“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Sunday, November 19, 2017

Kisah Sebongkah Batu dan Emas


Assalamualaikum WarrahmatullahiWabarakatuhu,

Buat sobat pembaca yang budiman, kali ini penulis ingin berbagi cerita tentang seorang ibu yang bangga dan bersukur punya seorang menantu dari anak laki-lakinya. Kenapa ibu tersebut sangat bangga sekali? Mari kita ikuti cerita inspiratif ini:

Disebuah desa terpencil hiduplah seorang ibu dan seorang anaknya laki-laki yang meranjak dewasa seusia 30an tahun. Ibu tersebut tidak mempunyai siapa-siapa kecuali anak laki-laki satu-satunya tersebut. Dimana suaminya telah pergi menceraikannya disaat usia anaknya masih 3 tahun.

Dikarnakan kondisi rumah tangga yang berasal dari keluarga broken home, membuat anak laki-laki ibu tersebut kurang mendapatkan kasih sayang, terlebih-lebih lagi apabila setiap teman-temannya bertanya kemana ayahnya. Hal tersebut membuatnya tumbuh menjadi seorang laki-laki yang minder,  susah di atur dan tidak pernah menjalankan ibadah kepada Allah. Ibunya seringkali menyuruh dia untuk beribadah mengerjakan sholat, akan tetapi perintah ibunya tersebut tidak dihiraukan olehnya. Mungkin karena tidak adanya seorang ayah yang menjadi imam sebagai contoh bagi anaknya.

Merasa sedih dengan prilaku anaknya tersebut, setiap saat ibu tersebut berdoa supaya anaknya diberikan hidayah dan rahmat dari Allah yang Maha kuasa.

Alhasil di usia yang ke 30 tahun anaknya bertemu dengan seorang wanita muslimah yang berhijab ditempat kerjanya.  Diapun tertarik pada wanita tersebut, dan suatu saat dia bertegur sapa dengan wanita tersebut untuk mengungkapkan ketertarikannya. Wanita tersebut berkata "sebelumnya saya mohon maaf, kalau saya tidak seperti wanita lain yang kebanyakan bisa diajak berpacaran, apabila akhi memang tertarik dengan saya, sebaiknya akhi langsung datang ke orang tua saya untuk melamar".

Tanpa panjang lebar anak laki-lakinya tersebut meminta izin kepada ibunya, dan ibunya pun sangat senang untuk menemaninya saat melamar ke orang tua wanita impian anaknya tersebut. Ibunya sangat senang karena anaknya bisa membangun rumah tangga tanpa melalui masa berpacaran dan bisa menikah dengan mahar yang tidak terlalu mahal. Ibunya hanya bisa berharap, semoga anaknya diberikan hidayah untuk beribadah kepada Allah setelah dia membangun rumah tangga.

Pernikahanpun berlangsung, singkat cerita setelah selesai acara pernikahan, sesuai adat maka anak lelakinya diharuskan untuk tinggal dirumah keluarga istri untuk beberapa hari. Dan setelah itu anak laki-lakinya bersama sang istri sepakat untuk lebih memilih tinggal di rumah kontrakan daripada tinggal bersama orang tuanya.

Selang 1 bulan pernikahan, sang ibu berkeinginan berkunjung ke rumah anak laki-lakinya tersebut pada hari libur. Saat tiba dirumah anaknya, dia disambut sang istri anaknya dengan ramah dan dipersilahkan masuk dengan sopan. Saat itu anaknya tidak terlihat dirumahnya. Sang ibu bertanya kepada menantunya "kemana suamimu nak?" Dijawab sang istri anaknya, suamiku masih Sholat Dzuhur di masjid bu, Alhamdulillah dia sudah mulai insyaf dan mulai rajin beribadah sholat ke masjid.

Dengan muka tersenyum dan berlinang air mata, sang ibu berkata kepada istri anaknya: “Engkau telah membuat putraku rajin shalat ke masjid. Engkau berhasil dalam waktu 30 hari saja, padahal aku telah berusaha menasihatinya selama 30 tahun!”

Menantu itupun ikut mengalirkan air mata…

Menantu itu berkata, “Apakah anda telah mengetahui wahai ibuku, kisah tentang sebongkah batu dan emas?"

Dikisahkan bahwasanya ada sebuah batu besar yang menghalangi jalannya seseorang lelaki. Maka seseorang laki-laki tersebut dengan sukarela berusaha memecahkan batu itu dan menyingkirkannya. Dia memukul batu itu dengan kapak hingga 99 kali, tapi batu itu tidak bergeming. Dia sangat kelelahan…

Ketika itu datanglah seorang laki-laki dan menawarkan bantuan… Dia memukul batu besar itu dengan kapak dengan sekali pukulan, tiba-tiba batu itu pun pecah!

Ternyata di dalam batu itu terdapat sebongkah emas.

Berkatalah laki-laki kedua itu, “Emas ini adalah milikku, karena akulah yang telah memecahkan batu ini!” Lelaki pertama bilang "Tidak bisa karena aku yang menemukan batu ini pertama kali dan telah memukulnya berkali kali hingga aku kelelahan". Akhirnya keduanya pun mencari keadilan kepada hakim.

Orang yang bertama berkata, “Hendaknya sebagian harta itu diberikan kepadaku, karena aku telah memukul batu itu sebanyak 99 pukulan, kemudian aku sampai keleahan!”

Laki-laki kedua berkata, “Tidak, harta itu adalah milikku seluruhnya, karena akulah yang memecahkan batu itu!”

Hakim itu berkata, “Engkau wahai laki-laki yang pertama, engkau mendapatkan 99 bagian dari harta ini, adapun engkau laki-laki yang memecahkan batu, bagimu satu bagian saja, seandainya laki-laki pertama ini tidak memukulnya sampai 99 kali maka batu itu tidak akan pecah pada pukulan ke 100!”

Akhirnya ibu tadi tersenyum dan mengerti dengan apa yang disampaikan oleh menantunya tersebut. Dalam hati sang ibu berkata "sukur Alhamdulillah Allah mendengarkan dan mengabulkan doaku selama ini".

Sungguh … di dalam kisah ini terdapat pelajaran akhlaq yang agung…

1. Seorang ibu, seorang ibu yang telah berusaha menasihati putranya untuk shalat selama 30 tahun tanpa putus asa, kemudian dia merasa gembira dengan anaknya yang shalat karena pengaruh dari istrinya, meskipun anaknya itu tidak memedulikan nasihat ibunya selama 30 tahun!

2. Menantu yang agung akhlaqnya! Dia tidak menyematkan keutamaan kepada dirinya, bahkan dia menjadikan keutamaan itu sepenuhnya milik ibu tersebut, karena ibu itu telah meletakkan asas kepada anaknya, satu demi satu… hingga tersisa satu bagian terakhir, yang disempurnakan oleh dirinya…

Sudahkah kitas demikian…???

‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku”
[HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].

Semoga bermanfaat,
DK

Sumber:
Cerita inspiratif Islam

No comments:

Post a Comment