“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, November 18, 2016

Khutbah Jum'at - Kenapa Harus Ayat Al Maidah Ayat 51


Maasyiral muslimin rohkimakumullah,
Beberapa hari yang lalu Indonesia diramaikan dengan aksi damai tepatnya tanggal 4 November yang lalu, akibat dari sesuatu yang dianggap sebagai penistaan yang dilakukan oleh kandidat Gubernur Jakarta Ahok.

Perlu kita ingat bahwa Ahok sebenarnya telah mengingatkan umat islam, bahwa mereka selama ini telah lupa dengan Ayat Al Maidah 51 tersebut. Allah jala jalalu ketika mengutus Rasulnya, menurunkan kepadanya Al Qur’anul karim selama kurang lebih 23 tahun. Qur’an itu turun satu persatu membina umat, menanamkan kedalam jiwa mereka tentang “al imanu billahi wal yaumil akhir” menjelaskan kepada mereka bahwa dunia ini hanya sebagai tempat lewat saja. Dan dunia ini sangat menggoda. Allah turunkan ayat-ayat yang sangat banyak sekali yang berjumlah 6,666 ayat.

Lalu kenapa umat Islam sekarang, meributkan surat Al Maidah ayat 51? Lantas kemana 6665 ayat yang lain? Kemana kita selama ini? Kok baru bingung ketika ahok yang menyampaikan. Ulama sudah menyampaikannya berulang-ulang kali tapi tidak satupun yang mengiraukannya, tapi ketika ahok yang menyampaikan baru umat Islam bangkit.

Tapi alhamdulillah, kita perlu berterima kasih kepada ahok, karna dia membuat kita kembali. Membuat umat Islam balik ke pada Al Qur’anul karim. Sebagian orang tidak pernah tau didalam hidupnya, kalau didalam Al qur’an ada Al Maidah. Sebelumnya yang dia tau hanya Qulhuwallahu ahad, Qul ‘audzubirobbil falaq, dan Qul ‘a’u dzubirobbinnas, sekarang baru tau kalau didalam Al Qur’an ada Al Maidah.

Allah subhanallahu wata’ala mengatakan “inna haadzal qur’an, yahdi lillatihi aqwa” sesungguhnya Al Qur’an itu yang akan menunjukkan kepada jalan yang paling lurus. Jadi bukan kitab-kitab yang lain atau hukum-hukum yang lain, akan tetapi Al Qur’anulkarim. Tapi kita yang mengaku umat islam sebagian sampai sekarang belum khatam Alqur’anul karim. Sebagian sampai hari ini belum paham apa yang Allah inginkan darinya.


Maasyirol muslimin rakhimakumullah,
Memang tidak semua orang Islam harus jadi ustadz, tidak semuanya juga harus menghafal Al Qur’anulkarim, tapi paling tidak dia tau apa yang Allah inginkan dengan diturunkannya Al Qur’anulkarim. Allah mengatakan “Syahru Romadhonaladzi unzilafiihil Qur’an” bahwasannya Bulan Ramadhan bulan diturunkannya Al Qur’an,  buat apa sebenarnya? Apakah buat dibaca saja atau dihapal saja? Tidak jawabnya, akan tetapi “Hudalinnasi wabayinatil minal furqon” Sebagai petunjuk bagi umat manusia, segalanya Allah ceritakan didalam Al Qur’anulkarim, Allah berbincang tentang hukum berdagang, tentang hutang piutang, tentang akidah dan semua petunjuk bagi semua manusia. Tapi kita lupa seakan-akan itu semua hanyalah hukum yang dibikin oleh orang-orang.

Banyak yang diantara kita yang seakan-akan Al Qur’an itu hanya Al Maidah ayat 51, tapi perlu kita kaji lebih dalam lagi. Dimana kalau kita membaca tafsir para ulama tentang Al Maidah Ayat 51 ini, seperti tafsir Ibnu Katsir, tafsir Sya’di, tafsir Thobari, bahkan tafsir Qurtubi, dimana Surat Al Maidah ayat 51 itu sebenarnya tidak berkaitan dengan masalah pemimpin saja. Pemimpin tersebut disebutkan hanya sub masalah yang paling sempit sekali, akan tetapi ada yang lebih dari itu.

Allah berfirman didalam surat Al Maidah ayat 51 tersebut “Ya ayyuhaladzi na’amanu” hai orang-orang yang beriman, jadi yang dipanggil hanya orang-orang yang beriman, yang tidak beriman silahkan tinggalkan ayat ini, karna ini bukan untuk engkau. Ibnu Mas’ud radiallahutaala anhu mengatakan “idza sami’tallah yakulu ya ayyuhaladzi na’amanu fa’ar iha sam’a” Apabila kamu mendengarkan didalam Alqur’an ada bacaan “Yaayyuhaladzi na’amanu” berhentilah, perhatikan dan fahami apa yang Allah inginkan dari bacaan tersebut.

Apa kata Allah, wahai orang-orang yang beriman “laa tat takhidzul yahudawan nasoro auliyaa” janganlah kalian menjadikan orang-orang yahudi dan orang-orang nasrani sebagai auliya. Kata aualiya ini adalah jamak nya dari kata wali, jadi kalau aulia itu artinya banyak kalau wali artinya satu. Didalam buku-buku tafsir wali tersebut maknanya sebagai “an nasir, as shodiq, al habib” seorang penolong, seorang pembantu, dan seorang teman atau seorang kekasih. Jadi jangan berbicara seorang pemimpin dulu. Kalau kita berteman, mempunyai hubungan baik dalam pertemanan kita, sampai tingkat cinta dan senang sama orang yahudi dan nasrani itu yang tidak boleh. Jadi kalau ada orang yang mengatakan ini ayat cuma di Indonesia yang diterjemahkan sebagai pemimpin, ga’ masalah, padahal sebenarnya ayat tersebut lebih dalam dari seorang pemimpin.

Kalau kita berteman lalu mencintai orang-orang yahudi dan nasrani tersebut saja tidak boleh, apalagi menjadikan pemimpin buat kita. Kata Allah kembali “ba’duhum auliyaa ‘u ba’di”mereka itu sebagian dari mereka saling mencintai satu sama lainnya. Orang yahudi dan nasrani itu tidak pernah ridho sampai kalian ikut mereka. Makanya belanda datang ke Indonesia bawa apa? Dia bawa misionaris, dia tebarkan agama nasrani dimana-mana, dia bawa salib-salib untuk memurtadkan umat Islam atau menggantikan agama penduduk asli yang belum punya agama.

Kita kembali kepada ayat ini “wamay yatawallahum minkum” kalian yang beriman kalau ada yang menjadikan mereka sebagai wali kalian, sebagai sohib kalian, sebagai penolong kalian apalagi sebagai pemimpin kalian, Apa kata Allah “fainnahu minhum” berarti dia sama dengan mereka dan termasuk dari golongan mereka “innallaha laa yahdil qoumadzoolimin” Allah tidak memberikan hidayah kepada orang-orang yang dzolim.


Maasyirol muslimin rakhimakumullah,
Didalam tafsir Ibnu Katsir beliau meriwayatkan sebuah kisah: Umar ibnu Khatab memerintahkan kepada Abu Musa Al Anshari selaku Gubernur di Basra, untuk meminta laporan apa yang kau ambil, yang kau berikan semua tulis diatas sebuah kulit. Ternyata Abu Musa Al Anshari punya seorang penulis yang beragama nasrani. Kemudian laporan tersebut diberikannya kepada Umar bin Khatab, dan Umarpun takjub dengan kerapihan penulis tersebut tidak seperti laporan dari tempat-tempat lain. Apa kata Umar? yang menulis ini pasti orang yang amanat dan orang yang bisa menjaga kerapihan, tolong panggilkan dia supaya datang ke masjid ini untuk membacakan tulisannya.

Maka dikatakan oleh Abu Musa, dia itu tidak bisa masuk masjid ya Umar. Kata Umar: apakah dia sedang Junub sehingga tidak boleh masuk masjid? Tidak ada bayangan di benak Umar kalau orang tersebut adalah kafir, maka dia berkhusnuzzon. Abu Musa menjelaskan, dia bukan junub tapi dia adalah nasrani. Mendengar penjelasan tersebut Umar marah, menghardik dan memukul paha Abu Musa sambal berkata: keluarkan dia, lalu Umar membaca Surat Al Maidah ayat 51 “Yaayyuhaladzi na’amanu, laa tat takhidzul yahudawan nasoro auliyaa” wahai orang-orang yang beriman, kalian jangan menjadikan orang-orang nasoro itu sebagai wali-wali kalian.

Abu Musa kemudian memprotes Umar. Ya Umar, ini orang memang nasoro, tapi kerjanya sangat bagus sekali, sangat amanat, dan banyak kelebihan-kelebihan orang ini.  Kata Umar apa tidak ada orang Islam yang lebih baik dari dia? Anggap dia nanti mati, trus siapa penggantinya kalau didalam umat Islam tidak ada yang dapat menggantikan dia? Ini sesuatu yang sangat memalukan kata Umar ibnu Khatab.

Jadi Al Maidah ayat 51 bukan hanya berkaitan dengan pemimpin, jadi kalau ada orang yang mengkhususkan ayat tersebut hanya untuk pemimpin tidak tepat juga. Tapi lebih dalam lagi, dalam pergaulan kita, dalam pertemanan kita, dalam persahabatan kita, tinggal kita disuruh memilih.

Rasulullah salallahualaihiwassalam mengatakan “laa tu sahib illa mukminan, wala ya’ kul to’a maka illa takkin” engkau jangan berteman kecuali dengan orang yang beriman, jangan bersahabat kecuali dengan orang yang beriman dan jangan sampai makan makananmu kecuali orang yang bertakwa. Apakah maksud hadits ini kita tidak boleh membantu orang kafir? kita tidak boleh berbagi dengan orang kafir? Bukan jamaah. Hadits ini dalam arti kalau orang non muslim sudah masuk kerumah kita, makan sama kita, tidur sama kita dan menjadi teman dekat kita, sohib kita, itu yang tidak boleh. Kita disuruh memilih teman yang beriman dan bertakwa, kadang-kadang sebagian dari kita lebih senang dengan orang-orang non muslim. Wallahu a’lam.

Ilustrasi Pengemis Buta
Maasyirol muslimin rakhimakumullah,
Rasulullah mencontohkan bagaimana tatkala ada seorang pengemis yahudi di Madinah yang matanya buta, dimana setiap hari dia selalu menghina, mengumpat bahkan menistakan Rasulullah, akan tetapi Rasulullah tidak membalasnya dengan menyakiti atau kembali menghardiknya. Melainkan dengan kerendahan hati dan keikhlasannya, Rasulullah selalu menghampiri pengemis buta tersebut untuk menyuapi makan kepadanya. Yang pada akhirnya pengemis tersebut masuk Islam setelah Rasulullah wafat, karena tau dari Abu Bakar bahwa orang yang menyuapinya selama ini adalah Rasulullah salallahualaihi wasallam, orang yang setiap hari dia hinakan.

Aisyah radiallahuta’ala anha bertanya kepada Rasulullah salallahualaihiwasallam, ”ya Rasulallah inna lijaro’in” aku punya 2 tetangga dan aku punya 1 hadiah yang akan kuberikan, “faidza aihima uhdi” yang mana yang harus aku kasih? Diantara 2 tetangga tersebut tidak membedakan apakah muslim atau non muslim, karena pertanyaan Aisyah tersebut adalah pertanyan yang bersifat umum. Apa kata Rasulullah salallahualaihiwasallam “ila akrobihima min kibaban” kasihlah sama tetangga yang paling dekat pintu rumahnya dengan engkau. Jadi kalau kita punya tetangga non muslim, sementara kita punya makanan atau sesuatu, maka sepatutnya kita berikan kepada tetangga yang pintu rumahnya dekat dengan rumah kita.

Kita tunjukkan bahwa Islam itu mulia, tetangga kita sakit sementara kita punya mobil, sudah sepatutnya kita antar tetangga tersebut walaupun dia non muslim. Rasulullah juga mengatakan “man qotala mu’aahadan lamyaroh roo’ihatal jannah” orang Islam yang membunuh orang kafir didalam negeri Islam yang ada perjanjian tidak berperang dengan umat Islam, tidak akan mencium bau surga. Oleh sebab itu orang islam yang melakukan pengeboman, pembunuhan terhadap orang kafir di negara yang ada perjanjian tidak berperang, maka sangatlah akan merugi diakhirat kelak.

Rasulullah juga melarang menghancurkan gereja-gereja yang disitu ada orang-orang beribadah, membunuh wanita yang tidak memerangi, bahkan membunuh anak-anak dimedan perang. Didalam surat Al Muntahana ayat 9 Allah mengatakan “inama yanha kumullah al ‘anil ladzi naqotaluhum fiddin, wa akhrojukum mindiyarikum, wa dzoharu ala ikhrojukum anta walaukum” yang Allah larang itu kalian adalah memberikan loyalitas kalian kepada orang kafir yang memusuhi kalian, yang memerangi kalian, yang berusaha mengusir kalian dari negeri kalian, itu yang tidak boleh kalian loyal kepada mereka.

“wamay yatawallahum fa’ula ikahumu dzoolimun” dan barang siapa yang menjadikan mereka kekasih-kekasih mereka, penolong-penolong mereka, teman-teman mereka, maka dialah adalah orang-orang yang dzolim.

Semoga kita sebagai muslim bisa mempelajari Al Qur’an lebih dalam lagi, dan Al qur’an bukan hanya Al Maidah ayat 51, tapi setiap kali kita membaca kata “Ya ayyuhaladzi na’amanu” didalam Al Qur’an yang artinya hai orang-orang yang beriman, coba kita baca dan fahami apa yang Allah inginkan dari kita.


Khutbah Kedua
Maasyirol muslimin rakhimakumullah,
Kalau kita lihat di zaman Rasulullah dulu, sudah menjadi sifat dari orang kafir itu yang selalu menjatuhkan kita selaku umat islam, selalu menghina, mengumpat, menistakan kita bahkan menganiaya dan membunuh umat Islam. Tapi kita belum pernah mendengar Rasulullah sedikitpun membalasnya atau menghardiknya kembali. Rasulullah mencontohkan sesuatu yang sangat mulia bahkan mendoakan supaya orang kafir tersebut mendapatkan hidayah.

Tidak seperti kita saat ini, ada orang non muslim yang menistakan agama kita, berbondong-bondong kita ikut berdemo dengan dalil aksi damai, padahal kita tau sesungguhnya berdemo itu akan menimbulkan banyak kemudharotan yang bisa saja dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang sengaja memecah belah negara kita.

Umar bin Khatab disaat beliau belum masuk Islam, dia memerangi Islam, dia berniat membunuh Rasulullah salallahualaihi wasallam, sahabat-sahabat yang masuk Islam disiksa oleh Umar, tapi Rasulullah mendoakan dia agar diberikan hidayah. Hingga akhirnya Umarpun memeluk Islam. Jadi tidak ada salahnya jika kita mendoakan Ahok supaya diberikan hidayah, karna tidak tertutup kemungkinan Ahok pun bisa masuk Islam. Aamieen.

Wallahua'lam bissawab.
Semoga bermanfaat,
Ded Lee

Sumber:
Ceramah Ustadz Safiq bin Riza bin Bassalamah (Kenapa Ayat Al Maidah Ayat 51)