus bawa sabar yang sebanyak-banyaknya, sabar yang tidak ada batasnya. Banyak kasus terjadi karna ketidak sabaran. Kadang-kadang sepasang suami istri, sang suami mau tawaf sunah bilang sama istrinya, bu tunggu ditiang sini jangan kemana-mana. Sang istri setia menunggu di tiang itu, padahal semua tiang di masjidil Haram bentuknya hampir sama. Setelah tawaf, sang suami berhentinya dimana sang istri menunggunya dimana, akhirnya putar-putar mencari istri setelah ketemu marahnya bukan main, padahal istrinya tidak kemana-mana.

Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Yang Terakhir, kita harapkan saudara-saudara semua yang akan melaksanakan ibadah haji ini, tidak hanya sekedar bisa pergi, tapi kembalilah ke tengah keluarga dengan selamat, dan yang paling penting membawa haji yang mabrur. Apa haji yang mabrur itu? Ukuran hakekat haji mabrur itu wallahu a’lam, Allah saja yang Maha tahu. Tapi kita bisa lihat zahirnya, bagaimana zahirnya? Apa haji yang mabrur itu kemana-mana tidak pernah lepas peci putih? Mungkin. Apa harus selalu pakai gamis? Mungkin.

Tapi ingat itu hanya sekedar kulit, kulitpun bisa dibikin-bikin. Kulit penting, isi penting. Lebih penting dari kulit adalah isi. Artinya apa? “Jiwa Haji” Bukan Cuma sekedar hanya pakaian haji, tapi berjiwa haji yang ditempah oleh pengalaman di Mekah Madinah, dan ditempat-tempat bersejarah lainnya membekas dan membayang dalam gerak hidup kita. Kalau setelah pulang haji lebih positif daripada sebelum dia berangkat, itu tanda diantara tanda-tanda haji yang mabrur.

Sebelum berangkat haji, shalatnya masih agak belang-belang, setelah pulang haji full tidak ada belangnya lagi. Sebelum berangkat haji, jadi orang yang pelit, setelah pulang haji berubah menjadi orang yang dermawan.
Itu tandanya haji mabrur.

Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Ada suatu petikan cerita yang insyaAllah dapat kita ambil hikmahnya dari seorang ulama yang bernama Abdullah bin Mubarrok asal Marwa, Khurasan Negara Turki. Suatu saat Abdullah ini sudah berniat ingin menunaikan ibadah haji di tahun depan. Oleh karna itu dia berusaha banting tulang bekerja untuk mengumpulkan uang agar bisa naik haji.

Ditengah perjalanan pulang dari pasar, Abdullah melihat ada seorang wanita sedang membersihkan bulu ayam di tempat sampah. Dia terperanjat. Ternyata wanita itu sedang membersihkan bangkai ayam yang dia ketahui setelah melihat tidak ada bekas potongan di leher ayam tersebut.
Hatinya miris, Abdullah bertanya setelah mengucap salam. “
Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan bangkai ayam ini?”
Jawab wanita itu “Untuk di makan.”
Abdullah kembali bertanya “Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita memakan bangkai ayam.”
Wanita itu kembali menjawab “Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan, tetapi tidak untukku dan anak-anakku,”
Semakin penasaran Abdullah bertanya “Memang apa sebabnya?”
Wanita itu menjawab: Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan dia tidak meninggalkan warisan yang bisa di jual untuk menyambung hidup anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku mencari makanan kesana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam ini,” jawab wanita itu panjang lebar.

Hati ‘Abdullah tergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Lalu, sambil menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai Abdullah, haji apakah yang lebih mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”

Dan tanpa berpikir lagi. ‘Abdullah kembali kerumah dan menyerahkan semua uang yang akan di gunakannya untuk naik hajinya nanti pada wanita itu. Dan wanita itu sangat gembira sekali. Sambil menerima pemberian ‘Abdullah, dia berkata, “semoga Allah merahmatimu”

Singkat cerita Ketika musim haji sudah selesai, ‘Abdullah menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita bertemu ‘Abdullah bin Mubarrok di tempat ini dan itu. ‘Abdullah tentu saja heran dengan cerita tersebut, karena dia tidak jadi pergi haji. Namun semua orang yang berangkat haji mengaku bertemu dengannya.

Malam harinya, ‘Abdullah bin Mubarrok mimpi bertemu dengan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Konon, dalam mimpinya, Rasulullah bersabda, “ Wahai ibnu Mubarrok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus malaikat_NYA yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun. Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.”

Dari hikmah cerita itu bisa kita ambil kesimpulan bahwa haji yang mabrur itu Cuma Allah yang tahu, semoga kita bisa menerapkannya didalam kehidupan kita. Aamien ya rabbal alamin.

Khutbah kedua:
Maasirol Muslimin Rahimakumullah,
Dalam khutbah kedua ini khatib ingin mengingatkan kembali seperti kita ketahui saat ini untuk bisa menunaikan ibadah haji, bukan saja badan, hati atau harta yang harus siap, saat ini kita juga dihadapkan oleh yang namanya kuota haji. Jadi apabila badan sehat, hati sudah mantap, harta siap, tapi kuota haji belum dapat giliran. Maka dengan sangat berat kita harus menunggu beberapa tahun untuk bisa berangkat ke Makah.
Anggaplah kita punya uang dengan naik haji melalui ONH plus atau yang dinamakan haji khusus, akan tetapi tetap menunggu selama 4 tahun. Selama itu siapa yang bisa menjamin usia kita bisa sampai. Bisa kita bayangkan untuk saudara kita yang hanya bisa dengan naik haji melalui ONH biasa yang menunggu sampai 20 bahkan 30 tahun baru bisa berangkat.

Saya hanya bisa menghimbau kepada saudara yang sudah pernah minimal satu kali menunaikan ibadah haji, apabila rindu ingin kembali lagi ke tanah suci Mekah atau Madinah, ada baiknya untuk melakukan umrah saja.

Perlu kita ketahui bahwa perintah kewajiban haji ini turun disaat Rasulullah setelah hijrah dari Makkah ke Madinah yaitu dengan turunnya Surat Al-Imran-97 yang artinya “Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. Sebagaimana Rasulullah saat setelah hijrah ke Madinah tersebut hanya 1 kali melakukan haji, itupun yang dinamakan Haji wada’ (haji perpisahan karena setelah itu akhir hayat Rasulullah).

Jadi intinya bagi yang sudah pernah menunaikan ibadah haji, harus memberi kesempatan kepada saudara-saudara kita yang belum pernah sama sekali menunaikan ibadah haji, agar tidak menunggu giliran yang terlalu lama.

Demikianlah khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan.

Semoga bermanfaat,
DK