“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Tuesday, June 27, 2023

Waktu Sholat


Assalamuaiakum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Hai sobat blogger yang setia membaca artikel diaryku ini. Kali ini penulis ingin berbagi ilmu tentang cara menentukan waktu sholat berdasarkan apa yang telah diajarkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam tanpa menggunakan jam. Tatkala kita tidak membawa jam baik itu jam tangan maupun yang ada di smartphone, ada perlunya kita memahami penentuan waktu sholat ini. Berikut penjelasannya.

Para ulama sepakat bahwa shalat lima waktu memiliki batasan waktu yang harus ditunaikan pada waktu tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS.  An-Nisa’: 103).

Waktu shalat dibagi menjadi beberapa bagian:
  1. Waktu fadhilah (utama) adalah pada awal waktu
  2. Waktu ikhtiyar (pilihan)
  3. Waktu jawaz yang tidak makruh.
  4. Waktu jawaz dan makruh.
  5. Waktu haram
  6. Waktu uzur, yaitu Maghrib ditunda untuk jamak takhir.
  7. Waktu dhoruroh (darurat) karena ada udzur (halangan)

 Berikut hadits yang menjelaskan cara menentukan waktu sholat:

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِوٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ نَبِيَّ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – وَقْتُ اَلظُّهْرِ إِذَا زَالَتْ اَلشَّمْسُ, وَكَانَ ظِلُّ اَلرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرْ اَلْعَصْرُ, وَوَقْتُ اَلْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ اَلشَّمْسُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبْ اَلشَّفَقُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اَللَّيْلِ اَلْأَوْسَطِ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ
اَلْفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعْ اَلشَّمْسُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Waktu Zhuhur dimulai sejak matahari sudah tergelincir sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya selama belum masuk waktu Ashar. Waktu shalat Ashar selama matahari cahayanya belum menguning. Waktu shalat Maghrib selama syafaq (cahaya merah) belum hilang. Waktu shalat Isya’ hingga pertengahan malam dan waktu shalat Shubuh dimulai dari terbitnya fajar sampai terbitnya matahari.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 612, 173]

وَلَهُ مِنْ حَدِيثِ بُرَيْدَةَ فِي اَلْعَصْرِ: – وَالشَّمْسُ بَيْضَاءُ نَقِيَّةٌ

Dalam riwayat Muslim dari hadits Buraidah yang menceritakan tentang waktu shalat Ashar, “Dan sinar matahari masih putih bersih.” [HR. Muslim, no. 613]

وَمِنْ حَدِيثِ أَبِي مُوسَى: – وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ

Dan dalam hadits riwayat Abu Musa, “Dan matahari masih tinggi.” [HR. Muslim, no. 614]


Berikut penjelasan dari hadits diatas:

1. Waktu Sholat Dzuhur

Awal waktu Dzuhur adalah tergelincirnya matahari dan akhir waktunya adalah jika bayang-bayang sesuatu panjangnya sama dengan bendanya selain bayangan ketika istiwa’. 

Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,

وَقْتُ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَكَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ……..

“Waktu Shalat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu ‘Ashar……….” (HR. Muslim No. 612).


Untuk memahaminya secara mudah, sobat bisa buat sebuah jam matahari dengan menggunakan bahan  spidol, kertas putih dan senter.

1. Beri tanda titik tengah pada alas spidol dan tanda pada ujung atas spidol membentuk lingkaran dengan jari-jari sama dengan ukuran panjang spidol (anggap saja 10cm), lalu beri garis diamater lingkaran tersebut.

2. Setelah diberi tanda, dirikan spidol tegak lurus diatas kertas yang diletakkan pada bidang datar.
3. Hidupkan senter dan sorot dari atas spidol tegak lurus, hingga tidak tampak bayangan spidol. Posisi ini kita ibaratkan apabila siang tengah hari bolong maka matahari akan berada tepat tegak lurus diatas spidol tersebut, sehingga bayangan pun akan tegak lurus spidol.

Senter tegak lurus diatas spidol

4. Selanjutnya sinar senter kita miringkan sedikit, sehingga mulai terlihat bayangan spidol pada kertas. Kondisi inilah yang disebut tergelincirnya matahari, yang kita anggap sebagai mulainya waktu dzuhur.
Senter dimiringkan sedikit hingga tampil sedikit bayangan

5. Kemudian sinar senter kita miringkan kembali, sehingga panjang bayangan sama dengan panjang spidol atau bayangan menyentuh garis diameter lingkaran. Kondisi inilah yang menandakan berakhirnya waktu dzuhur dan mulailah masuk waktu ashar.
Senter dimiringkan hingga bayangan menyentuh garis lingkar

Dzuhur secara bahasa adalah maa ba’da az-zawaal, waktu setelah tergelincir matahari. Secara istilah, Dzuhur adalah nama shalat yang dikerjakan di waktu tersebut, yaitu shalat yang dikerjakan setelah tergelincirnya matahari. Makna zawal adalah tergelincirnya matahari (ke barat) dari atas langit. Istiwa’ adalah matahari berada di tengah langit.

Waktu Dzuhur secara keseluruhan masuk dengan tergelincirnya matahari menuju arah barat, dan berakhir hingga bayangan sesuatu menyerupainya, selain bayangan yang ada ketika matahari istiwa’ yaitu berada di tengah langit.


2. Waktu Sholat Ashar

Ashar secara bahasa berarti ad-dahru (masa). Secara istilah, Ashar adalah shalat tertentu. Awal waktu Ashar adalah jika bayang-bayang sesuatu sama panjangnya dengan bendanya dan lebih sedikit, dan akhir waktunya adalah ketika terbenamnya matahari.

Hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah rodhiyallahu ‘anhu ketika Jibril ‘alihissalam menjadi imam bagi Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,

حِينَ مَالَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى إِذَا كَانَ فَيْءُ الرَّجُلِ مِثْلَهُ جَاءَهُ لِلْعَصْرِ فَقَالَ قُمْ يَا مُحَمَّدُ فَصَلِّ الْعَصْرَ ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى إِذَا غَابَتْ الشَّمْسُ……مَا بَيْنَ هَذَيْنِ وَقْتٌ كُلُّهُ

Kemudian ia diam hingga saat panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Jibril datang kemudian mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah sholat ‘ashar lah”. Kemudian ia diam hingga matahari tenggelam………….diantara dua waktu ini adalah dua waktu sholat seluruhnya” (HR. Nasa’i No. 526, hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani rohimahullah dalam Al Irwa’ hal. 270/I).

Dari hadits Jabir diatas ini menjelaskan batasan awal dan akhir waktu ashar yang masih diperbolehkan. Sementara akhir waktu ashar yang terbaik adalah sebelum matahari menguning seperti yang dijelaskan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu dibawah ini:

Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:

وَوَقْتُ الْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ

“Dan waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning….” (HR. Muslim No. 612).

Matahari mulai menguning akhir ashar

Maksud hadits Abdullah bin ‘Amr diatas adalah waktu akhir ashar terbaik sebelum matahari menguning disini adalah ditujukan kepada orang yang tidak punya udzur. Akan tetapi apabila kita ada udzur yang menyebabkan kita tidak bisa mengerjakan shalat ashar sebelum matahari menguning maka kita boleh mengerjakannya sebelum matahari tenggelam (disebut waktu dharurah), bahkan walaupun kita baru dapat 1 rakaat ashar sebelum matahari tenggelam pun sudah dianggap mendapatkan shalat ashar, seperti yang dijelaskan hadits Abu Hurairah dibawah ini. Contoh udzur disini seperti ketiduran, adanya kesibukan belajar mengajar atau pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.

Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu,

مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْعَصْرَ

“Barangsiapa yang mendapati satu roka’at sholat ‘ashar sebelum matahari tenggelam maka ia telah mendapatkan sholat ‘ashar” (HR. Bukhori No. 579 dan Muslim No. 608).


Akhir waktu ashar yaitu saat terbenamnya matahair kita bisa memahaminya dengan mudah yaitu dengan melihat saat sinar terakhir dari matahari hilang dari permukaan bumi sebelah barat, saat sinar matahari mulai menghilang dan saat itupun akhir waktu ashar dan mulainya waktu Maghrib. 

Sinar matahari mulai terbenam di ufuk barat


3. Waktu Sholat Maghrib

Awal waktu Maghrib adalah terbenamnya matahari dan akhir waktunya adalah hilangnya mega merah.

Hadits yang menjelaskan awal waktu maghrib diriwayatkan dari Jabir ketika Jibril mengajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sholat,

ثُمَّ جَاءَهُ لِلْمَغْرِبِ حِينَ غَابَتْ الشَّمْسُ وَقْتًا وَاحِدًا لَمْ يَزُلْ عَنْهُ فَقَالَ قُمْ فَصَلِّ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ…..

“Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah tenggelam (sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi pada hari sebelumnya) kemudian dia mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah laksanakanlah sholat maghrib………..” (HR. Nasa’i No. 526, hadits ini dinilai shahih oleh Al Albani rohimahullah dalam Al Irwa’ hal. 270/I).

Awal waktu maghrib yaitu ditandai dengan hilangnya sinar matahari dari ufuk barat (terbenam matahari). Bersamaan dengan menghilangnya sinar matahari maka akan terlihat mega merah di ufuk barat itulah menandakan awal waktu maghrib. 

Mega merah terlihat setelah sinar matahari hilang di ufuk barat

Maghrib secara bahasa berarti waktu terbenamnya matahari. Secara istilah, Maghrib adalah shalat tertentu yang dilakukan setelah terbenamnya seluruh lingkaran matahari. Syafaq adalah kemerahan. Al-ahmar di sini adalah penegasan dari maksud syafaq yaitu kemerahan.

Waktu Maghrib secara keseluruhan adalah dengan terbenamnya seluruh lingkaran matahari, dan keluar waktunya dengan terbenamnya syafaq ahmar (mega merah).

Sementara hadits yang menjelaskan akhir waktu maghrib dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,

….وَقْتُ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ…..

“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam” (HR. Muslim No. 612).

Setelah menghilangnya mega merah di ufuk barat tersebut maka langit terlihat hitam itulah akhir dari waktu maghrib dan mulainya waktu isya.


4. Waktu Sholat Isya

Isya’ secara bahasa berarti nama dari awal waktu gelap. Secara istilah, Isya adalah shalat tertentu. Awal waktu Isya adalah hilangnya mega merah dan akhir waktunya adalah pertengahan malam.

Awal waktu isya ditandai tarkala hilangnya mega merah di ufuk barat dan langit di ufuk barat terlihat mulai menghitam. Saat itupun biasanya sudah terlihat bulan dan bintang.

Langit menghitam di ufuk barat tanda awal waktu Isya

Hadits yang menyatakan akhir waktu isya hingga pertengahan malam adalah hadits dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْمَغْرِبَ فَإِنَّهُ وَقْتٌ إِلَى أَنْ يَسْقُطَ الشَّفَقُ فَإِذَا صَلَّيْتُمُ الْعِشَاءَ فَإِنَّهُ وَقْتٌ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ

Apabila kalian telah shalat maghrib, maka itu waktunya, sampai hilang warna merah di ufuk barat. Lalu setelah kalian shalat isya, itulah waktunya, sampai pertengahan malam. (HR. Muslim 612).


Juga dapat dilihat dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

أَخَّرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – صَلاَةَ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat Isya’ hingga pertengahan malam.” (HR. Bukhari no. 572)

Penjelasan kedua hadits diatas adalah waktu utama untuk mengerjakan shalat isya yaitu dari awal waktu disaat hilangnya mega merah di ufuk barat dan langit di ufuk barat terlihat mulai menghitam hingga pertengahan malam. Pertengahan malam disini yaitu seumpama gelap malam itu mulai jam 6 sore sampai jam 5 subuh, berarti tengah malam itu sekitar jam 11:30 malam (5.5 jam setelah matahari terbenam). Akan tetapi apabila kita ada udzur seperti ketiduran atau keperluan lainnya, maka akhir waktu isya masih diperbolehkan sebelum berakhir sepertiga malam, seperti penjelasan hadits di mana Jibril menjadi imam bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada hari kedua Jibril mengerjakan shalat tersebut pada sepertiga malam. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita,

أَمَّنِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ عِنْدَ الْبَيْتِ مَرَّتَيْنِ… ثُمَّ صَلَّى الْعِشَاءَ الآخِرَةَ حِينَ ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ صَلَّى الصُّبْحَ… ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَىَّ جِبْرِيلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ هَذَا وَقْتُ الأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِكَ. وَالْوَقْتُ فِيمَا بَيْنَ هَذَيْنِ الْوَقْتَيْنِ

Jibril – alaihis salam – mengimamiku shalat di ka’bah dua kali…  kemudian beliau shalat isya, ketika telah berlalu 1/3 malam, kemudian shalat subuh… kemudian Jibril mendekatiku, lalu mengatakan, ‘Wahai Muhammad, inilah waktu shalat para nabi sebelum-mu. Waktu shalat adalah diantara dua rentang waktu tersebut.’ (HR. Turmudzi 149 dan dinilai hasan shahih oleh al-Albani).

Hadits selanjutnya:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُؤَخِّرُ الْعِشَاءَ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ، وَيَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا، وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengakhirkan shalat Isya sampai sepertiga malam. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat Isya dan ngobrol setelahnya.” [HR. al-Bukhâri no. 547 dan Muslim no. 647]

Dan juga penjelasan dari hadits ‘Aisyah dibawah ini:

أَعْتَمَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ حَتَّى ذَهَبَ عَامَّةُ اللَّيْلِ وَحَتَّى نَامَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ ثُمَّ خَرَجَ فَصَلَّى فَقَالَ « إِنَّهُ لَوَقْتُهَا لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى »

“Suatu malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendirikan shalat ‘atamah (isya`) sampai berlalu malam dan penghuni masjid pun ketiduran, setelah itu beliau datang dan shalat. Beliau bersabda, ‘Sungguh ini adalah waktu shalat isya’ yang tepat, sekiranya aku tidak memberatkan umatku’.” (HR. Muslim no. 638).

Pada hadits 'Aisyah diatas menjelaskan bahwa Rasulullah pernah mengerjakan shalat isya sampai berlalu malam disini yang artinya setelah pertengahan malam, dan kita masih diperbolehkan hingga akhris sepertiga malam yang termasuk waktu dharurah (darurat).


5. Waktu Sholat Subuh

Shubuh secara bahasa adalah awwalun nahaar (awal siang). Secara istilah, Shubuh adalah shalat tertentu. Awal waktu Shubuh adalah munculnya fajar shodiq dan akhir waktunya adalah terbitnya matahari.

Makna fajar shodiq (fajar yang sesungguhnya) adalah fajar yang sinarnya melebar (horizontal) dari arah timur yang merata dari selatan ke utara.

Sedangkan fajar kadzib (fajar bohong) adalah fajar yang muncul sebelum fajar shodiq (fajar yang sesungguhnya), sinarnya memanjang (vertikal) yang bagian atasnya lebih terang dari yang lainnya, dan biasanya gelap setelah itu.

Waktu mulai subuh adalah saat keluarnya fajar shodiq (fajar yang sebenarnya dengan sinar yang melebar dari timur ke utara) seperti dijelaskan dari hadits ‘Abdullah bin ‘Amr dibawah ini,
وَوَقْتُ صَلاَةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ

“Waktu shalat Shubuh adalah mulai terbit fajar (shodiq).” (HR. Muslim no. 612).

Sementara waktu berakhirnya subuh adalah saat matahari terbit, seperti sabda Rasulullah hallallahu ‘alaihi wa sallam dibawah ini:

أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ: – مَنْ أَدْرَكَ مِنْ اَلصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ اَلشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ اَلصُّبْحَ, وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ اَلْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ اَلشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ اَلْعَصْرَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan satu rakaat shalat Shubuh sebelum matahari terbit, maka ia telah mendapatkan shalat Shubuh. Dan barangsiapa yang mengerjakan satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam, maka ia telah mendapatkan shalat Ashar.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 579 dan Muslim, no. 608]


Dalam memahami awal waktu subuh bisa kita lihat dengan munculnya fajar sodiq atau disebut benang hitam. Fenomena fajar disini kalau kita lihat langsung di alam ada 2 yaitu fajar kadzib dan fajar sodiq. Fajar kadzib yaitu warna putih di langit yang menjulur ke atas seperti ekor serigala. Sedangkan benang hitam tersebut adalah fajar shodiq yaitu warna merah yang muncul setelah warna putih yang awal tadi. Maka janganlah tertipu kalau masih muncul warna putih di langit, karena hal ini belum menunjukkan masuknya waktu imsak atau waktu shubuh. 



Demikianlah penjelasan tentang waktu sholat. Semoga bermanfaat buat sobat blogger semua yang ingin menerapkan bagaimana para sahabat Rasulullah dahulu mengetahui waktu sholat disaat teknologi belum mengenal jam.

Wassalam,
DK

No comments:

Post a Comment