Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Buat sobat blogger yang selalu setia membaca artikel diaryku ini, kali ini penulis ingin berbagi ilmu tentang duduk iq'a yang terkadang dilakukan Rasulullah disaat duduk diantara dua sujud di dalam sholat. Apa sebenarnya pengertian duduk iq'a tersebut? berikut penjelasannya.
Biasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam saat duduk diantara dua sujud, Beliau melakukan duduk iftirasy yaitu dengan membentangkan punggung kaki kiri di lantai dan mendudukinya, kemudian telapak kaki kanan ditegakkan dan jari-jarinya menghadap kiblat.
Duduk Iftirasy |
Dari Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu beliau menjelaskan tentang duduk iftirasy:
فَإِذَا جَلَس فِي الرَكعَتَين جَلَس على رجلٌه اليسرى، ونصب اليمنى، وإذا جلس في الركعة الآخرة، قدم رجلٌه اليسرى، ونصب الأخرى، وقعد على مقعدته
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika duduk dalam salat di dua rakaat pertama beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanan. Jika beliau duduk di rakaat terakhir, beliau mengeluarkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan duduk di atas lantai.”(HR. Bukhari no. 828 dan Muslim no. 226)
Dalam hadits lainnya dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu juga mengatakan:
من سُنَّةِ الصلاةِ ، أنْ تنصِبَ القدمَ اليمنَى ، واستقبالُهُ بأصابعِها القبلةَ ، والجلوسُ على اليسرَى
“Diantara sunnah dalam shalat adalah menegakkan kaki kanan lalu menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat dan duduk di atas kaki kiri.” (HR. An Nasa’i no. 1157, di-shahih-kan Al Albani dalam Shahih An Nasa’i)
Penjelasan Duduk Iq'a
Duduk iq'a dalam sholat adalah duduk yang sesekali waktu dilakukan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam selain duduk iftirasy disaat duduk diantara dua sujud di dalam shalat dengan cara menegakkan kedua telapak kaki yang dirapatkan, lalu duduk di atas kedua tumit, dan jari-jari kaki menghadap ke kiblat. Dengan catatan duduk iq'a hanya dilakukan saat duduk diantara dua sujud dan tidak boleh saat duduk tasyahud baik tashayud awal maupun akhir.
Duduk Iq'a yang benar |
Riwayat dari Ibnu Úmar radhiallahu ánhuma menjelaskan :
أنَّه كان إذا رفَعَ رأسَه مِن السَّجدةِ الأولى يقعُدُ على أطرافِ أصابعِه، ويقولُ: إنَّه مِن السنَّةِ
“Bahwasanya beliau jika bangkit dari sujud yang pertama, beliau duduk di atas ujung jari-jari kaki beliau. Dan beliau berkata, “Ini termasuk sunah.” (HR. At-Thabaraani dalam al-Mu’jam al-Awsath no 8752 dan al-Baihaqi dalam As-Sunan al-Kubro no 2843, dan disahihkan oleh al-Baihaqi, adz-Dzahabi, Ibn Hajar dalam at-Talkhiish al-Habiir (1/420), dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Ashl Shifat as-Shalaah 2/803)
Seorang tabi’in, Thawus bin Kaisan rahimahullah mengatakan:
قُلنا لابنِ عباسٍ في الإقعاءِ على القدَمينِ . فقال : هي السنةُ . فقلنا له : إنا لنراهُ جفاءً بالرجلِ . فقال ابنُ عباسٍ : بل هي سنةُ نبيِّكَ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ
“Kami bertanya mengenai duduk iq’a kepada Ibnu Abbas, ia berkata: itu sunnah. Thawus berkata: kami memandang perbuatan tersebut adalah sikap tidak elok terhadap kaki. Ibnu Abbas berkata: justru itu sunnah Nabimu Shallallahu’alaihi Wasallam.” (HR. Muslim no. 536)
Duduk Iq'a yang Salah
Akan tetapi duduk iq'a ada beberapa yang dilarang oleh Rasulullah seperti dijelaskan dalam hadits dibawah ini:
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata:
أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ وَنَهَانِي عَنْ ثَلَاثٍ أَمَرَنِي بِرَكْعَتَيْ الضُّحَى كُلَّ يَوْمٍ وَالْوِتْرِ قَبْلَ النَّوْمِ وَصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَنَهَانِي عَنْ نَقْرَةٍ كَنَقْرَةِ الدِّيكِ وَإِقْعَاءٍ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ وَالْتِفَاتٍ كَالْتِفَاتِ الثَّعْلَبِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan aku dengan tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara. Memerintahkan aku untuk melakukan salat dhuha dua raka’at setiap hari, witir sebelum tidur, dan puasa tiga hari dari setiap bulan. Melarangku dari mematuk seperti patukan ayam jantan, duduk iq’a seperti duduk iq’a anjing, dan menoleh sebagaimana musang menoleh.” (HR. Ahmad no. 8106, dishahihkan Ahmad Syakir dalam Takhrij Musnad Ahmad 15/240)
Dari Aisyah radhiallahu’anha ia berkata:
وَكَانَ يَنْهَى عَنْ عُقْبَةِ الشَّيْطَانِ وَيَنْهَى أَنْ يَفْتَرِشَ الرَّجُلُ ذِرَاعَيْهِ افْتِرَاشَ السَّبُعِ
“Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang ‘uqbatusy-syaithan, juga melarang seseorang menghamparkan kedua lengannya seperti terhamparnya kaki binatang buas.” (HR Muslim, no. 498)
Berikut beberapa contoh duduk iq'a yang dilarang Rasulullah:
1. Membentangkan kedua kakinya di sebelah kanan dan kirinya, atau ia menegakan kedua kakinya, akan tetapi pantatnya duduk di lantai di antara kedua kakinya.
أَنْ يَفْرِشَ قَدَمَيْهِ عَنْ يَمِيْنِهِ وَيَسَارِهِ أَوْ يَنْصِبَهُمَا وَأَنْ يَجْلِسَ عَلَى أَلْيَتِهِ بَيْنَ قَدَمَيْهِ
“Ia membentangkan kedua kakinya di sebelah kanan dan kirinya, atau ia menegakan kedua kakinya, akan tetapi ia duduk di pantatnya (di tanah) di antara kedua kakinya” (Shifat Shalaat An-Nabiy, Abdul Aziiz at-Thuraifi hal 134).
Iq'a yang salah |
2. Menempelkan pantatnya ke tanah, menegakkan kedua betisnya, dan meletakan kedua tangannya di lantai.
أَنْ يُلْصِقَ أَلْيَتَيْهِ بِالْأَرْضِ وَيَنْصِبَ سَاقَيْهِ وَيَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى الْأَرْضِ كَإِقْعَاءِ الْكَلْبِ
“Ia menempelkan pantatnya ke tanah, menegakkan kedua betisnya, dan meletakan kedua tangannya di tanah seperti duduknya anjing” Al-Minhaaj Syarh Sahih Muslim 5/19 dan Fathul Baari 1/175, dan ini adalah yang dijelaskan oleh Abu Úbaidah Ma’mar bin al-Mutsanna dan Abu Úbaid al-Qaasim bin Sallaam. (Lihat al-Minhaaj 5/19 dan al-Istidzkaar 1/481)
Iq'a yang salah |
3. Menghamparkan jari-jari kaki menghadap ke belakang, kedua kaki tidak ditegakkan dan jari jemari kaki tidak diarahkan ke arah kiblat, lalu menumpukan pantatnya di atas tumitnya.
بِأَنْ يَفْرِشَ قَدَمَيْهِ وَيَجْلِسَ بِأَلْيَتَيْهِ عَلَى عَقِبَيْهِ
“Ia menghamparkan kedua kakinya (yaitu jari-jari kaki menghadap ke belakang karena kedua kaki tidak ditegakkan dan jari jemari kaki tidak diarahkan ke arah kiblat) lalu menumpukan pantatnya di atas tumitnya.” (Sebagaimana disebutkan oleh Ibn Daqiiq al-Íed dalam Ihkaam al-Ahkaam (1/236). Duduk ini mirip dengan duduk iq’aa’ yang disyariátkan, hanya saja pada tata cara iq’aa’ yang disunahkan kedua kaki ditegakkan sehingga jari-jari menghadap kiblat, sedangkan pada duduk iq’aa’ yang terlarang kedua kaki tidak ditegakkan, akan tetapi dihamparkan sehingga jari-jari kaki tidak menghadap kiblat dan menghadap ke ke belakang.)
4. Posisi duduk sudah hampir serupa dengan iq'a yang benar akan tetapi kedua telapak kaki tidak dirapatkan atau ditempelkan, melainkan mengarah keluar
Iq'a yang salah |
Demikianlah penjelasan duduk iq'a yang sesuai ajaran Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Semoga ilmu ini bermanfaat buat sobat blogger yang ingin memperbaiki tata cara sholat kita yang mungkin selama ini ada yang salah.
Perlu penulis garis bawahi bahwa semua tata cara duduk iq'a maupun duduk iftirasy tersebut adalah sesuai apa yang diajarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, akan tetapi tatkala kita ada udzur seperti di punggung kaki kita terdapat luka, atau adanya kapalan yang membuat sakit saat duduk iftirasy lama atau saat kaki keseleo, maka baik duduk iftirasy maupun iq'a tersebut akan gugur, dan ada baiknya kita menyesuaikan dengan kondisi kaki kita yang sedang udzur tersebut mana yang sekiranya tidak membuat kita sakit.
Wassalam,
DK
Sumber:
No comments:
Post a Comment