“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Sunday, July 17, 2022

Kisah Pejuang Kanker Laring (Kanker Tenggorokan)


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Hai sobat blogger yang selalu setia membaca artikel didalam blog ini, kali ini penulis ingin berbagi pengalaman pribadi yang penulis alami sendiri sebagai seorang "Cancer Survivor" atau yang biasa disebut "Pejuang Kanker". Penulis sengaja menuangkan kisah ini, berharap bisa menjadi inspirasi kesembuhan bagi teman-teman survivor lainnya yang saat ini masih berjuang untuk kesembuhan penyakitnya. Saya berharap teman-teman survivor tidak berkecil hati dan tidak putus semangat untuk menggapai harapan kesembuhaan di masa datang.

Disebutkan dalam shahihain (Bukhari-Muslim), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”[HR. Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573]

Dari hadits shahih diatas sungguhlah benar janji Allah tersebut yang akan menghapuskan dosa-dosa kita dengan cobaan sakit yang kita alami, jadi jangan berkecil hati dengan penyakit yang kita derita. Melainkan kita harus yakin dengan janji Allah tersebut.


Awalnya Hanya Batuk Biasa

Cerita ini bermula saat saya sudah pindah bekerja dari perusahaan supplier otomotive yang berdomisili di daerah Cikarang Bekasi, ke sebuah perusahaan tekstil yang berdomisili di daerah Solo. Di tempat kerja yang baru, saya berprofesi sebagai continuous improvement Manager, dimana tugas saya adalah memberikan pelatihan kepada para projek leader dalam pemahaman tentang projek perbaikan yang dikenal dengan ilmu lean six sigma. Saat itu materi yang akan disampaikan selama 5 hari full day.

Sebagai informasi, saat masih bekerja di perusahaan supplier otomotive di daerah Cikarang Bekasi, tepatnya Bulan Februari 2021 disaat itu sedang booming dengan tingginya kasus penyebaran virus Corona varian Delta. Pada saat yang bersamaan saya terkena batuk kering yang berkepanjangan biasa orang bilang batuk 100 hari, saya pikir hanya batuk biasa, oleh karena itu saya hanya minum obat batuk biasa, akan tetapi setelah seminggu tidak sembuh batuknya, maka saya disuruh oleh Manager HRD untuk isolasi mandiri dirumah karena dikhawatirkan terpapar positive Corona.

Merasa khawatir dengan penyebaran virus Corona tersebut, akhirnya saya putuskan untuk tidak ke dokter atau puskesmas, saya pun lanjut dengan pengobatan dengan gonta-ganti obat batuk yang ada di apotik. Setelah 4 minggu berlalu batuk saya masih tetap ada dan semakin parah. Akhirnya saya menghubungi teman yang ada di Solo untuk mengirimkan obat batuk alami yang manjur, selang berapa hari akhirnya saya mendapatkan sebotol obat batuk berupa madu propolis. Setelah 3 hari saya minum dan sukur Alhamdulillah batuk saya berhenti. Akan tetapi ada kejanggalan setelah batuk saya sembuh, yaitu suara saya tiba-tiba menjadi serak.

Saya berpikir bahwa, mungkin serak tersebut akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Akan tetapi ternyata suara serak tersebut tidak hilang hingga berlanjut lamanya hampir satu bulan. Dikarenakan kondisi kesehatan yang makin memburuk tersebut akhirnya saya memutuskan untuk resign dari perusahaan di daerah Cikarang tersebut, tepatnya di hari Sabtu tanggal 24 April 2021 adalah hari terakhir saya bekerja. 

Kemudian selang beberapa hari saya resigned, sepertinya memang Allah yang sudah mengatur jalan hidup saya, qadarullah siang itu saya mendapat telphone dari perusahaan tempat saya bekerja dulu di daerah Solo, melalui HRD Managernya mereka memanggil saya mengajak untuk bergabung kembali. Setelah mempertimbangkan bahwa di Solo dekat dengan keluarga istri, dan lingkungannya baik buat kesehatan, akhirnya saya putuskan untuk menerima kembali tawaran kerja tersebut.


Terdeteksi Adanya Benjolan

Singkat cerita, hari Senin tanggal 24 May 2021, sayapun akhirnya sudah mulai bekerja kembali di perusahaan di daerah Solo, akan tetapi saat sudah bekerja di Solo pun suara saya masih serak. Puncak keparahan seraknya suara saya tersebut yaitu pada saat saya memberikan salah satu pelatihan Lean Six Sigma di Bulan Aug 2021 selama 5 hari full day. Dimana saat saya memberikan materi dengan suara lantang, kemudian apa yang terjadi malah sebaliknya suara saya menghilang saat saya semakin berteriak keras. Walaupun kondisi suara saya yang serak tersebut, sukur alhamdulillah saya masih bisa menyelesaikan materi pelajaran pada pelatihan tersebut hingga hari akhir. 

Pada hari Sabtu sore tanggal 23 Oct 2021, saya sempatkan memeriksa kondisi tenggorokan saya di salah satu rumah sakit swasta di Solo yaitu Rumah Sakit JIH. Saya bertemu dokter spesialis THT namanya dr. Bodro Prastowo Sp. THTKL dan disana saya mendapatkan pemeriksaan endoskopi yaitu pemeriksaan yang menggunakan kabel video kedalam tenggorokan saya. Setelah selesai dokter mengatakan ada benjolan kecil di laring tenggorokan sebelah kiri dengan istilah "Massa plika vocalis kiri 0.5cm pertengahan bertangkai".

Hasil endoskopi di RS JIH Solo

Dokter tersebut menyarankan bahwa benjolan tersebut harus diangkat melalui tindakan operasi, akan tetapi dikarenakan RS JIH peralatannya tidak mendukung selain itupun tidak di cover oleh BPJS, maka dokter menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit Moewardi sebagai rumah sakit kelas "A" yang mempunyai fasilitas lengkap.


Mengurus Rujukan BPJS

Atas saran dari dokter tersebut, hari Seninnya 25 Oct 2021 saya datang ke RS Moewardi untuk mendapatkan surat rujukan balik ke Faskes 1. Pertama datang karena masih awam saya melakukan pendaftaran di Poli Cendana, dan sukur alhamdulillah saya bertemu dokter Hadi Sudrajat Sp. THT, orangnya peduli kepada pasien dan bisa diajak kerjasama. Sayapun langsung memberikan hasil endoskopi dari RS JIH dan menanyakan tindakan selanjutnya apa saja. Kemudian dari beliau dibuatkan surat rujukan balik untuk pengantar ke Faskes 1 supaya biaya pengobatan bisa di cover BPJS.
Surat rujuk balik dari dr. Hadi Sudrajat Sp.THT
RS Moewardi

Dikarenakan Faskes 1 saya masih berstatus di Bekasi, akhirnya saya kembali ke Bekasi pada hari minggunya 31 Nov 2021 untuk mengurus perubahan status faskes dari Poliklinik Paramitra 2 Bekasi, sesampai di poliklinik ternyata susternya menjelaskan mereka tidak bisa menerbitkan surat rujukan ke RS Moewardi Solo karena lintas provinsi. Mereka menyarankan untuk pindah faskes 1 dulu ke daerah Solo baru bisa di rujuk ke RS Moewardi. Akhirnya saya menghubungi bagian HRD ditempat kantor saya, dan saya disarankan untuk mengurus perubahan Faskes terlebih dahulu melalui aplikasi Mobile JKN. 

Dengan perasaan lelah karena tidak mendapatkan surat rujukan, akhirnya saya putuskan balik kembali ke Solo, hingga di hari Seninnya 1 Nov 2021 saya masuk kerja dan langsung datang ke bagian HRD untuk mendapatkan petunjuk cara masuk ke aplikasi Mobile JKN. Saya diajarkan cara register kedalam aplikasi tersebut dan diajarkan cara melakukan penggantian Faskes 1. Alhamdulillah ternyata setelah 3 hari status faskes saya sudah berubah status dari Faskes 1 Poliklinik Paramitra Bekasi ke Faskes 1 Poliklinik Jasmine di daerah Solo.


Mengurus Rujukan Faskes 1 Klinik Jasmin dan RS UNS

Sore hari sepulang kerja tanggal 3 Nov 2021, saya langsung datang ke Poliklinik Jasmin tersebut, dan alhamdulillah saya disambut hangat oleh bagian administrasinya serta dokternya, dimana mereka menyapa dengan baik dan sangat peduli dengan pasien, hingga saat itu saya dibuatkan surat rujukan, akan tetapi tidak bisa langsung ke RS Moewardi sebagai rumah sakit kelas "A", karena saya harus di rujuk ke rumah sakit kelas "C" terdekat dahulu. Saya memilih Rumah Sakit UNS karena dekat dari rumah, hingga surat rujukan dari Poliklinik Jasmine tertuju ke RS UNS.

Pada tanggal 11 Nov 2021, saya izin datang kerja terlambat untuk mengurus rujukan ke RS UNS dahulu. Setiba di RS UNS saya ke pendaftaran dengan membawa rujukan dari Faskes 1 beserta surat rujuk balik dari RS Moewardi, setelah itu saya dipanggil ke ruang dokter spesialis THT, disana saya di jelaskan mengenai kemungkinan tindakan apa saja yang akan saya lalui. Setelah selesai dokter membuatkan surat rujukan ke RS Moewardi, sayapun kembali ke bagian administrasi untuk di daftarkan melalui sistem BPJS dari RS UNS ke RS Moewardi.

Surat rujukan dari RS UNS


Awal Terasa Sakit di Tulang Belakang

Suatu saat pada hari minggu tanggal 6 Nov 2021 saya dirumah membersihkan rumput dengan cara menundukkan badan untuk mencabut beberapa rumput di sekitar kolam ikan, saat pertama kali menunduk dan berdiri saya masih tidak merasakan apa-apa, akan tetapi setelah berdiri dari duduk yang kesekian kali tiba-tiba pinggang saya terasa sakit sekali, saya lantas terpikir apakah batu ginjal yang dulu pernah saya rasakan timbul kembali? Tapi posisi sakitnya berbeda dengan dulu, kalau dulu lebih ke arah samping pinggang namun saat ini lebih terfokus kepada tulang duduk saya. 

Dan saat itu barulah sadar apa ini pengaruh dari tumor yang ada di tenggorokan saya, meskipun saat itu belum dokter nyatakan apakah tumor saya ganas atau tidak. Akan tetapi anehnya sakit di pinggang tersebut hilang perlahan pada saat saya bangun tidur dengan memutarkan pinggang ke kanan dan kiri, dalam hati saya bersukur Alhamdulillah Allah bantu menghilangkan sakit tersebut. Pada hari lainnya tercatat 3 kali rasa sakit pinggang saya tersebut sering datang dan hilang dengan sendirinya setelah saya konsumsi obat herbal.


Mulai Perawatan di RS Moewardi

Tanggal 12 November 2021, saya mulai perawatan di rumah sakit Moewardi. Surat rujukan dari RS UNS keesokan harinya saya bawa ke RS Moewardi, setiba di pendaftaran ternyata harus daftar ke loket dulu karena masih baru, dan disini kita benar-benar di uji kesabarannya karena untuk fasilitas BPJS (Poli reguler) berbeda dengan fasilitas Poli Cendana, biasanya poli reguler yang ngantri ratusan orang, sehingga bisa berjam-jam ngantri. Saya datang jam 08:00 dan baru dipanggil jam 11:00. 

Selain itu yang membuat kita benar-benar di uji kesabaran disini yaitu para dokternya bukan dokter spesialis, memang kita didaftarkan atas nama dokter spesialis, akan tetapi itu hanya namanya saja, sementara yang melayani yaitu dokter residen, dalam arti kita tidak bakalan ketemu sama dokter spesialis yang ada di nama tersebut selama bukan untuk urusan tindakan operasi atau urusan penting dan urgent yang berhubungan dengan nyawa pasien. 

Tentu sobat survivor ada yang belum tau siapa dokter residen tersebut. Dokter residen adalah dokter yang bekerja di suatu poli tertentu, dimana dia sedang menyelesaikan studynya untuk mendapatkan gelar spesialis di poli tempat dia bekerja tersebut. Jadi kesimpulannya, setiap minggu kita akan bertemu dokter residen yang akan berganti-ganti orang. Beberapa dokter residen yang sempat memberikan konsultasi kepada saya diantaranya dokter Rovi, dokter Tari, dokter Astrid, dokter Dita, dokter Dewi, dokter desta, dokter Ari, dokter Isma, dan lainnya yang tidak hafal satu persatu.

Pelayanan di poli reguler RS Moewardi juga tidak bisa kita lakukan pada hari selanjutnya, melainkan kita harus datang satu minggu kemudian itupun kalau ada jadwal, terkadang kita hanya bertemu dengan dokter residen sembari menunggu tindakan.

Di awal saya berobat di RS Moewardi terbesit dibenak saya untuk pindah ke rumah sakit swasta lainnya di daerah Solo yang lebih cepat, alhasil setelah tanya sana-sini ternyata beberapa rumah sakit Swasta tersebut juga peralatannya tidak lengkap dan mereka bilang semua akan di rujuk ke RS Moewardi karena satu-satunya rumah sakit kelas A terlengkap di Solo. Sayapun pernah terbayang apabila saya pindah rujukan ke rumah sakit di Jakarta, akan tetapi dikarenakan pekerjaan saya di Solo dan sudah tentu akan merepotkan apabila bolak balik dari Jakarta ke Solo, akhirnya saya pasrahkan untuk lanjut berobat di RS Moewardi.


Test Endoskopi Ulang

Setelah beberapa minggu kunjungan akhirnya dokter residen di poli THT RS Moewardi menalukan test endoskopi ulang, tepatnya tanggal 2 Des 2021. Sekali lagi perlu sobat survivor ketahui bahwa yang melakukan endoskopi tersebut adalah dokter residen yang belum pengalaman, jadi endoskopi tersebut adalah selang yang diujungnya ada kamera video dan dimasukkan melalui lubang hidung hingga pangkal tenggorokan. Selanjutnya  saya disuruh duduk dan dipegang erat oleh beberapa dokter residen lainnya untuk menjaga supaya tidak terjadi pergerakan saat dimasukkan kamera endoskopi tersebut. Sudah pasti saya merasa sakit dan berulang kali mau muntah karena kameranya nyangkut di tenggorokan.

Video hasil endoskopi di RS. Moewardi

Alhasil, dari video endoskopi tersebut menunjukkan benjolan yang terdapat pada laring tenggorokan sebelah kiri masih terlihat jelas, dokter mengatakan benjolan tersebut adalah tumor atau daging tumbuh dan disarankan untuk di lakukan tindakan operasi pengangkatan agar tidak membesar yang akan mengganggu pita suara dan juga perlu dilakukan biopsi pengambilan sample lab guna mengetahui apakah tumor tersebut ganas atau jinak.


Merunut Akar Permasalahan

Setelah tindakan endoskopi tersebut, saya berkonsultasi dengan dokter dan dokter mengajukan beberapa pertanyaan kepada saya, diantaranya yaitu: "Apakah bapak perokok?" saya jawab "sejak lahir belum pernah merokok dok", kemudian dokter berkata kembali "Apakah bapak perokok pasif?"

Setelah mendengar pertanyaan tersebut, saya mencoba termenung sejenak dan mem-flashback kembali jalan hidup saya kebelakang, ternyata setelah saya ingat-ingat kembali saat saya terakhir bekerja di daerah Cikarang Bekasi, kebiasaan saya setiap hari yaitu seringkali berdiskusi dengan atasan atau rekan kerja di ruang smooking area, disitu biasanya saya ikut nimbrung bersama mereka untuk mendiskusikan sesuatu urusan pekerjaan, saat berdiskusi mereka semua pada merokok, hanya saya yang tidak. Dalam hening saya berfikir ternyata benar saya adalah seorang perokok pasif, yang tidak merokok langsung melainkan menghisap asapnya dari rokok orang lain.

Disisi lain saya bersukur karena Allah subhanallahi wata'ala telah menyelamatkan saya dengan memberikan tempat pekerjaan yang baru di daerah Solo yang jauh dari polusi asap rokok. Mungkin ada hikmahnya saya resign dari perusahaan di daerah Cikarang tersebut. Sempat terbayang dalam benak, apalah jadinya kondisi badan ini seandainya masih bekerja di tempat tersebut yang setiap hari paru-paru saya terus ditumpuk dengan nikotin dari asap rokok orang lain.


Permintaan Pasang Trakeostomi

Saat setelah melakukan test endoskopi ditanggal 2 Des 2022 itu pula, dokter residen menyarankan saya untuk dipasang trakeostomi beberapa minggu sebelum tindakan operasi.

Bagi sobat survivor yang belum paham apa itu trakeostomi, saya jelaskan bahwa trakeostomi adalah pembuatan lubang nafas di leher yang dipasang alat bantu nafas berupa selang. Jadi saat dipasang trakeostomi ini, saat itu kita sudah tidak bernafas melalui hidung seperti normal, melainkan bernafas melalui lubang di leher tersebut, dan dalam kondisi ini kitapun tidak bisa berbicara, karena pita suara kita tidak terkena aliran udara nafas yang biasa melalui hidung. Sebenarnya alat trakeostomi tersebut ada yang bisa untuk bicara dengan menggunakan klep khusus, akan tetapi untuk kasus trakeostomi sebelum operasi ini hanya bersifat sementara yang tidak diperlukan klep khusus untuk bisa bersuara.

Ilustrasi Trakeostomi

Dokter residen menjelaskan kepada saya bahwa pemasangan trakeostomi tersebut sangatlah diperlukan karena untuk mencegah tertutupnya jalur pernafasan oleh pertumbuhan tumor yang sangat cepat. Dokter memberikan contoh bahwa ada beberapa pasien dengan penyakit serupa yang saat pertama kali datang dalam kondisi sehat, akan tetapi setelah beberapa minggu nafasnya sesak dan akhirnya dilarikan ke UGD dan terpaksa dibuatkan lubang trakeostomi sementara guna membantu pernafasannya.

Alasan lain kenapa kita perlu dipasang trakeostomi ini yaitu untuk membantu kelancaran proses operasi, karena dengan adanya lubang trakeostomi tersebut, maka dokter anastesi/bedah akan menggunakannya sebagai lubang tempat masuknya selang obat bius, selang oksigen ataupun selang sedot darah saat operasi. Sementara jalur yang melalui mulut akan digunakan sebagai masuknya alat potong untuk pengambilan biopsi massa tumor. Jadi kalau semuanya melalui mulut, maka di khawatirkan saat pengambilan biopsi massa tumor ada beberapa selang yang menyentuh massa tumor tersebut yang bisa berakibat masa tumor akan iritasi atau terluka.

Akan tetapi perlu kita pertimbangkan juga bahwa dengan pemasangan alat trakeostomi tersebut ada beberapa dampak negatif diantaranya:

1. Yang jelas kita sudah tidak bisa bicara meskipun mulut kita cuap-cuap saat sudah dipasang alat tersebut, hal ini akan sangat berpengaruh dalam aktifitas kerja kita sehari-hari, sudah otomatis kita tidak bisa bekerja selama alat itu dipasang.

2. Perawatannya lumayan ribet karena beberapa hal:
Pertama luka setelah pembuatan lubang dileher harus dijaga kebersihannya setiap hari ganti perban dan dibersihkan dengan air hangat serta betadine, dan tidak bisa tersenggol sedikit otomatis membuat nyeri di tenggorokan.
  • Lubang tersebut harus dijaga dari masukknya air seperti saat mandi, saat berkeringat atau kehujanan.
  • Perlu alat sedot/suction (bisa manual atau yang pakai mesin) yang digunakan setiap kali nafas kita sudah tersengal-sengal maka kita harus menyedot cairan didalam selang trakeostomi tersebut.
  • Saat tidur posisi tidur miring akan menyulitkan kita bernafas karena selang trakeostomi tersebut bersentuhan dengan jalur pernafasan yang membuat gatal tenggorokan.
3. Dari pengalaman 3 orang saudara dan teman dekat yang dipasang trakeostomi semuanya berakhir dengan kondisi drop karena kondisi sudah tidak tertolong hingga ajal menjemput.

Setelah dokter residen menyampaikan instruksi untuk pemasangan trakeostomi tersebut, saya dikasih waktu beberapa minggu untuk memutuskan apakah bersedia dipasang atau tidak. Saat itu saya dan istri pulang dengan tertunduk lemas dan sempat drop setelah memikirkan ternyata penyakit yang ada di tenggorokan saya ini tidak main-main dan sangat berbahaya. Selain itu tindakan yang disarankan pun membuat saya mati semangat, karena saat itu pekerjaan saya satu-satunya adalah sebagai trainer yang selalu menggunakan suara untuk berkomunikasi, terbayang apabila dipasang alat tersebut maka sudah otomatis saya tidak bisa bekerja. Dan yang sangat sedihnya lagi yaitu dengan dipasangnya alat tersebut sudah pasti akan membuat berkurangnya ibadah yang biasa tiap hari saya lakukan.

Saat itu saya terus mencari sumber-sumber informasi seputar efek penggunaan trakeostomi tersebut dan disisi lain juga mencari pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyakit saya ini. Ada banyak situs kesehatan yang saya baca dan ada banyak orang yang saya tanya untuk mencari informasi tersebut, disisi lain tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah sang kuasa untuk dimudahkan jalan ikhtiar pengobatan.

Setelah beristikharah niat karena Allah serta mendapatkan berbagai informasi yang valid, akhirnya saya putuskan untuk tidak dipasang trakeostomi, karena mengingat saya masih perlu bekerja untuk menafkahi anak dan istri, seandainya di pasang trakeostomi sudah otomatis saya tidak bisa bicara dan bekerja mencari nafkah. Alasan saya lainnya karena saya sudah bilang ke dokter sampai saat ini alhamdulillah saya tidak bermasalah dengan pernafasan, atas dasar berbagai alasan tersebutlah saya sangat keberatan untuk di pasang trakeostomi. Saya bilang seumpama saat operasi ada masalah dengan pernafasan maka saat itu baru saat bersedia untuk di pasang trakeostomi.

Setelah alasan tersebut saya sampaikan ke dokter residen, akhirnya dokter residenpun menyampaikannya ke dokter spesialis THT yang bernama dr. Putu Wijaya Kandi Sp. THT-KL. Saat itulah saya dipertemukan dengan dokter spesialis THT, dan dokter Putu menerima alasan tersebut, akan tetapi dia bilang akan berkoordinasi dengan dokter anastesi / ahli bedah untuk keberatan saya tersebut.


Mulai Konsumsi Habbatussauda

Setelah mengetahui hasil endoskopi masih terlihat benjolan di laring sebelah kiri, akhirnya mulai tanggal 3 Des 2021 saya putuskan untuk mengkonsumsi rutin obat herbal habbatussaudah yang berupa kapsul serbuk sebanyak 2 kapsul tiap pagi, siang dan malam (total 6 kapsul per hari), karena saya yakin dan percaya bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengatakan Habbatussauda adalah obat dari segala jenis penyakit kecuali kematian. 

Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam bersabda: 

فِي الحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ

"Pada Habbatussauda ada obat bagi segala jenis penyakit kecuali Al-Sam, yaitu maut" . Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari (10:118-119); Muslim(7:25); Ibnu Majah (2:342); Tirmidzi (2:3 pada edisi BulaQ); dan Ahmad (2:241) meneruskan riwayat Sufyan bin 'Uyainah dari Al-Zuhri dan Abu Salamah. 

Dan dari penelitian tenaga ahli di California USA menyimpulkan bahwa habbatussauda merupakan obat penghancur sel tumor / kanker serta mencegah penyebaran sel kanker. Untuk jelasnya bisa sobat survivor baca disini. Penggunaan habbatussauda ini alhamdulillah sangat membantu saya karena setelah minum habbatussauda ini imun tubuh mulai membaik, dimana yang sebelumnya dokter berasumsi bahwa jenis tumor saya ini sangat cepat pertumbuhannya, akan tetapi atas izin Allah tumor tersebut tidak berkembang dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Setiap konsultasi hampir semua dokter residen merasa heran, kebanyakan orang yang terkena tumor seperti yang saya alami ini seharusnya sudah menjalar ke sum-sum tulang belakang, menjalar ke kelenjar getah bening dan ada yang sampai menutupi saluran pernafasan. 

Buat sobat survivor kita harus yakin tumor tersebut Allah yang berikan kepada kita dan Allah juga yang mengaturnya apakah dia cepat menyebar atau tidak. Allah akan uji sampai dimana batas kesabaran kita, yang pasti Allah juga yang akan mengangkat tumor tersebut dari tubuh kita selamanya melalui ikhtiar pengobatan yang tidak menyimpang dari syariat Islam.


Lanjut Konsumsi Curcumed dan Herbagyn

Selang beberapa hari setelah konsumsi habbatussauda, tanggal 6 Des 2021 sepertinya Allah sudah memberikan jalan kepada saya, tiba-tiba saya menerima pesan WA dari bekas bawahan saya dulu saat masih bekerja di perusahaan percetakan di daerah Bekasi, namanya Herni, dia menanyakan kabar saya, dan sayapun bercerita apa adanya mengenai kondisi saya. Saat itu Herni pun bercerita kalau dulu dia pernah di vonis dokter ada benjolan (maaf) di payudaranya, dan dia bilang dia rutin ikhtiar pengobatan dengan obat dari produk NASA namanya "Curcumed" dan "Herbagyn". Sebelumnya saya mohon maaf bahwa bukan maksud saya untuk promosi, tapi saya menceritakan apa adanya. Setelah penggunaan rutin akhirnya benjolan tersebut hilang dan akhirnya dia tidak jadi operasi, hingga sekarang.

Mendengar cerita Herni tersebut akhirnya saya tertarik untuk mencobanya, sayapun saat itu langsung menjadi member untuk bisa mendapatkan potongan harga obatnya yang lebih murah dibandingkan harga konsumen biasa. Saat itu saya konsumsi obat tersebut karna untuk pengobatan dengan 2 kapsul Curcumed 1 jam sebelum makan dan 1 kapsul Herbagyn setelah makan. Saat konsumsi obat ini lambung dan dada saya terasa hangat, dan sukur alhamdulillah setelah penggunaan obat ini beberapa hari terlihat perubahan di tubuh saya, dimana terlihat ada bekas menghitam di tulang pinggang saya bagian belakang, dan yang biasanya saat saya nunduk terasa sakit perlahan menghilang. Selain itu rasa mengganjal di tenggorokan pun mulai perlahan hilang, meskipun masih ada sedikit terasa yang mengganjal karena saat itu masih belum di operasi.

Catatan untuk konsumsi Herbagyn tidak diperbolehkan terus menerus, maksimal selama 6 minggu (2 bulan) setelah itu sebaiknya stop dulu selama 1  atau 2 minggu guna memberikan kesempatan kepada ginjal untuk beristirahat. Dari petunjuk penggunaan obat tersebut ditujukan agar kita tidak memberikan beban berat terhadap fungsi ginjal dengan penggunaan obat tersebut.

Sebagai informasi saya konsumsi curcumed dan herbagyn ini sejak dari sebelum operasi 10 Des 2021 hingga saat sinar ke 6 tanggal 4 Mar 2022, kurang lebih 2 bulan lebih akhirnya saya hentikan guna mencegah ginjal bekerja berlebihan.


Persiapan Operasi

Tanggal 1 Des 2021, saya mengikuti instruksi dari dokter residen di RS Moewardi untuk menjalani beberapa test sebelum tindakan operasi. Sebelum melangsungkan tindakan operasi tersebut, ada banyak test yang harus saya jalanin seperti test darah, scan thorax, pengukuran detak jantung dan lainnya. 

Hasil scan Thorax sebelum operasi

Hasil scan tenggorokan sebelum operasi

Kurang lebih 1.5 bulan setelah semua proses lab selesai akhirnya saya di jadwalkan untuk melakukan tindakan operasi pada tanggal 24 Des 2021. 2 hari sebelumnya yaitu tanggal 22 Des saya mengurus rawat inap (Opname, atau istilah Jawanya Mondok). Selanjutnya tanggal 23 Des persiapan operasi, dan tanggal 24 Des adalah hari dimana rencana saya menjalani tindakan operasi.


Tindakan Operasi

Menjelang beberapa hari sebelum operasi baru saya dikabarkan oleh dokter residen bahwa dokter anastesi sudah setuju untuk tidak dipasang trakeostomi, saat itu dokter residen meminta saya untuk menandatangani penolakan tindakan pemasangan trakeostomi. Alhamdulillah dengan bismillah niat karena Allah saya tandatangan pernyataan tersebut.

Saat 1 hari sebelum tindakan operasi, kita harus memesan kamar dulu untuk rawat inapnya, saat itu kita harus menunggu berjam-jam karena harus menunggu pasien lain yang harus keluar dari kamar yang kita pesan. Sesuai kelas BPJS seharusnya saya dapat di kamar kelas 1, tapi ternyata dari bagian pendaftaran memberikan saya fasilitas di kamar VIP, sukur alhamdulillah tidak sia-sia menunggu lama.

Saat jadwal operasi sudah di pastikan dari dokter poli THT, maka semua saudara dan orang kantor segera saya beri kabar, karena mengingat operasi ini sangat beresiko karena menyangkut jalur pernafasan, akan tetapi yang membuat saya merasa tenang yaitu dengan kehadiran kedua orangtua istri beserta saudara lainnya yang ikut datang menghadiri jalannya proses tindakan operasi saya. Singkat cerita dengan mengucap sukur alhamdulillah operasi saya berjalan lancar, kurang lebih hampir 2 jam.

Saya ingatkan kepada sobat survivor untuk meminta surat keterangan sakit selama kita tinggal di rumah sakit setiap 7 hari sekali karena sesuai kebijakan perusahaan yang mengharuskan karyawan harus memberikan pembaharuan surat keterangan sakit setiap 7 hari sekali.


Paska Operasi

Saat setelah operasi saya diminta dokter Putu untuk tidak berbicara dahulu selama 2 minggu, guna mencegah tumbuh kembali sel tumornya. Jadi aktifitas selama saya puasa bicara yaitu berbicara dengan bahasa syarat bahkan apabila kurang jelas maka saya gunakan google translate yang disertai suara supaya orang lain mengerti. Selain itupun saya masih menunggu hasil biopsi yang diambil untuk keperluan analisa lab.

Hasil analisa sample biopsi

2 minggu setelah operasi akhirnya keluarlah hasil lab sample biopsi tumor saya, melalui dokter residen saya dijelaskan bahwa tumor yang diambil dari sample tenggorokan saya adalah Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) atau Squamous Cell Carcinoma (SCC) adalah jenis kanker kulit yang sering ditemukan selain karsinoma sel basal (KSB) dan melanoma yang mengenai lapisan epidermis bagian bawah. Tumor ini tergolong ganas untuk itu namanya sekarang bukan lagi tomor, melainkan sudah berganti menjadi kanker dan harus diambil tindakan pengobatan selanjutnya. Dalam menentukan pengobatan apa yang sesuai dengan kanker tersebut maka dokter residen meminta untuk dilakukanlah beberapa test lab kembali diantaranya: MS-CT scan area tenggorokan, thorax scan, test darah dan terakhir test USG bagian perut.

Hasil CT scan tenggorokan dengan kontras


Hasil USG bagian perut

Semua test lab tersebut saya jalani, dan alhamdulillah hasilnya menunjukkan bahwa kankernya hanya masih dalam stadium 1, karena masih berada di sekitar laring (pita suara) dan tidak menyebar ke dada, perut bahkan tulang. Dalam hati saya sudah sangat was-was apabila sel kanker tersebut sudah menjalar ke tulang belakang, akan tetapi alhamdulillah atas izin Allah tulang belakang saya sudah semakin membaik melalui ikhtiar pengobatan rutin dengan konsumsi obat herbal. 

Setelah berkonsultasi dengan dokter residen, akhirnya dokter residen memberikan saya 3 pilihan terapi pengobatan diantaranya: laringektomi (pengangkatan pita suara), radioterapi dan kemoterapi. Saat itu saya langsung menyatakan keberatan dengan opsi pertama dengan laringektomi, karena dengan diangkatnya pita suara saya sudah otomatis secara permanen saya sudah tidak bisa bicara lagi selamanya. Dalam hal inipun saya harus menandatangani kembali pernyataan penolakan kedua.

Karena pilihan terapi pengobatan saya hanya 2 opsi, maka saat itu saya langsung datang ke dokter spesialis THT Onkologi melalui poli Cendana disana saya bertemu dr. Made Setiamika Sp. THT KL(K) dan dari saran beliau meminta untuk pengobatan yang tepat buat saya adalah radioterapi. Dengan mengucap sukur alhamdulillah akhirnya saya merasa lega mendengarnya.

Catatan buat sobat survivor semua, dalam ikhtiar pengobatan kanker ini selain penggunaan obat herbal, saat setelah operasi saya pun menghentikan segala sesuatu yang berbau karbohidrat dan gula. Memang dokter tidak menyarankan untuk berhenti konsumsi karbo dan gula tersebut, melainkan hanya menyarankan untuk mengurangi atau dibatasi. Kenapa karbohidrat dan gula harus dikurangi, pada dasarnya kita harus tau bahwa hampir semua jenis penyakit termasuk kanker, dimana makanan utamanya adalah gula, dan berdasarkan sirklus metobolisme tubuh kitapun apabila kita makan karbohidrat maka pada akhirnya karbohidrat tersebut akan diubah menjadi glukosa atau gula. Jadi semakin banyak karbihidrat maka tubuh secara otomatis akan semakin banyak menghasilkan glukosa, hal tersebut sangat mempercepat pertumbuhan sel kanker. Contoh makanan yang mengandung karbohidrat tersebut seperti: segala jenis nasi (beras), mie/spaghetti, kentang, terigu/gandum, sagu, ubi/talas, dan turunannya. Sementara kalau untuk gula tentu sobat survivor sudah tahu baik itu gula pasir, gula batu, gula cair, gula aren atau gula merah, susu kental manis bahkan kecap manis.

Lantas apa saja makanan yang saya konsumsi selama dalam fase penyembuhan?. Lebih diutamakan semua jenis makanan yang tinggi protein, karena makanan tinggi protein akan membantu melawan sel kanker didalam tubuh kita dan meregenerasi sel baru sebagai pengganti sel kanker yang sudah mati. Makanan tinggi protein seperti: telur, ikan, daging ayam, udang, keju, cumi, dan susu tinggi protein khusus penderita kanker (merek "Nutrican"). 

Buat sobat yang budgetnya pas-pasan, lebih utamakan banyak makan telur minimal 2 butir di siang, 2 butir di malam dan 2 butir di pagi hari. Telur tersebut tidak diharuskan apakah telur ayam kampung, ayam negeri, telur bebek, atau telur puyuh. Lebih diutamakan yang direbus, tapi suatu saat kalau bosen bisa di dadar, diurak-arik atau atau di ceplok mata sapi. Sebagai catatan, selama terapi saya selalu rutin konsumsi telur rebus tersebut minimal 2 butir sekali makan.

Susu Nutrican kaya protein rasa jeruk dan strowberi

Selain protein, sobat survivor juga perlu serat dari sayur-sayuran seperti sayur bayam dan brokoli, selain itu juga perlu ditambah buah-buahan seperti buah naga, sirsak, pepaya, alpukat, pisang maupun apel. Konsumsi tinggi protein harus diimbangi dengan serat, karena apabila tidak ada serat maka sudah pasti kita akan susah saat BAB (sembelit).

Catatan saat kondisi mulut susah makan, saya coba konsumsi susu Nutrican sebagai protein tambahan sebanyak 2 kotak (@ 245gr per kotak), karena takut kurangnya konsumsi protein disaat mulut susah untuk makan. Setelah habis 2 kotak maka saya makan seperti biasa kembali.

Selama terapi saya rutin konsumsi buah naga merah, minimal saat makan setengah buah naga, karena buah naga kaya vitamin C sehingga sariawan dimulut bisa segera sembuh, selain juga buah naga mengandung anti oksidan yang bisa mencegah kanker. Saya sempat kaget saat diawal hari konsumsi buah naga, dimana warna urin saya berubah menjadi merah muda, saya pikir apakah ginjal saya bermasalah, ternyata setelah googling memang itu akibat makan buah naga. Setelah berhenti maka urin akan normal kembali.


Lanjut Radioterapi

Selanjutnya dari dokter Made melalui dokter residen akhirnya saya diserahkan ke dokter radioterapi yang bernama dr. Hendrik Sp.Onk.Rad untuk menjalani terapi pengobatan selanjutnya. Saat hari pertama bertemu dokter Hendrik, beliau bertanya "Bapak mau pakai alat terapi yang baru dan canggih atau alat yang lama?" spontan saya jawab "Ya pakai alat yang baru lah dok". Dokter Hendrik pun bilang "Kalau begitu bapak saya rujuk ke rumah sakit Indriati yah", dalam hati setau saya RS. Moewardi adalah rumah sakit kelas "A" sementara RS. Indriati adalah rumah sakit kelas "C". Ternyata usut punya usut RS Indriati adalah rumah sakit swasta yang baru dan mempunyai alat terapi yang baru dan canggih, rupanya dokter Hendrik tersebut praktek juga di RS. Indriati tersebut. Dengan yakin dan mantap saya bilang "Baik dok, selama Indriati dicover BPJS saya bersedia". Beliaupun menambahkan "Tenang saja bapak tinggal terima jadi" semua saya yang urus. Dan alhamdulillah ternyata benar saya bisa melanjutkan terapi radioterapi di RS. Indriati dengan lancar.

Saat menjalani terapi radioterapi di RS. Indriati, dokter Hendrik, kembali meminta saya untuk dipasang trakeostomi, beliau menjelaskan karena saat penyinaran radioterapi yang sesuai rencana 35 kali, akan membuat sel kankernya mencair dan saat itu ada potensi cairan tersebut akan menutupi saluran pernafasan, untuk itulah perlu dipasang lubang trakeostomi supaya membatu pernafasan agar tidak tertutup oleh lelehan sel kanker tersebut. Untuk kali ketiganya saya nyatakan menolak dengan keputusan pemasangan trakeostomi tersebut, dan sayapun menanda tangani pernyataan penolakan kembali. 

Dokter Hendrik menyarankan ada solusi lain selain pasang trakeostomi yaitu dengan pemberian obat methylprednisolone yang bisa menjaga pernapasan tetap berfungsi disaat sel kanker tersebut meleleh, selain itupun obat tersebut bisa menahan rasa perih setelah beberapa kali penyinaran.

Ruang pendaftara Radioterapi RS Indriati lantai B2

Dokter Hendrik menyarankan untuk tidak dibasahi daerah leher hingga kepala, jadi saat wudhu diharapkan menggantinya dengan bertayamum, ditakutkan karena setelah beberapa kali penyinaran akan membuat kulit melepuh / melonyoh dan lumer serta terasa perih apabila terkena air. Saya menanyakan "Apakah ada pantangan yang harus saya jalani dok?" beliau berkata "Pantangan bapak cuma satu yaitu jangan tidak makan". Jadi intinya saat menjalani radioterapi tersebut mulut akan perih, dan otomatis hilang nafsu makan, pada saat itu kalau kita tidak makan maka imun kita akan drop membuat kita tidak bisa survive. Terlebih lagi untuk berpuasa sebaiknya tidak dilakukan dan bisa dibayar di hari lainnya, karena mengingat kondisi tubuh yang tidak memungkinkan.

Sayapun menanyakan "Apakah saya boleh tetap konsumsi obat herbal seperti habbatussauda, kunyit, jahe atau herbal lainnya?", beliah menjawab "diperbolehkan, bahkan untuk habbatussaudah diusahakan minimal setiap 12 jam sekali".

Kulit tenggorokan saat sinar pertama masih terlihat cerah

Untuk jadwal radioterapi di RS Indriati, sukur alhamdulillah saya bisa ambil waktu sore sepulang kerja, karena seperti kita ketahui bahwa RS Indriati adalah rumah sakit swasta, makanya malam haripun masih buka. Karena setiap hari saya kerja jadi saya meminta kepada susternya untuk jadwal radioterapi saya setiap jam 18:00 sore. Setiap hari sepulang dari kantor pukul 16:30, dengan mengendarai mobil sendiri saya harus kerumah dulu untuk menjemput istri yang selalu setia menemani saya selama radioterapi, dan saat tiba di RS Indriati kurang lebih pukul 17:45 terkadang pukul 18:00 lewat apabila macet.

Saat dilakukan sinar radioterapi, kulit tidak merasakan sesuatu yang panas dan perih, akan tetapi saya hanya mendengar suara seperti suara sinar laser yang menyinari kulit tenggorokan saya, dan dari celah helm yang digunakan saya melihat seberkas sinar ungu dan hijau. Pernah saya bertanya kepada susternya apakah intensitas sinar setiap hari sama atau berbeda? mereka bilang berbeda, biasanya diawal dan akhir intensitas sinar lebih rendah dibandingkan saat ditengah penyinaran.

Sebagai catatan penyinaran radioterapi yang saya jalani yaitu, saya di sinar dengan alat yang bernama LINAC-2: pada sinar radioterapi di hari pertama tanggal 23 Feb 2022 sampai ke 6 tanggal 4 Mar 2022 saya masih belum merasakan sakit baik di dalam maupun di luar tengorokan, pada saat itupun obat methylprednisolone yang sudah diberi dari dokter masih belum saya minum. Sementara obat herbal curcumed dan herbagyn saya stop, karena mengingat sudah lebih dari 2 bulan konsumsi ditakutkan berefek buruk terhadap ginjal, saya hanya lanjut dengan konsumsi habbatussauda setiap makan 2 kapsul pagi siang dan sore.

Saat sinar pertama susternya menyuruh saya untuk menimbang berat badan, dan saat itu timbangan terbaca 58Kg. Sebenarnya berat badan saya tersebut sudah turun drastis sejak saya stop konsumsi segala jenis karbohidrat dan gula paska operasi dari 65 menjadi 58Kg. Pada hari ke 5 berat badan sempat kembali naik menjadi 60Kg, karena saat itu saya banyak konsumsi pisang.

Ruang LINAC 2

Ruang LINAC 2

Sinar pertama dilakukan dengan cara berbaring diatas sebuah meja dimana kepala kita akan di ganjal sesuai ukuran mesinnya, selanjutnya susternya akan memasangkan helm yang sudah dilakukan pemetaan saat CT scan, saat mengenakan helm disebelah kanan dan kiri dikancingkan ke meja sehingga membuat kita tidak bisa bergerak. Saat susternya memasangkan helm saya selalu membaca "Bismillahi Allahu Akbar" dan saat badan saya bergerak kedalam mesin beserta alas meja yang saya tiduri selama itu saya terus berdoa dan berzikir kepada Allah. Sesekali saya melihat dari celah helm yang ada lubangnya terlihat sinar ungu dan hijau dan juga terdengar seperti suara laser. Lama proses penyinaran berkisar antara 5 sampai 10 menit tergantung intensitas kekuatan sinar yang diberikan dari dokter Hendrik.

Mesin LINAC 2 Halcyon

Tepat mulai sinar ke 7 tanggal 5 Mar 2022 tenggorokan terasa perih, bibir sariawan, lidah perih, gusi meradang, menelan air minum bahkan air liur pun sangat terasa sakit seperti ada yang mengganjal dan menusuk-nusuk ibarat tertusuk duri ikan disemua permukaan tenggorokan, saat tidur malampun tidak bisa miring ke kiri/kanan, karena akan membuat sisi dalam tenggorokan yang meradang terjadi gesekan hingga membuat batuk. Saat itupun saya mulai minum obat methylprednisolone, dan alhamdulillah perlahan setelah kali kedua rasa perih mulai hilang. Sayapun berkonsultasi dengan susternya dan untuk mengatasi sariawan tersebut suster menyarankan berkumur-kumur dengan obat betadine khusus kumur.
Obat radang Methylprednisolone

Saya kasih catatan bahwa efek dari sinar radioterapi inipun terkadang membuat konsentrasi kita tidak fokus, hal ini pernah saya alami setelah sinar ke 7, disaat saya membawa kendaraan sendiri terkadang rute jalan yang kita pilih sering terlewat, untuk itu perlu ada yang menemani perjalanan kita, supaya ada yang menjadi navigator biar tidak salah jalan. Selain tidak fokus, terkadang membuat emosi kita sering terpancing oleh hal yang sepele, untuk itu saya sarankan agar bisa menahan emosi dan perbanyak istighfar.

Memasuki sinar yang ke 10 tanggal 9 Mar 2022 bagian bibir mulut luar tepatnya di segitiga antara mulut atas dan bawah mulai pecah-pecah yang membuat mulut susah mangap lebar. Dan apabila makan atau bibir tergigit maka akan membuat sariawan baru dan bengkak. Akan tetapi setiap sariawan dan bengkak, ketika kumur-kumur dengan betadine tersebut alhamdulillah langsung hilang, akan tetapi lidah masih berasa asin darah karena pendarahan didalam mulut. 
Betadine kumur

Dikarenakan rasa sakit di tenggorokan sangat perih biasanya saat menelan atau meminum sesuatu, saya mulai konsumsi obat Diclofenac Sodium obat penghilang rasa nyeri akibat peradangan di tenggorokan.

Diclofenac Sodium

Memasuki sinar ke 15 tanggal 16 Mar 2022 rasa sakit ditenggorokan mulai berkurang, akan tetapi lidah masih merasakan ada sesuatu yang terasa asin dan terkadang berupa lelehan di tenggorokan. Sementara bibir luar di segitiga mulut atas dan bawah masih pecah dan perih, setiap pagi dan malam selalu saya beri betadine cair agar cepat kering. Saat sinar ke 15 berat badan saya kembali turun menjadi 58 Kg.

Perlu sobat survivor ketahui bahwa sejak sinar pertama hingga yang terakhir kalinya saya masih mandi seperti biasa, wudhu pakai air seperti biasa, selalu gosok gigi dan kumur-kumur dengan betadin kumur. Dengan catatan apabila setelah sinar yang kesekian kali sobat survivor merasakan perih dikulit atau istilahnya melonyoh maka aktifitas mandi dan wudhu pakai air harus dihentikan ya sob. Saya masih tetap menggunakan air karena dokter Hendrik berkata untuk alat radioterapi yang saya gunakan adalah alat baru yang masih presisi untuk tingkat sinar radiasinya sehingga tidak membuat kulit terlihat gosong atau melepuh.

Memasuki sinar ke 18 tanggal 19 Mar 2022 rasa dimulut perlahan berubah dari asin menjadi pahit, dan hampir semua masakan apakah itu sayur dan lauk pauk semuanya berasa hambar dan sedikit pahit. Cuma rasa buah pisang dan naga yang masih berasa manisnya dikit, sementara buah apel, timun dan wortel terasa anyep.

Saat sinar ke 21 tanggal 24 Mar 2022, semua rasa di lidah sudah menghilang, rasa asin jadi hambar, rasa manis madu terasa hambar dan sedikit pahit, rasa manis pada buah pisang dan buah naga pun hilang. Yang dirasakan hanya hambar dan sakit saat menelan sesuatu di tenggorokan. Sementara kulit leher sudah mulai terasa kasar dan terlihat ada flek kecoklatan menghitam perlahan. Tenggorokan mulai batuk-batuk jika posisi kepala sedikit tertekan, sehingga tidur pun susah karena batuk.

Kulit leher mulai kecoklatan menghitam tipis

Sariawan pun tak kunjung selesai, setiap makan sesuatu yang keras membuat pipi bagian dalam mengembung dan alhamdulillahnya setelah berkumur-kumur dengan betadine kumur gelembung tersebut hilang dengan sendirinya, usahakan sebelum tidur dan setelah sarapan pagi selalu gosok gigi dan kumur-kumur dengan betadine.

Memasuki sinar ke 23 tanggal 28 Mar 2022 kembali suara mulai serak dan membesar sesekali menghilang. Dan urin mulai terlihat keruh kecoklatan walaupun pola minum tetap seperti biasa saat kerja selalu membawa air ukuran 1 liter dan sepulang dirumah pun minum sebanyak 1 liter. Begitu saya berkonsultasi kepada perawatnya katanya hal tersebut dikarenakan kurangnya asupan air putih. Satu lagi yang membuat perubahan drastis yaitu emosi sering tak terbendung apabila ada sesuatu yang membuat kita marah.

Pada sinar ke 28 tanggal 4 Apr 2022 bertepatan dengan bulan Ramadhan, sehingga saya harus berpuasa, sebenarnya dari dokter dan suster menyarankan tidak usah puasa dulu kalau tidak kuat, akan tetapi melihat kondisi saya yang alhamdulillah kuat, maka saya putuskan tetap menjalankan puasa meskipun lanjut radioterapi.

Kondisi saat sinar ke 28, warna kulit leher sudah semakin menghitam dan berasa kasar serta gatal dan perih, disisi lain terjadi kerontokan sebagian bulu janggut. Berat badan mengalami penurunan drastis, dari 58Kg menjadi 54Kg, Alhamdulillah perut yang sebelumnya terlihat buncit sekarang sudah rata kembali seperti saat SMA dulu, begitupun dengan berat 54Kg tersebut membuat badan terasa ringan untuk berjalan dan beraktifitas. Yang membuat berat badan tersebut turun drastis yaitu karena mulut yang masih terasa sakit untuk memakan ataupun meminum sesuatu, sehingga nafsu makan berkurang.

Kondisi sinar ke 28, janggut terlihat rontok dan kulit gosong

Saat sinar ke 29 tanggal 5 Apr 2022 yang akan dilanjut ke sinar 30 tanggal 6 Apr 2022, ternyata dari pihak RS Indriati mengabarkan bahwa alat Linac 2 sedang dalam masalah sehingga harus libur untuk beberapa hari kedepan. Dalam hati sedikit bersukur karena ada waktu genjatan senjata untuk istirahat sebentar. Rasanya ingin mengibarkan bendera putih apabila terus lanjut sinar radioterapinya. Kurang lebih 10 hari lamanya aktifitas sinar radioterapi terhenti saat itu kondisi tenggorokan alhamdulillah mulai membaik, rasa sakit dan mengganjal di tenggorokan mulai hilang, sementara kulit yang mengelupas satu persatu mulai me-recovery dengan kulit baru.

Kondisi sinar ke 30 kulit mulai mengelupas

Tanggal 15 Apr 2022, alat Linac 2 sudah mulai kembali, dan sinar ke 30 pun dilanjutkan, saat itupun bekas gosong di leher satu persatu mulai mengelupas ibarat ular berganti sisik. Berat badan masih terus menurun karena puasa hingga mencapai 53Kg. Tepat di posisi jakun terdapat sedikit luka, dikarenakan posisi jakun tersebut sangat tertekan oleh helm yang digunakan saat radiasi. Perlu sobat survivor ingat bahwa saat mengelupas ini usahakan jangan terkena air dulu, jadi aktifitas mandi dihentikan karena akan berasa perih apabila terkena air, dan bagian yang mengelupas atau terluka diusahakan selalu diberi betadine cair guna mencegah bakteri menempel dan kondisi luka tetap kering.

Saat sinar ke 35 tanggal 21 Apr 2022 yang seharusnya adalah sinar terakhir, akan tetapi saya di instruksikan oleh dokter Hendrik untuk aktifitas sinarnya ditambah 2 hari, karena sempat terhenti selama 10 hari, akibat masalah pada mesin Halcyon LINAC 2 yang harus menunggu sparepart. Jadi total aktifitas sinar yang harus saya jalani sebanyak 37 kali.

Dengan mengucap sukur alhamdulillah hari senin 25 Apr 2022 saya selesai menjalani sinar ke 37, saat itu bertepatan 7 hari menjelang hari raya Iedul Fitri. Setelah suster yang melepas helm radioterapi saya, suster tersebut dengan tersenyum dan berkata: "Hari ini sinar terakhir bapak, semoga bapak segera sembuh kembali". Dalam hatipun saya mengaminkan perkataan suster tersebut. Kemudian saya balik mengatakan: "Terima kasih atas kebaikan suster yang sudah membantu pengobatan saya selama ini, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan pahala yang berlipat". Aamieen.

Selanjutnya saya menunggu informasi dari bagian radioterapi RS Indriati untuk mengurus rujukan balik kembali ke RS Moewardi.

Sejak sinar ke 30 sampai 37 kondisi tenggorokan yang tadinya sempai membaik setelah beristirahat panjang, kini mulai merasakan sakit dan mengganjal kembali ditambah batuk-batuk yang tiada henti apabila leher tertekan den membuat gatal pada sisi dalam tenggorokan. Dari susternya menyarankan minum obat batuk cair Siladex untuk mengurangi batuk kering tanpa dahak selain obat radang Methylprednisolone dan obat nyeri Diclofenac Sodium. Setelah habis sebotol siladex batuk masih belum berhenti, terlebih lagi saat sholat yang membuat orang disebelah merasa terganggu. Obat batuk siladex tersebut membuat ngantuk dan menurut saya efeknya kurang untuk mengatasi batuk saya. Akhirnya saat memasuki hari keempat paska berhenti sinar, saya stop penggunaan obat batuk siladex dan saya coba berganti dengan meminum madu imunator (Immunator Honey) yang biasa digunakan untuk orang diet ketogenic. Saya coba sesendok dan alhamdulillah bisa membuat gatal berkurang dan tidak mengantuk.

Sementara konsumsi obat radang Methylprednisolone dan obat nyeri Diclofenac Sodium masih saya lanjut karena tenggorokan masih terasa sakit. Dan untuk menambah daya tahan tubuh dalam melawan sel kanker yang mungkin masih tersisa saya kembali mulai konsumsi obat herbal Hergabyn dan Curcumed yang sempat saya stop selama proses sinar radioterapi. Disamping itu saya juga masih lanjut dengan konsumsi habbatussauda.


Paska Radioterapi

Tanggal 30 Apr 2022 saya melakukan perjalanan mudik dari Solo ke Bekasi dengan pesawat dan dilanjut ke Palembang tanggal 1 Mei 2022 dengan mengendarain mobil pribadi. Guna mencegah kantuk obat batuk terpaksa saya hentikan. Setelah 7 hari selesai sinar radioterapi bertepatan dengan Hari raya Iedul fitri tanggal 2 Mei 2022, disaat itupun obat radang dan obat nyeri yang saya bawa habis, dan sejak itu saya masih lanjut dengan obat habbatussauda, obat herbal curcumed herbagyn dan madu propolis setelah madu imunator habis. Disaat tenggorokan mulai batuk, maka saya segera minum madu dan air putih untuk menghentikan batuk yang terus terasa gatal.

Perlu sobat survivor ketahui bahwa, saat pemulihan paska sinar radioterapi ini usahakan jangan minum susu dan makan kue kering atau gorengan dahulu, karena mengingat kondisi tenggorokan yang sangat rentan terhadap batuk akibat tenggorokan gatal. Saya pernah kondisi tenggorokan mulai membaik dan coba meminum segelas susu, dan ternyata setelah minum susu malah malamnya tidak bisa tidur karena tenggorokan menjadi gatal.

Tanggal 10 May 2022 saya ditelphone dari rumah sakit Indriati untuk mengambil surat rujukan balik dari RS Indriati ke RS Moewardi kembali. Sore sepulang kerja saya langsung berangkat ke RS Indriati untuk mengambil surat rujukan tersebut, dan keesokannya tanggal 11 May 2022 saya langsung ke RS Moewardi. Saya pikir urusannya cepat akan tetapi setelah memberi rujukan tersebut ke bagian Radioterapi, ternyata disuruh daftar dahulu, dan seperti biasa saat daftar saya mendapatkan nomor urut 382, padahal saya mendaftar dari jam 08:15 pagi dan baru dipanggil menuju loket pendaftaran pada pukul 11:00. Pendaftaran untuk rujukan balik harus di loket tidak bisa via online atau komputer yang di sediakan di pendaftaran RS Moewardi.

Setelah selesai daftar saya kembali ke bagian radioteraphy, akan tetapi disana rupanya dokternya sudah pulang, jadi saya disuruh langsung ke poli THT untuk mendapatkan instruksi lanjut. Saya langsung bergegas ke poli THT di lantai 3 sesampai disana menunggu lama kembali baru sekitar pukul 14:00 dipanggil ke ruang dokter residen. Dari dokter residen di Poli THT saya diberi jadwal untuk endoskopi tanggal 18 May dan pagi harinya saya harus test swab antigen dulu.

Hari Rabu tanggal 18 May 2022 saya melakukan test antigen terlebih dahulu, setelah keluar hasilnya negative, maka saya langsung ke Poli THT. Di Poli THT saya bertemu dokter Balqis yang melakukan endoskopi tenggorokan saya, dengan kepala dipegangi oleh dokter residen lainnya dokter Balqispun langsung memasukan kamera endoskopi kedalam mulut saya, dikarenakan, sedikit kesulitan saya untuk memangapkan mulut karena masih batuk, akhirnya dokter Balqis menarik lidah saya untuk mencegah lidah saya masuk kembali. Perlu sobat survivor ketahui bahwa setelah endoskopi tersebut lidah saya terasa sakit berhari-hari karena ditarik paksa. Setelah selesai endoskopi dokter Balqis mengatakan masih terlihat benjolan pada laring tenggorokan saya, dan perlu tindakan lanjut yaitu kemoterapi.

Dokter Balqis menyuruh saya untuk melakukan beberapa test lab seperti rekam jantung dan USG jantung guna memastikan kandungan obat kemo yang tepat sesuai kondisi jantung saya. Tanggal 30 May saya melakukan rekam jantung dan dilanjut USG jantung. Hasil lab menyatakan jantung sebelah kirim saya mengalami penebalan dinding jantung sebelah kiri, dokter Jantung bilang, apakah saya pernah mengalami hipertensi atau pusing, Alhamdulillah saya jawab belum pernah, akhirnya dokter jantung tidak memberikan saya obat. Setelah saya lihat ternyata penebalan jantung inipun sudah terdeteksi sebelum saya melakukan radioterapi di tanggal 1 Des 2021 lalu.

Selama persiapan untuk kemo kondisi batuk saya masih berlanjut, bahkan semakin parah, saya sudah mencoba gunakan obat radang methylpredinsolone, obat pereda nyeri  Diclofenac Sodium, obat pengencer dahak, habbatussauda serbuk dan oil, Curcumed, Herbagyn,  madu gurah, propolis biasa dan NSTM dari NASA, obat batuk Siladex Merah, dan madu propolis, semua herbal tersebut belum memberikan efek menghentikan batuk saya. Akan tetapi yang sempat membuat batuk saya berhenti yaitu rebusan air kencur dan jahe yang dibuat istri tercinta yang bisa menahan batuk tersebut. Akan tetapi setelah tenggorokan kembali kering, batuk pun berlanjut lagi, bahkan sekarang terasa ada yang mengganjal di dalam tenggorokan.

Sayapun pasrah dengan kondisi tersebut, saya hanya berdoa di waktu-waktu mustajab kepada Allah yang telah memberikan penyakit ini kepada saya dan saya yakin Allah juga yang akan mengangkat penyakit ini. Suatu saat saya mendengarkan ceramah ustadz Syafiq Riza Basalamah, beliau menceritakan:

"Sesungguhnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang sahabat yang telah kurus bagaikan anak burung (karena sakit). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu berdo’a atau meminta sesuatu kepada Allah?” Ia berkata, “Ya, aku berdo’a/meminta kepada Allah, “Ya Allah siksa yang kelak Engkau berikan kepadaku di akhirat segerakanlah untukku di dunia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Subhanallah, kamu tidak akan mampu menanggungnya. Mengapa kamu tidak mengucapkan, "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar" (Ya Allah berikan kepada kami di dunia kebaikan dan di akhirat kebaikan dan peliharalah kami dari adzab Neraka.) Maka orang itupun berdo’a dengannya. Allah pun menyembuhkannya.” (HR. Muslim).

Setelah mendengar ceramah tersebut, sejak itu saya selalu menyempatkan membaca do'a "Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar" disela-sela doa saya. Alhamdulilah dengan kekuatan doa tersebut, sungguh Allah Maha Pengasih lagi Maha penyayang yang memberikan petunjuk kepada saya melalui rekan kerja saya (Pak Dwi bagian Spinning) saat makan siang bercerita menanyakan kondisi saya dia bercerita kalau ada membernya bernama Pak Wandi yang istrinya sakit stroke pernah berobat herbal di daerah Tawangmangu alhamdulillah ada perubahan. Pak Dwi menyarankan saya untuk mencobanya dan sebaiknya berbicara dengan Pak Wandi dahulu untuk proses berobat kesana. Sempat terbesit dipikiran saya apakah pengobatan herbal tersebut pengobatan yang biasa ditawarkan di medsos yang hanya mengumbar janji-janji?

Hari Jum'at 3 Jun 2022, tanpa saya sadari ternyata Pak Wandi datang keruangan saya dan Beliau bercerita pengalaman istrinya berobat di Tawangmangu tersebut yang alhamdulillah ada perubahan sejak konsumsi obat herbal yang diberikan. Dia bilang nama tempatnya Rumah Riset Jamu Hortus Medicus". Dari informasi Pak Wandi, biasanya saat berobat yang ngantri ratusan orang jadi harus datang pagi dan bisa juga mendaftar via online.

Tanggal 7 Jun 2022 pagi hari saya izin datang terlambat kerja untuk kembali ke RS. Moewardi untuk berkonsultasi ke dokter poli THT mengenai hasil rekam jantung dan USG jantung saya. Dokterpun mengatakan saya akan dijadwalkan untuk pengobatan kemo, akan tetapi ternyata dokter residen yang saat itu berjaga bernama dokter Pandu, menanyakan kepada dokter senior disana untuk ketersediaan obat kemo, alhasil dokter seniornya mengatakan stock obat kemo saat ini kosong. Dokter pandu menyarankan saya untuk menghubungi dokter yang mengkontrol stock obat kemo tersebut, seandainya sudah ready maka saya disuruh untuk melakukan test darah dan swab PCR dahulu. Dalam hati saya berpikir apakah ini petunjuk dari Allah kalau saya tidak boleh untuk melakukan kemo? 

Setelah itu sayapun pulang kembali ke kantor di sore harinya, pikiran saya saat itu bercampur baur antara ketakutan dengan lanjutnya kemoterapi dan risaunya penyakit saya yang semakin hari semakin tidak berhenti batuk yang dirasakan. Di satu sisi saya ingin cepat sembuh dengan menjalani kemo terapi, akan tetapi obat kemonya tidak ada, dan disatu sisi lagi ketakutan yang saya rasakan dari berbagai masukan teman dekat akan bahayanya efek dari kemoterapi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sore harinya saya dipanggil HRD Manager (Pak Iwan Sanoesi) untuk membahas rencana persiapan pelatihan, dan setelah itu beliau menanyakan kondisi saya saat ini, beliau menyarankan untuk berobat ke Tawangmangu sama persis yang disampaikan oleh Pak Dwi dan Pak Wandi sebelumnya. Pak Iwan Sanoesi sudah meminta izin kepada Unit Head (Mr. Mahesh) untuk mengantarkan saya ke Tawangmangu tersebut besok.

Malam harinya saya berfikir apakah ini ini jalan yang ditunjukkan Allah melalu do'a-do'a yang saya panjatkan selama ini? Ada orang yang memberitahu tempat pengobatannya dan ada yang mengantarkan kelokasi tempat tersebut.  Aamiin ya Allah sesungguhnya Engkau maha kuasa dan maha pemberi petunjuk.

Keesokan harinya tanggal 8 Jun 2022 pukul 06:00 saya berangkat dari rumah beserta istri dijemput Pak Suwarjono (driver perusahaan) untuk menyambangi rumahnya Pak Iwan Sanoesi tersebih dahulu. Setelah menjemput Pak Iwan, kami lanjut ke Tawangmangu, tiba di lokasi pukul 07:20, terlihat ruang pendaftaran masih kosong dan saya mendapat nomor antri 03, Pak Iwan nomor antri 05 dan istri saya nomor 08.

Ruang pendaftaran

Perlu sobat survivor ketahui bahwa ternyata setelah saya sampai disana saya baru tahu kalau rumah jamu tersebut merupakan klinik saintifikasi jamu yang secara resmi dibiayai pemerintah melalui Dinas kesehatan yang terkenal dengan nama rumah riset jamu Hortus Medicus. Rumah riset jamu ini diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH tahun 2013 lalu yang dijadikan sebagai pusat riset jamu se Indonesia serta Gedung Pelatihan IPTEK Tanaman Obat dan Jamu, di lingkungan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan obat Tradisional (B2P2TOOT), Tawangmangu. Selain itu Rumah Riset Jamu ini digunakan sebagai tempat uji klinik yang berbasis pelayanan rawat jalan dan rawat inap.

Rumah riset jamu Hortus Medicus

Menkes mengatakan bahwa dalam meningkatkan program Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer atau Complementary and Alternative Medicine (CAM), para dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya perlu memperoleh pelatihan Saintifikasi Jamu yang komprehensif, sehingga pelayanan CAM dapat berjalan dengan baik dan lancar serta didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Pukul 08:00 bagian pendaftaran mulai memanggil pasien satu persatu, saat giliran saya dipanggil bagian pendaftaran menanyakan data diri, setelah itu saya diminta tanda tangan. Kemudian saya disuruh menunggu untuk di lakukan tensi meter, setelah tensi meter baru dipanggil menghadap dokter untuk ditanya histori penyakit dan diperlihatkan hasil lab yang sudah pernah dilakukan. Dokter pun memeriksa detak jantung saya, karena dokter melihat hasil lab saya menunjukkan adanya penebalan dinding janting bagian kiri. Setelah diperiksa alhamdulillah dokter berkata masih normal.

Setelah itu dokter mencatat obat apa saja yang akan diberikan kepada saya terkait penyakit yang masih saya rasakan mulai dari kanker, batuk, hingga penebalan dindin jantung. Dokter menanyakan apakah obat yang akan saya konsumsi dalam bentuk jamu atau kapsul, saya hanya menanyakan balik menurut dokter mana yang terbaik buat saya. Akhirnya doktor menyarankan agar sebaiknya saya minum yang dalam kemasan jamu karena supaya cairan jamunya langsung mengena ke kerongkongan. Setelah saya diperiksa langsung lanjut istri saya sekalian diperiksa oleh dokter yang sama. Dokter menjelaskan cara penggunaan jamunya, dan dokter bilang konsumsi obat untuk 2 minggu pertama dulu, setelah itu ditinjau kembali apakah sudah sembuh atau belum.

Selanjutnya saya melakukan proses pembayaran di loket yang bekerjasama dengan kantor pos. Saat itu pembayaran untuk biaya pendaftaran hanya Rp. 5,000,- per orang dan biaya jamu Rp. 60,000, per orang. Setelah bayar saya menunggu beberapa menit untuk mendapatkan 2 kantung jamu (1 kantung isi 7 bungkus) yang akan dikonsumsi selama 2 minggu (total 14 bungkus jamu). 

Kantung jamu isi 7 bungkus

Petugas yang menyerahkan penggunaan jamu dengan air 1 liter dipanaskan hingga mendidih lalu masukan sebungkus ramuan jamu tunggu hingga 15 menit dengan api kecil hingga airnya menjadi 3 gelas untuk konsumsi pagi siang dan malam. Pada dasarnya 1 bungkus digunakan untuk sehari, jadi sebungkus di masak 1 kali. Batasan penyimpanan pada suhu ruang yaitu 12 jam akan tetapi apabila sehari 24 jam maka kita bisa menyimpannya di dalam lemari es.

Tarif pendaftaran dan jamu

Sepulang kerja saya belum mencoba ramuan jamu tersebut, saya rencananya pagi hari memasaknya agar saat dibawa kekantor masih dibawah 12 jam dan sisanya bisa di simpan di lemari es. Akan tetapi saat saya bersama istri duduk berdua ternyata batuk saya kambuh, akhirnya istri meminta saya untuk memasaknya dan meminumnya. Alhamdulillah saat minum pertama rasanya pahit sekali akan tetapi selang beberapa menit batuk saya mulai berhenti dan sayapun akhirnya tertidur lelap hingga pagi, istri saya bilang saya batuk hanya terdengar beberapa kali tidak seperti hari sebelumnya. Saya berdoa semoga inilah ikhtiar pengobatan yang ditunjukkan oleh Allah kepada saya dan istri. Aamiin.

Saat berjalan pengobatan jamu, atasan saya di kantor meminta saya untuk memeriksakan penyakit saya di rumah sakit yang terpecaya di Jakarta sebagai pembanding apakah hasilnya sama atau tidak dengan rumah sakit Moewardi sebelumnya. Atasan saya minta sebelum diambil tindakan kemoterapi ada baiknya mencari perbandingan di rumah sakit lain dulu biar jelas analisa penyakitnya. Setelah berdiskusi dengan keluarga akhirnya saya pilih rumah sakit kanker Dharmais (RSKD) Jakarta

Pada hari Kamis tanggal 16 Jun 2022 saya disertai istri berangkat ke Jakarta untuk pemeriksaan kembali di rumah sakit pusat kanker Dharmais. Saya mengambil jalur poli cendana untuk mempercepat proses pemeriksaan dan bisa langsung ketemu dokter spesialis THT yaitu dokter Handoko Nugroho SP THT KL. Semua data di RS Moewardi saya kasih ke dokter dan dokter meminta saya untuk dilakukan endoskopi kembali.

Hasil endoskopi RSKD

Setelah endoskopi dokter Handoko mengatakan masih derdapat suspek masa kecil di pita suara saya itu yang membuat tenggorokan saya masih gatal dan batuk. Dokter Handoko pun meminta saya untuk melakukan MRI scan kembali untuk membandingkan hasil MRI scan di RS Moewardi dengan di Dharmais.

Saat konsultasi di poli THT cendana, dokter handoko memberikan saya obat antibiotik (Lanfix 200mg tablet, obat pengencer dahak (Nalitik Acetylcysteine 200mg kapsul) dan obat anti radang Methylpredinsolone untuk jatah seminggu. Selama konsumsi obat dokter saya masih lanjut minum jamu dari dokter di Tawangmangu dengan jarak 1 jam setelah obat dokter, sementara obat lain distop. Alhamdulillah ada efek perubahan dari tenggorokan saya yang rentan gatal dan batuk, setelah hari kedua, sudah mulai berkurang rasa gatal dan batuknya.

Keesokan harinya Jum'at tanggal 17 Jun, saya lanjut MRI scan, dikarenakan melalui jalur poli cendana maka MRI scan bisa langsung dilakukan. Saat MRI scan juga disertai dengan suntikan kontras saya rasakan sangat beda dengan MRI scan di RS Moewardi. MRI scan di Dharmais kita harus menggunakan headphone yang disetel lagu-lagu agar tidak berisik dari suara mesin MRI scannya. Setelah selesai hasilnya harus menunggu 3 hari kerja.

Minggu depannya hari Jum'at  tanggal 24 Jun 2022 saya kembali datang ke Dharmais untuk mengambil hasil MRI, dikarenakan saya belum memberikan hasil MRI scan dari RS Moewardi, maka hasil scan saya belum bisa diambil, untuk itu pagi-pagi saya langsung datang ke pendaftaran MRI scan khusus poli cendana dan memberikan CD hasil MRI scan dari RS Moewardi. Dari dokter radiologi mengatakan hasilnya tidak bisa dipastikan kapan selesainya, akan tetapi pada pukul 13:30 saya inisiatif meminta istri menanyakan kembali ke pendaftaran dan alhamdulillahakhirnya hasil MRI saya bisa diterima, meskipun saya tidak bisa langsung ke dokter poli THT karena waktunya sudah habis. Saya hanya membaca sendiri hasil MRI scan tersebut, dimana dari semua analisa scan MRI tersebut tertera tulisan tidak ditemukan adanya abnormality, dalam hati saya bersukur alhamdulillah, Allah sudah mengangkat sel kanker didalam tubuh saya.

Hasil MRI scan dengan kontras di RSKD

Seminggu lebih obat dari dokterpun habis, begitupun jamu dari dokter Tawangmangu pun habis, akhirnya saya inisiatif mengkonsumsi jamu yang dibuat istri dengan ramuan kunyit kuning, kunyit putih dan kencur masing-masing 1 genggam yang di blender dan direbus dengan air kurang lebih 1 liter lalu diminum sehari 3 kali pagi siang dan sore masing-masing segelas jamu. Selain itu saya juga mengkonsumsi obat anti radang (Methylprednisolone) dan pengencer dahak (Nalitik Acetylcysteine) yang biasa diberi dari dokter di RS Moewardi, saya membelinya di apotik dengan harga murah terjangkau untuk 2 jenis obat masing-masing 2 strip seharga kurang lebih Rp. 35,000. Alhamdulillah efek obat tersebut sangat terasa dengan hilangnya rasa gatal dan batuk sehingga membuat tidur lebih nyaman. 

Perlu sobat survivor ketahui obat-obatan tersebut memang bisa membuat hilang rasa gatal dan batuk dalam waktu singkat, akan tetapi selang beberapa jam akan timbul rasa gatal kembali, dan lama kelamaan saya menjadi ketergantungan kedua obat tersebut, alhasil membuat saya menghentikan penggunaan kedua obat tersebut dan pada akhirnya saya hanya fokus pada jamu yang dibuat istri yaitu kunyit kuning, kunyit putih dan kencur yang alhamdulillah membuat rasa gatal hilang dalam waktu lama.

Di sela-sela menunggu kembali konsultasi kembali ke dokter, sayapun membaca-baca artikel Islami tentang doa cara penyembuhan penyakit, hingga suatu hari tidak sengaja saya membaca artikel dari Yufid.tv di instagram tentang doa ketika tubuh mengalami sakit dan doa memohon kesembuhan penyakit. Saya coba mengamalkan doa tersebut, yang merupakan perintah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, yang diambil dari hadits shahih riwayat Imam Muslim dan dari Al Qur'an surat Al Anbiya ayat 83.



Hari-hari setelah MRI scan, secara perlahan rasa gatal dan batuk saya mulai hilang. Dengan kesabaran dan berbagai ikhtiar pengobatan yang saya lakukan, alhamdulillah Allah tepati janjinya dengan menjawab semua permohonan doaku. Aktifitas sehari-hari yang sempat saya tinggalkan sejak saya terganggu akibat batuk yang selalu mengganggu, perlahan mulai saya lakukan kembali, karena kerinduan untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanallahu wata'ala.

Konsultasi dokter selanjutnya yaitu tanggal 8 Jul 2022, saya bersama istri kembali mendatangi poli cendana RSKD untuk memberikan hasil MRI scan dan menunggu keputusan tindakan dokter Handoko selaku spesialis THT selanjutnya. Pagi itu pukul 07:30 saya bersama istri tiba di RSKD, pertama saya mengantarkan istri yang juga ingin berobat di RSKD ke bagian cetak SEP dan menunggu antrian karena mesin print SEP tidak berfungsi. Saat waktu menunjukkan pukul 09:00 saya terpaksa meninggalkan istri di bagian cetak SEP, karena saya harus segera ke Poli cendana untuk mendaftarkan diri dan membuat janjian dengan dokter Handoko pukul 10:00. 

Kurang lebih pukul 10:20 saya dipanggil ke ruangan dokter Handoko, beliau memberikan salam dan langsung menanyakan kabar saya, "Gimana kabarnya pak?" Saya jawab Alhamdulillah sudah membaik dok. Dokter langsung berkata "Saya lihat suara bapak sekarang lebih baik dibandingkan saat datang pertama?" Sayapun menjawab Alhamdulillah perlahan membaik. Setelah itu dokter Handoko menjelaskan bahwa dari hasil MRI scan tidak ditemukan sesuatu yang abnormal, dokter menjelaskan penyebab saya batuk dikarenakan adanya infeksi tenggorokan paska radioterapi. Memang butuh waktu untuk pemulihan kembali seperti sedia kala. Dokter menyarankan beberapa pantangan kepada saya seperti: 1. Makan makanan yang di bakar, 2. Makanan pedas, 3. Makanan asin, 4. Makanan yang mengandung bahan pengawet atau penyedap rasa.

Saya bertanya lantas apa penyebab saya terkena kanker dok: dokter menjawab, ada beberapa faktor diantaranya: 1. Perokok dan peminum alkhohol, 2. Faktor DNA / keturunan 3. Faktor stress. Orang yang tidak merokok dan tidak minum alkhohol bisa terkena kanker karena faktor DNA juga stress. Faktor DNA sangat berpengaruh mudahnya seseorang terkena kanker, jadi apabila ada orang tua kita yang terkena kanker maka anaknya harus menjaga pola makan sehat agar terhindar dari kanker. Atau orang yang tidak ada DNA keturunan kanker dalam hal ini siapapun saja bisa terkena kanker apabila setiap harinya dia mengalami stress (tekanan). Jadi setiap orang mempunyai kekebalan tubuh masing-masing yang berbeda, untuk laki-laki diatas 40 tahun apabila selalu mengalami stress maka sangat memungkinkan gampang terkena kanker karena daya tubuhnya berkuruang akibat stress. Apabila kita kerja dengan perasaan senang tanpa tekanan maka secara alami kekebalan tubuh kita bisa meningkat dan bisa menghalau berbagai pertumbuhan sel kanker, bahkan bisa melawan masuknya asap dari perokok ataupun faktor eksternal berbahaya kedalam tubuh kita.

Jadi dokter menyarankan supaya saya tetap menjaga pola makan sehat bisakan minum air putih hangat untuk mempercepat recovery, dengan menghindari beberapa pantangan makanan diatas dan intinya jangan mudah stress. Dokter meminta saya kalau masih ada masalah dengan batuk setelah 3 bulan bisa datang untuk kontrol kembali, atau bahwak apabila sebelum 3 bulan ada gejala yang membuat batuknya parah maka segera datang kembali. Dengan mengucap sukur alhamdulillah Allah kabulkan doa saya, semoga kesembuhan ini tidak untuk saya sendiri, saya berharap kesembuhan ini juga untuk para survivor lainnya yang masih terus berjuang. Aamiiin.

Dari saya pribadi menyampaikan pesan buat pada survivor, perbanyaklah ibadah kalian kepada Allah, mintalah kesembuhan dari Allah, dan jangan minta kesembuhan dari siapapun selain Allah, dokter dan obat-obatan hanyalah ikhtiar atau usaha kita dalam meraih kesembuhan. Akan tetapi kita harus yakin bahwa penyakit itu datang dari Allah yang akan menguji sampai mana kesabaran kita, dan Allah jualah yang akan mengangkat penyakit tersebut dengan apapun caranya. Allah hanya bilang "Kun Fayakun" maka semua penyakit dalam sekejab akan hilang dengan sendirinya.

Wassalam,
DK

1 comment: