“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Wednesday, September 14, 2022

Suka Duka Hidup Ngekos


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Buat sobat blogger yang setia membaca diary ini, pada artikel yang kesekian ini, penulis ingin berbagi cerita tentang suka duka hidup ngekos di kota besar, yang penuh dengan tantangan dan berbagai keluh kesahnya. Terkadang susahnya kehidupan tersebut bisa kita lewati dengan cara mendekatkan diri kita kepada Allah rabbul 'alamin.

Puji sukur saya ucapkan kepada Allah rabbul 'alamin yang selalu memberikan saya kesehatan, hidayah dan iman Islam. Tidak lupa shalawat saya sampaikan kepada Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dan para sahabat yang telah mengajarkan banyak ilmu dunia dan akhirat kepada semua makhluk semesta alam.

Kehidupan di kota besar merupakan tantangan bagi semua para perantau, tantangan itu bisa berupa susahnya mencari kerja, mahalnya biaya bidup, susahnya persaingan hidup, bahkan susahnya bertahan hidup. Siapapun yang yang datang ke Ibukota dengan tanpa persiapan kemungkinan besar akan tertindas dan tidak bisa bertahan lama. Sehingga pernah kita mendengar adanya pepatah yang mengatakan Ibukota lebih kejam dari Ibu Tiri.

Ini adalah kisah nyata yang penulis alami ditahun 1998 disaat itu saya masih perjaka hidup ngekost sendiri di daerah terminal Bekasi yang dipenuhi oleh para perantau dari berbagai daerah di Indonesia. Sebelum tinggal di Bekasi, saat sempat tinggal di daerah Depok Jakarta Timur.

Alasan saya bisa merantau ke pulau Jawa karena selepas lulus dari bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi Politeknik negeri  di daerah Sumatera, saya terpilih satu dari 5 orang mahasiswa satu angkatan yang diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta elektronik ternama di daerah Pasar Rebo Jakarta Timur.

Setelah 3 bulan bekerja di perusahaan tersebut, qodarullah saya tidak lulus masa percobaan, ketika itu saya pun pindah ke daerah Bekasi mencoba mencari pekerjaan yang lebih baik disana. Saat pindahan kost dari daerah Jakarta Timur ke Bekasi saya ditemani seorang sahabat satu angkatan yang bernama Suhendris. Kami berdua naik bus Transitas jurusan Depok - Bekasi.

Saat naik bus tersebut kondisi penumpang sudah penuh sehingga beberapa orang ada yang berdiri di tengah sambil bergelantungan antara kursi sebelah kiri dan kanan. Saat naik bus saya langsung mencari posisi di tengah bus sambil berdiri, sementara Suhendris berdiri di bagian belakang. Setelah pintu bus ditutup, bus langsung melaju dan melintas lewat jalur tol.

Saat ditengah tol, tiba-tiba didalam bus terjadi keributan, tepatnya di bagian belakang, saat bersamaan terdengar suara emak-emak yang berteriak "Stoooop", sementara disisi lain saya mendengar suara gedebag gedebug suara orang berantem, sontak saja ternyata benar saya melihat Suhendris berantem dengan seorang bapak yang lumayan sudah tua. 

Akhirnya supir menghentikan mobil di pinggir tol dan ketika itu juga kondekturnya menyuruh Suhendris turun supaya tidak berkelahi kembali. Melihat suhendris disuruh turun, saya pun langsung ikut turun menemaninya. Ketika itu kami berdua turun di tengah tol, dan saya sempat menanyakan kepada Suhendris kenapa bisa terjadi perkelahian diatas bus tadi. Suhendris menjelaskan kalau saat dia naik di bagian belakang bus, dia tidak sengaja menginjak kaki bapak yang kemudian dia tidak terima kakinya diinjak, diapun langsung mendorong Suhendris, seketika itupun Suhendris memukul bapak tersebut hingga terjadilah perkelahian seru diatas bus.

Akhirnya kami kebingungan harus naik angkutan apa untuk melanjutkan perjalanan ke Bekasi. Satu persatu bus yang lewat kami hentikan akan tetapi tidak ada yang mau berhenti. Setelah beberapa menit menunggu, tidak tahu dari mana, tiba-tiba ada sebuah mobil VW kodok berhenti menghampiri kami dan menanyakan kalian mau kemana? Seketika itu saya bilang mau ke Bekasi, secara tidak sengaja bapak tersebut bilang "wah kebetulan saya juga mau kearah Bekasi". Akhirnya kami berdua nebeng sama bapak tersebut. Saat dijalan bapak tersebut bertanya "kenapa kalian bisa berhenti ditengah tol?", saya hanya bisa menjelaskan kalau kami berdua diturunkan oleh kondektur bus transitas dari Depok. Saya tidak bilang telah terjadi perkelahian antara Suhandris dengan salah satu penumpang bus tersebut. Singkat cerita kami pun sampai di pintu toll Bekasi Barat, sebelum turun kami berterima kasih banyak kepada bapak tersebut yang telah berbaik hati mengantarkan kami sampai Bekasi, kemudian kami lanjut naik angkot ke tempat kost yang kami tuju di daerah terminal Bekasi.

Dalam hati sukur alhamdulillah ternyata Allah mempermudah perjalananku dengan menurunkan pertolongan melalui seorang yang baik hati membawa saya tiba di Bekasi dengan selamat. Itulah pengalaman pertama saya saat memulai kehidupan di daerah Bekasi.

Setelah beberapa hari tinggal di bekasi, alhamdulillah tidak terlalu lama menunggu akhirnya saya diterima bekerja di salah satu perusahaan swasta elektronik ternama juga. Dalam doa saya sangat bersukur kepada Allah rabbul 'alamin yang memberikan kemudahan kepada saya untuk bisa mendapatkan kerja kembali.

Pada mula saya tinggal di Bekasi saya hanya nebeng tinggal di kost kakak tingkat kuliah yang sudah dulu bekerja. Karena kita sama-sama dari satu daerah dan satu almamater maka kebiasaan turun temurun dimana kita saling tolong-menolong untuk bayar iuran kost setiap bulannya. Begitupun saat saya sudah bekerja, sayapun ikut iuran untuk bayaran kost tersebut, sementara yang belum bekerja hanya bisa nebeng saja. 

Karena kondisi kamar kost semakin sempit karena banyaknya para alumni yang tinggal disitu, kurang lebih ada 8 orang dalam 1 kamar kost akhirnya saya berpamitan kepada teman seperjuangan yang tinggal di kost tersebut untuk memisahkan diri untuk menyewa kost sendiri di daerah terminal Bekasi, tepatnya di belakang pasar baru Bekasi. Jarak dari kost ke tempat pemberhentian mobol jemputan perusahaan kurang lebih 1 kilometer, dan bisa saya tempuh dengan jalan kaki.

Cerita bermula saat saya pergi berangkat hari pertama ketika saya sudah tinggal di kost tersebut.  Disaat itu waktu menunjukkan pukul 05:30 suasana masih gelap karena saya harus tiba di lokasi pemberhentian mobil jemputan sebelum pukul 06:00 jika tidak maka akan tertinggal. Mobil jemputan tersebut melintasi daerah terminal bekasi, dengan harapan saya bisa numpang jemputan tersebut.

Lokasi Pasar baru Bekasi

Saat keluar dari kost seperti biasa langkah kaki saya selalu di awali dengan doa "Bismillahi tawakaltu alallah wala hawlawala quwata illa billahul aliyyul adzim". Saya berjalan pelan melintasi pasar karena kondisi masih gelap, tidak berapa jauh saya melintasi pasar, tiba-tiba saya melihat ada orang yang mendekati saya, dari cara berpakaiannya yang serba lusuh dengan celana bolong dan terlihat samar-samar tato di tangannya saya tahu bahwa dia adalah preman pasar situ. 

Saya pikir apakah dia mau bertanya sesuatu akan tetapi saya berubah kaget dan menjadi takut disaat preman tersebut mengeluarkan sesuatu dari pinggangnya yang saya lihat itu adalah pisau belati. Dia berjalan cepat menghampiri saya sambil menodongkan belatinya ke muka saya sambil berkata: serhkan uang yang kamu punya?

Meskipun kondisi menegangkan seperti itu, alhamdulillah Allah berikan keberanian kepada saya, saat itu tiba-tiba secara spontan dari mulut saya keluar perkataan yang menggunakan logat bahasa daerah Sumatera, yang artinya "saya tidak punya uang, rumah saya tidak jauh dari sini", seketika itupun preman tersebut terlihat bengong dan menarik kembali belati yang sudah ditodongkan ke muka saya kedalam bajunya sambil berkata "ya sudah ga papa". 

Ketika itu saya langsung lanjut berjalan meninggalkan preman tersebut. Selama berjalan saya terus berpikir, apakah preman tadi mengerti dengan apa yang saya katakan? atau ada sesuatu yang dia lihat disebelah saya sehingga dia berubah drastis raut mukanya? Sampai saat ini saya masih tidak mengerti, mungkin inilah yang dinamakan pertolongan Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Beberapa minggu setelah kejadian tersebut sepulang kerja saya pernah berjalan melintas terminal bekasi tersebut, tiba-tiba dari pinggir jalan ada seorang bapak-bapak tiba-tiba menawarkan dagangan obat pemutih kulit datang menghampiri saya yang saat itu sedang berjalan pelan. Dilihat dari logat bicaranya bapak tersebut adalah orang Medan. Saya tidak mengerti dengan cara bapak tersebut berdagang, tiba-tiba dia langsung mengoleskan obat pemutih kulitnya ke tangan dan muka saya dengan paksa.

Karena merasa risih akhirnya saya tepis tangan bapak tersebut, sehingga menyebabkan botol obat pemutih yang dipegangnya terjatuh ke tanah, saat itupun saya spontan dari mulut keluar perkataan dengan logat bahasa daerah Sumatera, yang artinya "Sudah bapak jangan paksa saya, saya tahu bapak orang Medan, dan saya juga orang Sumatera", seketika itu bapak tersebut akhirnya melepaskan tangan saya dan sayapun pergi meninggalkan bapak tersebut yang masih terdiam di tempat berdirinya.

Kembali saya bertanya didalam hati, apakah bapak tersebut mengerti dengan yang saya ucapkan, atau ada sesuatu yang membuat bapak tersebut terdiam melihat saya? Kembali saya ucapkan sukur alhamdulillah Allah telah melindungiku dari kejahatan setan dari manusia.

Beberapa bulan setelah kejadian tersebut saya yang masih sendiri saat itu berencana ingin ke toko buku Gramedia yang bertempat di Mall Metropolitan Bekasi Barat, saya kesana sendiri naik angkot. Seperti biasa setiba di toko buku Gramedia lantai 2 Mall Metropolitan tersebut saya sering berlama-lama membaca buku yang saya gemari sambil duduk jongkok. 

Pada hari tersebut disaat saya sedang asik membaca buku, saya dikagetkan dengan datangnya seorang pemuda yang tiba-tiba menghampiri sambil menawarkan sesuatu barang berupa jam tangan. Karena saya sedang asik membaca saya diamkan orang tersebut, selain itu juga saya berpikir kenapa sempat-sempatnya di dalam toko buku Gramedia ada orang yang berjualan menawarkan jam tangan kepada orang lain? Sungguh aneh menurut saya.

Karena pemuda tersebut merasa saya acuhkan, akhirnya dia berkata keras dan memaksa saya untuk membeli barang tersebut. Sontak saya bangun berdiri dari jongkok dan secara tidak sengaja saya banting dengan kerasnya buku yang saya pegang ke tempat tumpukkan buku lainnya, sambil berkata spontan kembali keluar kata-kata dengan logat bahasa daerah Sumatera yang artinya "Sudahlah tidak perlu tawarkan kepada saya, saya tidak mau barang tersebut" seketika itupun pemuda tersebut berkata "oh yasudah" sambil pergi keluar meninggalkanku dari toko Gramedia tersebut.

Setelah kejadian tersebut perasaan saya berubah jadi takut dan hilang selera ingin melanjutkan membaca buku yang sempat terpotong, sejenak saya perhatikan sekeliling untuk memastikan pemuda tadi sudah pergi jauh, dan setelah itu sayapun pulang ke rumah dengan perasaan was-was.

Dari berbagai kejadian diatas, saya selalu bersukur kepada Allah yang telah memberikan penjagaan kepadaku dengan malaikat yang tak kasap mata. Terkadang saya berpikir kalau bukan karena pertolongan Allah mungkin saya tidak tahu sudah berapa kali saya mengalami kerugian. Semakin banyak kejadian yang diluar nalar tersebut membuat saya semakin dekat kepada Allah serta semakin membuat saya merasa tidaklah berarti didunia ini tanpa pertolongan Allah rabbul 'alamin.

Semoga semua cerita diatas bisa membuat sobat blogger semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah, karena apabila kita semakin dekat dengan Allah, maka Allah pun tidak akan membiarkan hambanya diganggu oleh siapapun itu kecuali takdir yang sudah digariskan. 

Wassalam,
DK

No comments:

Post a Comment