Jarir bin Abdullah Al Bajali adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang ada usapan malaikat di wajahnya. Dia adalah Ibnu Jabir, Abu Amir Al Bajali Al Qasari. Dia seorang pemimpin yang cerdas dan tampan yang tinggal di daerah Kufah. Dan dia termasuk orang yang mulia dari golongan para sahabat.
Masuk Islam
Jarir bin Abdullah termasuk kalangan sahabat yang memeluk Islam pada masa-masa akhir, yakni mereka yang memeluk Islam setelah terjadinya Fatkhul Makkah sekitar tahun 9 Hijriyah, ketika orang berbondong-bondong datang kepada Nabi Muhammad untuk menyatakan keislamannya. Dan juga dimana kekuatan Islam yang bermarkas di Madinah mulai diakui dan ditakuti oleh masyarakat di Jazirah Arabia dan sekitarnya, termasuk Romawi dan Persia.
Jarir cukup mendapat perhatian dari Rasulullah, seperti dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dibawah ini:
Telah bercerita kepada kami Ishaq Al Wasithiy telah bercerita kepada kami Khalid dari Bayan dari Qais berkata, aku mendengarnya berkata; Jarir bin ‘Abdullah radliallahu ‘anhu berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melarangku menemui beliau sejak aku masuk Islam dan tidaklah melihatku melainkan beliau selalu tertawa”. (HR Bukhari No. 3537 – Kitab No.43. Perilaku budi pekerti yang terpuji – Bab: Jarir bin Abdullah al Bajali)
Jarir mengatakan bahwa Umar bin Khaththab pernah melihat diriku bertelanjang dada, maka Umar memanggilku dan berkata, “Ambillah serbanmu!” Aku pun mengambil serbanku. Kemudian aku mendatangi orang-orang lantas bertanya, “Ada apa dengannya?” Mereka menjawab, “Ketika beliau melihatmu telanjang dada, dia berkata, ‘Aku belum pernah melihat seorang manusia pun memiliki wajah setampan ini kecuali pria yang pernah diceritakan, yaitu Yusuf alaihis salam’.”
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair, dia berkata, “Ibrahim bin Jarir menceritakan kepadaku bahwa Umar pernah berkata, ‘Jarir adalah Yusuf umat ini’.”
Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syibil, dia berkata: Jarir pernah berkata: Ketika hampir tiba di Madinah, aku menambatkan tungganganku, kemudian membuka tasku lalu mengenakan pakaianku, lantas masuk masjid. Ketika itu Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam sedang berkhutbah dan duduk bersama sahabat di Masjid Nabawi.
Maka tiba-tiba semua orang menoleh dan matanya tertuju padaku yang melewati sebuah pintu. Semua orang-orang memandangku dengan pandangan tajam. Aku merasa tidak nyaman, lalu Rasulullah memberikan selendangnya untuk tempat dudukku. Kemudian aku berkata kepada orang yang berada di sebelahku, “Wahai hamba Allah, apakah Rasulullah menceritakan tentang masalahku?” Pria itu menjawab, “Ya, Nabi shalallahu 'alaihi wassalam menceritakan tentang kebaikanmu". Beliau bersabda, "Akan datang kepada kalian dari jalan ini orang terbaik dari Yaman, ketahuilah bahwa di wajahnya ada usapan malaikat sehingga begitu tampan” Mendengar itu, Jarir berkata, “Segala puji bagi Allah.” (HR Imam Ahmad dalam al-Musnad 4/364)
Minta Bai'at
Jarir berkata: "aku sedang menjumpai Rasulullah disaat dia membai'at para sahabat". Kemudian aku berkata kepada Rasulullah: "ya Rasulullah hamparkan tanganmu aku ingin di bai'at sama engkau. Kau bikin syarat buat aku, karna engkau lebih tau apa yang ingin kau minta dari aku". Jarir menyerahkan dirinya untuk Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam. Apapaun perintahmu, apapun peraturanmu, aku dengar dan aku laksanakan. Itu kata Jarir.
Kata Rasulullah: "aku membai'atmu atas dasar engkau harus beribadah kepada Allah, dan engkau mendirikan sholat, dan membayar zakat, dan engkau memberikan nasehat kepada orang-orang Islam atas dasar cinta kepada mereka, dan engkau harus berpisah dengan orang-orang musrik atas dasar benci kepada mereka. Itulah cinta dan benci karena Allah sehingga kita tidak akan bergerak kecuali sesuai dengan kehendak Allah. Kita tidak bersikap, kecuali itu sikap diridhai oleh Allah jala-jalalu, karena Dialah Rob kita. Dialah yang menciptakan kita".
Membeli Kuda Dengan Amanah Ba'at
Pernah suatu hari ia menyuruh budaknya untuk mencarikannya kuda terbaik. Akhirnya, budak itu menemukan kuda yang diinginkan majikannya. Ia pun bertanya kepada si penjual, “Berapa harga kuda ini?”
“Tiga ratus dirham,” jawab pedagang itu.
“Baiklah, akan aku beri tahukan kepada majikanku agar ia membelinya,” kata budak tersebut. Ia pun menuntun kuda tawarannya untuk diperlihatkan kepada sang majikan.
Melihat kuda yang gagah tersebut, sang majikan menaksirnya, kemudian ia pun menanyakan harga yang ditawarkan si penjual pada budaknya.
“Ia ingin menjual kudanya seharga 300 dirham,” jawab si budak.
Mendengar harga tersebut, Al-Bajali langsung pergi menemui penjual kuda itu. Ia berkata kepada si penjual, “Kau katakan kepada budakku harga kuda ini adalah 300 dirham. Maukah engkau menjualnya seharga 400 dirham?”
Pedagang kuda itu merasa heran, “Apakah menurut kamu harga itu sesuai?’ pikirnya.
Melihat si penjual terdiam, Al-Bajali menawar lagi, “Bagaimana jika 500 dirham?”
Tentu saja keheranannya makin bertambah. Sungguh ia tidak tahu harus berkata apa saat itu.
Melihat penjual itu masih diam, Al-Bajali menaikkan kembali tawarannya, “Kalau begitu, juallah dengan harga 800 dirham!”
Al-Bajali melanjutkan, “Wahai penjual, aku sudah berjanji kepada Rasulullah saw untuk bersikap jujur kepada setiap orang. Kudamu itu harganya sekitar 800 dirham. Jika aku membeli dengan harga kurang dari itu, aku khawatir akan mengkhianati janji bai'atku kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam.
Tugas Menghancurkan Berhala di Tubalah
Tugas pertama Jarir sebagai muslimin yang di perintahkan langsung oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam adalah menghancurkan berhala sesembahan masyarakat jahiliyah, yaitu berhala Dzul Khalashah, yang terletak di Tubalah daerah Yaman, kira-kira tujuh hari perjalanan dari Makkah. Berhala berbentuk burung itu terletak di rumah suci yang di sebut Ka’bah Yamaniyah (Ka’bah Utara) dan menjadi sesembahan Bani Khats’am, Bajilah, Daus dan Hamazin.
Tugas itu dilaksanakan dengan baik. Berhala dan kuil dihancurkan, dan dia kembali dengan selamat ke Makkah bersama pasukannya sebanyak 150 tentara muslim dalam keadaan selamat. Untuk mereka, Rasulullah mohonkan doa kebaikan kepada Allah subhanallahi wata'ala, seperti dijelaskan pada hadits dibawah ini.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Ismail bin Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah Al Bajali ia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menghalangiku semenjak aku memeluk Islam dan tidaklah dia melihatku kecuali tersenyum. Aku telah mengadukan kepadanya, bahwa aku tidak kokoh berada di atas kuda, maka beliau memukulkan tangannya ke dadaku seraya berdoa: “Ya Allah, kokohkan dia dan jadikanlah dia petunjuk lagi pemberi petunjuk.” (HR Ibnu Majah No. 155 – Kitab No. 1. Mukadimah – Bab: Keutamaan Jarir bin Abdullah Al Bajali)
Dalam riwayat lain dari Qais dari Jarir bin ‘Abdullah disebutkan: pada zaman Jahiliyah, ada sebuah rumah yang biasa dinamakan Dzul Khalashah dan juga biasa disebut al-Ka’bah al-Yamaniyah atau al-Ka’bah asy-Syamiyyah. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam berkata kepadaku:
“Apakah kamu bisa menjadi orang yang menenangkan kerisauanku dari Dzul Khalashah?”.
Aku segera berangkat dari Ahmas menuju Baitullah bersama 150 pasukan berkuda yang berani mati. Jarir berkata: “Maka kami hancurkan dan bunuh apa yang kami temui didalamnya lalu kami menemui beliau dan mengabarkan apa yang teah kami lakukan, maka beliau mendo’akan kami dan pasukan berani mati itu”. (HR Bukhari No. 3538 dan Muslim No. 4524)
Tugas Melawan Nabi Palsu
Ketika Rasulullah wafat, Jarir tengah melaksanakan tugas dari Rasulullah, yaitu mengajak Dzilkulla dan Dzi Amru, pemimpin kaum penyembah berhala Nasr, masuk Islam. bahkan dia tengah berada di tengah-tengah kaum tersebut. kabar kematian kekasih Allah itu dia teruskan kepada Dzi Amru dan dia sendiri langsung kembali ke Madinah.
Ketika sampai di Madinah, Jarir menemui Abu Bakar, yang telah diangkat sebagai khalifah, yang kemudian menugasinya untuk kembali ke Yaman, melawan kemurtadan dan nabi palsu yang melanda di sana. Yang membandel dibunuh, dan lainnya diusir.
Usaha pengusiran kaum murtadin dan nabi palsu itu makin gencar setelah Jarir dan pasukannya bergabung dengan tentara muhajirin yang dikirim belakangan oleh khalifah dari Madinah. Kemenangan telah menanti mereka hingga langkahnya sampai di Shan’a, kini ibu kota Yaman. Jarir melaksanakan semua tugas mulia itu dengan keteguhan luar biasa. Padahal sebagian besar anggota kabilahnya, Bani Bajilah, murtad.
Tugas Perang Yarmuk
Selanjutnya, di bawah komando panglima Khalid bin Walid, Jarir bergabung dalam pasukan yang menuju Syam, menghadapi tentara Bizantium. Khalid bahkan memasukkan Jarir ke dalam kelompok “100 tentara pilihan”, yang siap tempur satu lawan satu dengan musuh. Itu terjadi dalam perang Yarmuk. Dalam setiap duelnya dia dengan mudah selalu menang, sehingga nama Jarir pun melambung.
Masa Tua
Di hari tuanya, Jarir memilih tinggal di Kuffah, yang menjadi kota garnizun militer, tempat tinggal para prajurit dari wilayah Gurun Arabia. Di sana dia membangun rumah di wilayah yang khusus diberikan untuk Bani Bajilah, hingga wafat pada tahun 51 H/671 M. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmatNya kepada Jarir Al-Banjali. Aamiin.
Semoga bermanfaat,
DK
DK
Sumber:
No comments:
Post a Comment