“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Monday, September 5, 2022

Harta Yang Paling Mulia Di Dunia


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Buat sobat blogger yang di rahmati Allah Subhanallahi Wata'ala, semua orang bekerja susah payah setiap hari pergi pagi pulang petang meninggalkan keluarga, orang tua anak dan istri, yang mereka cari adalah harta. Di dalam hadits Imam Bukhari no. 6427 dan Muslim no. 1052 Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah berkata, "Harta itu hijau warnanya (sangat indah) dan manis rasanya (sangat menggiurkan)". Sudah pasti semua orang pasti sangat suka dengan harta tersebut. Lantas apakah harta yang ada di dunia berupa uang, perhiasan, emas, berlian, rumah, tanah, atau kendaraan tersebut merupakan harta yang paling mulia di muka bumi ini? Ikuti penjelasannya dibawah ini.

Di antara sebab mengapa masih ada yang gemar melakukan ritual pesugihan dan ritual kesyirikan lainnya adalah karena tergiur dengan dunia yang diperkuat dengan lemahnya iman. Akhirnya, segala cara ditempuh, meskipun dimurkai oleh Allah bahkan cara-cara yang tidak masuk akal pun dilakukan. Karena memang demikianlah sifat dunia, membuat setiap orang tergiur karena sifatnya yang hijau nan manis.

Pada tahun 1980 kebawah bisa kita hitung orang yang punya sepeda motor, akan tetapi mulai tahun 1990 keatas, semua orang berlomba-lomba mempunyai kendaraan motor dan mobil yang berimbas kepada kemacetan di jalan kota besar. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah mengingatkan kepada kita semua tentang hal ini, Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْفَقْرَ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ التَّكَاثُرَ

“Yang aku khawatirkan pada kalian bukanlah kemiskinan, namun yang kukhawatirkan adalah saling berbangganya kalian (dengan harta)” (HR. Ahmad 2: 308. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Pada dasarnya Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam yakin bahwa umat Islam sudah teruji dengan kemiskinan, akan tetapi yang ditakutkan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah apabila harta dibukakkan kepada kalian dan hal tersebut sudah terbukti di zaman sekarang. Karena dengan dibukakannya harta tersebut membuat semua orang lalai akan perintah dan kewajiban kita kepada Allah rabbul 'alamin.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya oleh para sahabat tentang harta apa yang paling mulia di muka bumi ini? Seperti dijelaskan di dalam hadits shahih dibawah ini:

Tsauban radhiallahu ‘anha beliau adalah salah seorang pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut:

يا رسولَ اللَّهِ أيَّ المالِ خَيْرٌ نتَّخذُ فَقالَ

“Ya Rasulullah -shallallahu ‘allaihi wa sallam- harta terbaik apakah yang semestinya kami miliki ?“. Beliau menjawab:

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ

"Hendaklah kamu memiliki hati yang selalu bersyukur (, lisan yang banyak berdzikir dan istri shalihah yang membantu suaminya dalam urusan akhirat". [HR. Ibnu Majah no.1517. Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibni Majah [1517]: “Shahih“]


Di dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

أَفْضَلُهُ لِسَانٌ ذَاكِرٌ وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ

“Harta terbaik adalah lisan yang berdzikir, hati yang bersyukur dan istri mu’minah yang membantu keimanannya (suami).” (HR. Tirmidzi)


Jadi, yang harus senantiasa ada dalam benak kita, tatkala keluar mencari harta, adalah mengingat harta yang paling mulia di muka bumi.


1. Lisanun Dzakirun (Lisan Yang Selalu Berdzikir)

Ketika lisan selalu berdzikir, disaat itulah Allah akan senantiasa mengingat dia. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ - ١٥٢ 

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah[2]: 152)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits qudsi:

يقُولُ اللَّه تَعالى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعهُ إِذَا ذَكَرَني، فَإن ذَكرَني في نَفْسهِ، ذَكَرْتُهُ في نَفسي، وإنْ ذَكَرَني في ملإٍ، ذكَرتُهُ في ملإٍ خَيْرٍ منْهُمْ

“Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)

Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah menjadikan seorang hamba akan senantiasa diingat oleh Allah. Apabila Allah mengingat seorang hamba, tentunya Allah akan berikan kepada dia berbagai macam karunia dan rahmatNya, diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala inayah dan taufiqNya. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hatinya pun akan terjaga daripada godaan setan. Karena disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, bahwasannya berdzikir itu bagaikan benteng yang kokoh, yang membentengi seorang daripada musuhnya. Sementara musuh kita adalah setan.

Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah, hatinya senantiasa bening dan diberikan oleh Allah kekuatan untuk menjalankan syariatNya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, ada seorang laki-laki berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla” (HR. Tirmidzi)

Ketika orang ini mengadu kepada Rasulullah tentang syariat Islam yang banyak yang tentunya kita pun sulit untuk menghafal seluruhnya, ia minta satu kuncinya, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan kunci semua, yaitu lisan yang senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Itu menunjukkan orang yang senantiasa lisannya basah dengan dzikir kepada Allah, Allah akan berikan kekuatan ia untuk menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah akan angkat derajatnya dan Allah akan gugurkan dosa-dosanya. Karena ketika seseorang mengucapkan Subhanallah, Allah tuliskan untuknya 20 derajat, Allah gugurkan darinya 20 dosa dan Allah tuliskan untuknya 20 kebaikan.

Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah, Allah tanamkan untuknya pohon-pohon di surga. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Isra’ Mi’raj, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim di langit yang ketujuh. Lalu Nabi Ibrahim berkata kepada Rasulullah:

يَا مُحَمَّدُ، أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلاَمَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ المَاءِ، وَأَنَّهَا قِيعَانٌ، وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

“Wahai Muhammad, sampaikan salam dariku untuk umatmu. Beritahu mereka bahwa surga itu debunya harum. Airnya segar. Dan surga itu datar. Tanamannya adalah kalimat: Subhaanallahi wal hamdu lillaahi laa ilaaha illaahu wallaahu akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar).” (HR. Ahmad)

Maka lisan yang senantiasa banyak berdzikir kepada Allah, hakikatnya ia sedang menanam pohon-pohon dan tanaman-tanaman di surga untuk dirinya sendiri. Lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah, Allah jaga lisannya dari mengucapkan kata-kata yang dimurkai oleh Allah. Sehingga ia jauh dari berghibah, ia jauh dari berdusta, ia jauh dari mengucapkan kata-kata yang dimurkai dan tidak disukai oleh Allah.

Maka itulah saudaraku sekalian, lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah sungguh menguntungkan pelakunya, sungguh memberikan kebahagiaan dan ketenangan serta ketentraman bagi hatinya. Bukankah Allah berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّـهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)


2. Wa Qolbun Syakir (Hati Yang Senantiasa Bersukur)

Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hati yang mengakui bahwa semua nikmat yang yang ia peroleh berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati tersebut senantiasa meyakini bahwa sekecil apapun nikmat yang ia rasakan akan ditanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati tersebut kemudian berpikir bagaimana ia menggunakan nikmat-nikmat yang banyak tersebut untuk mensyukuri Allah, untuk menaati Allah.

Ketika ia diberikan oleh Allah kenikmatan, ia senantiasa berpikir, “apa jawaban saya di hadapan Allah dengan nikmat-nikmat yang saya peroleh tersebut?” Sehingga sebelum ia menggunakan kenikmatan tersebut, hati tersebut berpikir, “apakah yang saya gunakan ini dalam kerinduan Allah atau tidak?”

Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hati yang senantiasa qanaah dengan yang Allah berikan kepadanya walaupun sedikit. Ia tidak pernah merasa serakah dan rakus, ia tahu dan ia sangat yakin bahwasanya sesuatu yang Allah berikan kepadanya itu yang terbaik untuknya. Sehingga akhirnya hatinya tidak pernah berangan-angan dan berkhayal untuk mendapatkan kehidupan dunia yang lebih banyak lagi.

Hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hati yang selalu berucap dan berterima kasih kepada Allah. Disaat ia makan, hati tersebut yakin bahwasanya inilah nikmat Allah, maka lisannya pun berucap Alhamdulillah. Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum.” (HR. Muslim)

Hati tersebut penuh rasa syukur kepada Allah, hati tersebut senantiasa berharap agar semua nikmat-nikmat yang Allah berikan tersebut menjadi pahala untuk dirinya. Hati yang senantiasa takut kepada Allah, berharap akan karunia dan nikmatNya, berharap akan surgaNya, berharap akan keridhaanNya.

Hati tersebut takut kepada Allah, takut akan adzabNya dan kemurkaanNya. Hati tersebut senantiasa ia gantungkan harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati yang penuh tawakal kepada Allah, hati yang dipenuhi dengan cinta kepada Allah, hati yang senantiasa berharap kepada Allah. Sehingga akhirnya cintai ia karena Allah, benci ia karena Allah, keinginan ia hanya mengharapkan ridha Allah, dia tidak mengharapkan pujian manusia, ia tidak mengharapkan kehidupan dunia dari amal shalihnya, demikian hati yang bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


3. Wa Dzaujatun Mukminatun tu ‘inuhu ala iman (Istri Beriman Yang Membantu Suami Beriman)

Istri yang membantu ia untuk metaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah seindah-indah perhiasan dunia yang Rasulullah disebutkan dalam haditstnya:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Istri yang shalihah adalah yang senantiasa berpikir bagaimana bakti ia kepada suaminya. Istri yang shalihah adalah yang berusaha bagaimana menjadikan suaminya sebagai jalan dirinya untuk masuk kepada surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Al-Imam Al-Bazzar meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kedatangan seorang wanita yang ingin bertanya kepadanya karena ada kebutuhan. Lalu Rasulullah bersabda kepadanya:

“Apakah kamu memiliki suami?”

Wanita itu menjawab, “punya wahai Rasulullah”

Kata Rasulullah, “bagaimana sikap kamu terhadap suamimu?”

Wanita itu berkata, “Aku terus bersungguh-sungguh untuk mentaati suamiku keculi aku yang tidak mampu ya Rasulullah”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

“Lihatlah oleh kamu bagaimana kamu dimata suamimu, karena suamimu adalah surga atau nerakamu” (HR. Ahmad)

Istri yang senantiasa berpikir bagaimana ia berusaha mentaati suaminya dalam kebaikan dan membantu suaminya dalam ketaatan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut tentang suami istri yang apabila suaminya bangun diwaktu malam, ia shalat malam lalu ia bangunkan istrinya untuk shalat malam, lalu keduanya shalat malam. Kata Rasulullah:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ فَإِنْ أَبَتْ رَشَّ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى فَإِنْ أَبَى رَشَّتْ فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ

“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan istrinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang perempuan yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. An Nasa’i)

Allah merahmati istri yang membantu suaminya untuk mentaati Allah, Allah merahmati suami yang membantu istrinya untuk mentaati Allah.

Demikianlah saudaraku sekalian, adalah merupakan sebaik-baik harta simpanan yang kita simpan di dunia ini untuk kehidupan akhirat kelak.

Semoga bermanfaat,
Wassalam,
DK


Sumber:

No comments:

Post a Comment