“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, May 20, 2016

Ekspedisi Bromo Tengger Semeru


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu.

Buat sobat petualang ketemu lagi dalam ekspedisi kami yang kesekian kalinya. Kali ini kami sekeluarga melakukan perjalanan kearah timur di pulau Jawa, yaitu di kawasan BTS (Bromo, Tengger, Semeru). Dari informasi di media masa, dimana penmandangan di daerah tersebut menurut orang yang sudah bolak-balik kesana, katanya bak surganya dunia. Terutama di Danau Ranu Kumbolo yang beberapa tahun lalu ramai di perbincangkan setelah boomingnya Film 5 Cm.

Untuk membuktikan kebenaran informasi tersebut, maka kami sekeluarga melakukan tabayyun dengan berekspedisi kesana, selain itu juga sebagai penambah pengalaman kami dalam berpetualang.

Seperti biasa dengan persiapan yang sudah jauh-jauh hari, karena semua peralatan camping Alhamdulillah sudah selalu ready. Khususnya, carrier, tenda, sleeping bag, matras, flysheet, celana dan jaket gunung, kompor gas mini lampu tenda, peralatan masak serta makan bahkan bed coverpun kami bawa untuk selimut anti dingin.

Dari informasi buka dan penutupan pegunungan di Indonesia, sudah jauh hari selalu saya pantau, karena kondisi khususnya Gunung Semeru sejak tanggal 5 Januari hingga akhir April 2016 ditutup untuk pemulihan ekosistem. Di akhir bulan April saya coba menghubungi kontak person untuk informasi Gunung Semeru, dan Alhamdulillah ternyata tanggal 1 Mei 2016 aktifitas pendakian sudah dapat dibuka kembali.

Sehubungan dengan libur nasional 2 hari yaitu tanggal 5~6 Mei 2016, akhirnya kami putuskan untuk berangkat ke Semeru. Jadi kami hanya punya waktu 2 hari perjalanan pergi dan pulang untuk melakukan ekspedisi, karena Tanggal 4 dan 7 Mei saya masih bekerja seperti biasa, (sebenarnya tanggal 7 Mei itu Harpitnas) tapi karena hari Hari Seninnya (09 Mei) akan ada audit maka mau gak mau harus masuk Hari Sabtu tanggal 7 Mei tersebut.

Sepulang kerja tanggal 4 Mei saya melakukan persiapan untuk berangkat. Selepas Sholat Maghrib kira-kira jam 06:45 baru kami bertiga memulai perjalanan dengan mengendarai Mobil pribadi dari Solo daerah Kalioso. Karena belum pernah melakukan perjalanan ke arah Jawa Timur tersebut, maka kami hanya mengikuti petunjuk dari Google Map. Sebenarnya bisa menggunakan GPS, akan tetapi dikarnakan map di GPS terkadang menyesatkan, maka kami lebih percaya sama Google Map yang selalu di update secara online. Supaya tidak boros kuota, saya sarankan setelah arah yang kita tuju sudah benar sebaiknya internetnya diputus, jadi hanya mengikuti sinyal GPS dari handphone kita (dengan mengaktifkan menu Location).

Dari Kaliosa perjalanan sempat terhambat karena jalan sedang dalam pengecoran, perjalananpun melalui jalan ring road Seragen, Ngawi, Nganjuk, Batu Malang, Ngadas, dan baru menuju Ranu Pane. Perlu diingat untuk sobat sekalian, bahwa saat di daerah Ngawi kudu berhati-hati, dikarnakan disana jalannya pasti macet, dan ada jebakan batman oleh polisi-polisi yang iseng. Jangan sekali-kali menyalip baik dari kiri maupun kanan, karena dianggap polisi yang berjaga disitu kita sudah melanggar marka jalan. Dan resikonya di depan kita langsung di stop oleh polisi tersebut. Dikarnakan kami orang baru pertama kali kesana, dan seperti biasanya saat jalanan macet karena terburu-buru akhirnya kami menyalip dari kanan, dan ternyata didepan tiba-tiba polisi langsung menyuruh stop. Dengan basa-basi, polisi tersebut menanyakan surat menyurat, dan disuruh ke posko. Alhasil setelah tawar menawar harga di posko baru bisa kembali melanjutkan perjalanan. Huuhhh seubeul.....

Perjalanan kami melewati daerah Batu Malang, disana jalannya berkelok-kelok di atas gunung dan sepertinya susah untuk menyalip mobil yang di depan, jadi dengan bersabar kami mengikuti rentetan mobil yang melintas disitu. Dan perlu sobat ketahui juga didaerah tersebut udaranya sudah lumayan dingin jadi cukup dengan membuka sedikit kaca mobil tanpa menghidupkan AC udara sudah terasa segar. Lumayan irit bensin.

Setelah melewati jalan berkelok, kami kemudian melintasi pasar di daerah Batu tersebut, dikarnakan tiba di sana jam 4 pagi maka pasar sangat ramai dan padat. Jadi jalan kudu berhati-hati takut kesenggol gerobak dagangan orang, belum lagi ditambah angkutan yang masih menggunakan tenaga kuda yang masih banyak disana, jadi tidak bisa menggunakan klakson mobil seenaknya.

Saat adzan Subuh, kami sempatkan mampir ke salah satu Masjid raya di pinggir jalan, dan kami lihat suasana masjid yang cukup ramai menandakan suasana Islami masih terasa kental di sana. Selesai Sholat subuh, kami langsung melanjutkan perjalanan ke arah Ranu Pane. Di sepanjang jalan kami melihat banyak para pendaki lainnya yang berdatangan menggunakan motor, dan banyak juga para pendaki yang sudah tiba dari malam dan tidur-tiduran hampir di sepanjang jalan di Malang tersebut.


Salah satu Pintu Gerbang di Kawasan BTS

Setiba di salah satu pintu gerbang kami di stop petugas disana, yang menanyakan tujuan kami. Dan sayapun bilang “ kami mau menuju ke arah Ranu Pane”. Petugas kembali menanyakan “apakah ada yang akan naik gunung?” dan sayapun bilang “hanya satu orang yang naik dan yang dua lagi di bawah”. Maka petugas tersebut menananyak surat keterangan kesehatan dan photocopy KTP sebagai persyaratan untuk mendaki Gunung Semeru. Karna saya belum mengetahui persyaratannya sebelumnya, lalu saya tanya sama petugas tersebut dimana tempat membuat surat keterangan sehat dan photo copy KTP terdekat. Dan akhirnya di pagi-pagi tersebut saya diantar oleh petugas tersebut dengan mengendarai motornya ke salah satu klinik terdekat yang bisa dibilang klinik abal-abal. Hanya mengisi formulir dan photocopy KTP. Bayaranpun seiklashnya. Hehehe....

Perjalanan kami lanjutkan ke arah Ranu Pane. Disepanjang jalan, mulai terlihat rombongan pendaki lain yang beriring-iring menggunakan motor ke atas, dan juga ada yang menyewa mobil jeep untuk bisa ke Ranu Pane tersebut. Setelah saya tanya-tanya ternyata biaya sewa jeep tersebut lumayan mahal untuk yang kapasitas 6 orang (Jeep tertutup) dihargai Rp.450,000,- untuk yang kapasitas 12 orang (Jeep terbuka) dihargai Rp. 900,000,- Jadi kalau dihitung-hitung satu kali jalan per orang harus mengeluarkan Rp. 75,000,- dengan jarak dari Pasar Tumpang ke Ranu Pane.

Jalan sempit menuju Ranu Pane

Untuk yang belum terbiasa membawa mobil ke arah Ranu Pane, disarankan sebaiknya sewa jeep saja, dikarnakan, saat di perjalanan kita selalu berpapasan dengan mobil lain dari arah yang berlawanan, dan jalananya sangat kecil, jadi kalau papasan harus jalan pelan-pelan agar tidak saling senggol atau bahkan kejeblos masuk jurang. Belum lagi kontur jalan didekat ranu Pane yang rusak dan penuh bebatuan. Untuk Mobil yang kira-kira ban nya sudah mulai gundul sebaiknya jangan dipakai, karna pasti akan slip dan tidak mau jalan.

Alhamdulillah sampai juga kendaraan kami di Ranu Pane

Alhasil tepat jam 7 pagi, kami semua dengan kendaraan pribadi tiba juga di lapangan parkir Ranu Pane. Terlihat di lapangan hanya ada beberapa motor dan mobil serta tenda para pendaki yang bermalam di tepi danau ranu Pane tersebut.

Terlihat kepulan kawah Mahameru dari Ranu Pane

Setiba di ranu Pane, kami sarapan pagi dahulu di mobil sebelum melakukan aktifitas lainnya. Seperti yang sudah kami rencanakan dimana saya sendiri yang akan naik ke Ranu Kumbolo, sementara istri (Bunda) dan anak saya (Deksa) hanya ngecamp di Ranu Pane.

Selesai sarapan pagi, saya berpamitan sama Bunda dan Deksa, untuk segera mendaftarkan ke Kantor Resort Ranu Pane. Setiba di kantor resort tersebut ternyata sudah ratusan orang memadati sejak subuh tadi. Dan saya bertanya-tanya bagaimana aturannya untuk bisa mendaki. Salah satu pendaki menyarankan untuk mengambil formulir dahulu baru mendaftar. Akhirnya saya cari petugas yang membawa formulir untuk meminta lembaran formulirnya dan bertanya-tanya informasi lainnya. Alhamdulillah ketemu juga sama orang yang membagikan formulir tersebut. Dan sayapun bertanya, “apakah bisa mendaki kalau sendirian?” Dijawabnya “tidak bisa karena minimal 3 orang”. Dan persyaratannya pun sejak tanggal 1 Mei 2016 sudah berubah dari sebelumnya.

Dengan perasaan mendesah dan kecewa saya kembali ke tempat parkiran mobil bertemu Bunda dan Deksa. Merekapun bertanya-tanya “kenapa saya kembali lagi?” Setelah saya cerita panjang lebar barulah mereka mengerti. Bundapun menyarankan ikut nimbrung saja ke rombongan pendaki lainnya biar keinginan saya tercapai. Dalam hati, sepertinya benar juga mungkin salah satunya ikut dengan rombongan pendaki lain.

Beberapa menit kemudian, mulailah mata saya mencari-cari rombongan mana yang bisa diajak ikutan, karena kita tidak ada yang saling kenal. Saya lihat ada 3 orang remaja yang sepertinya baru memarkirkan motornya di lapangan parkir. Tanpa basa-basi saya menghampiri ketiga remaja tersebut, lalu bertanya "Nyuwun sewu mas, mau naik juga yah?" dijawab "ya baru aja sampai." Kembali saya bertanya, "hanya bertiga aja atau ada rombongan lain?" kembali dijawab, "kami hanya bertiga". Spontan saya bilang "oh ya, mas, saya dari tadi pagi sudah mengambil formulir untuk mendaftar, tapi petugasnya bilang “tidak bisa sendiri ke atas jadi harus minimal bertiga. Saya ikut gabung dengan rombongan mas yah?" Salah satu dari ketiga orang tadi bilang "oh ya gak papa, ikut gabung aja dengan kami."

Barulah saya menyodorkan tangan untuk berkenalan satu sama lainnya. Nama ketiga mas tersebut: Fajar, Pandu, dan Dicta. Dengan usia kira-kira usia 22 tahunan. Sayapun memberikan formulirnya untuk segera diisi nama kami berempat. Perlu diingat, formulir yang yarus diisi ada 2 rangkap, dan salah satunya harus diberi materai Rp. 6,000,- Gak usah khawatir disana ada 2 warung yang menjual materai dan ada juga mesin photocopy. Didalam formulir tersebut harus menjelaskan barang apa saja yang kita bawa dan haru ada salah satu yang jadi ketua regunnya. Karena sesuai peraturan manajemen yang baru ketuanya harus ikut breafing, pemeriksaan kelengkapan barang, serta pembelian tiket, baru bisa mendaki. Apabila tidak dipenuhi salah satunya maka jika didapati oleh petugas maka group tersebut akan di black list tidak boleh mendaki lagi hingga waktu yang tidak ditentukan.

Setelah mengisi formulir, salah satu dari kami berempat yaitu Mas Dicta mewakili regu untuk menunggu antrian untuk mengikuti breafing. Sebelumnya kami mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk biaya pembelian tiket. Dimana per orangnya untuk hari libur saat ini Rp. 25,000,-

Suasana antrian panjang di kantor resort Ranu Pane

Semakin siang antrian breafingpun semakin panjang dan para pendaki disitu semakin ramai padat. Bayangin aja ruangan breafing cuma bisa menampung kira-kira 20 perwakilan group. Dan satu kali breafing memakan waktu hampir 2 jam. Alhasil banyak para pendaki yang kecewa dan menunggu lama diluar. Begitupun dengan kami yang sangat kecewa dengan manajemen Gunung Semeru saat ini yang mempersulit para pendaki untuk menyalurkan aspirasi jiwa pendakinya. Setelah menunggu lama akhirnya kira-kira jam 2 sore barulah giliran group kami selesai breafing.

Ruang breafing Ranu Pane yang melelahkan

Perlu dicatat, regu yang sudah mengikuti breafing akan mendapat stampel (cap) pada formulirnya. jadi stampel tersebut harus ditunjukkan saat membayar tiket pendakian. Dari informasi Mas Dicta yang telah mengikuti breafing tadi didapat informasi bahwa pendakian Semeru sekarang harus berhati-hati karena di Pos 3 sebelum kearah Ranu Kumbolo apabila malam hari sering dilewati jalur kembali Macan Tutul. Dan arah pendakian serta turun sekarang cuma hanya satu, karena jalur baliknya mengalami longsor. Jadi Jalur yang digunakan hanya 1 yaitu jalur mendaki dan sekalian jalur turun. Selain itu juga informasi tidak boleh mendirikan tenda sembarangan saat di tepi Danau Ranu Kumbolo, karena ada beberapa lahan yang sengaja tidak boleh didirikan tenda, karena menurut penduduk pribumi disitu merupakan rumahnya makhluk ghoib. Barang siapa yang mendirikan tenda disitu maka akan kesurupan. Begitupun informasi jangan mengikuti apa yang dilakukan di Film 5 Cm seperti mandi di Danau Ranu Kumbolo, membuat api unggun, itu semua dilarang.



Suasana saat pembayaran tiket masuk pun penuh desak-desakan

Waktupun terus berlalu, yang tadinya saya pikir jam 8 sampai jam 12 siang bisa mendaki ke Ranu Kumbolo pada akhirnya jam 2 siangpun belum dapat tiket, yang ada baru selesai breafing karena saking buruknya manajement yang ada. Disaat semua pendaki sudah memadati area resort pendaftaran tersebut, hujanpun turun dengan derasnya. Dan para pendaki saling berebutan untuk berteduh di rumah-rumah yang ada disitu. Beberapa pendaki yang tidak kebagian tempat teduh mereka mendirikan tenda dilapangan, bahkan ada yang hanya menggunakan jas hujan sebagai penutup sambil berdiri di tengah lapangan. Sungguh kasihan.

Pendaki yang kelelahan menunggu di Ranu Pane

Dalam hati saya sepertinya sudah tidak mungkin untuk melanjutkan pendakian ke Ranu Kumbolo mengingat waktu yang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Karena saya berpikir belum lagi perjalanan kembalinya dan belum lagi nasib Bunda dan Deksa dibawah yang tidak mungkin saya tinggal disaat malam. Manalagi ditambah hari Sabtunya (7 Mei) saya sudah harus masuk kerja. Akhirnya saya putuskan untuk membatalkan pendakian, meskipun Mas Dicta masih menunggu antrian untuk membeli tiket. sayapun menghampirinya dan bilang “saya tidak jadi mendaki”. Akhirnya Mas Dicta mengembalikan uang yang sudah saya berikan untuk pembelian tiket saya sebelumnya.

Sayapun dengan perasaan kecewa dan letih kembali menuju parkiran mobil menghampiri Bunda dan Deksa. Sebelum tiba di parkiran saya sempatkan membeli Bakso dipinggir jalan yang lumayan untuk menghangatkan perut disaat hujan begini. dengan harga per porsi Rp. 10,000 sayapun membayarnya dan melanjut ke lapangan parkir.

Lapangan parkir Ranu Pane yang penuh dengan motor

Setiba di parkiran saya kaget sekali begitu melihat lapangan parkir yang tadi pagi kosong dan ternyata disekeliling mobil kami sudah penuh dikelilingi motor. Saya pikir Bunda dan Deksa pergi kemana, ternyata mereka masih didalam mobil menunggu saya. Dengan bercerita panjang lebar kembali akhirnya merekapun memahaminya. Kami berdiskusi dahulu untuk tujuan selanjutnya, dan kamipun bergegas meninggalkan lapangan parkir Ranu Pane tersebut, sebelum mobil kami tidak bisa keluar karena ketutup motor. Dengan bersusah payah menyingkirkan motor-motor yang menghalangi jalan keluar mobil, akhirnya mobil kami bisa juga keluar dari lapangan yang sudah semakin penuh tersebut.

Dibelakang mobil pun penuh dengan motor, susah cari jalan keluar

Perjalanan kami lanjutkan kearah Gunung Tengger, selama diperjalanan kami sempatkan berfoto-foto diatas hutan savana Bromo. Kekaguman tertuju disaat awan menutupi lembah padang savana Bromo. Disitu kami berhenti sejenak dan mengambil dokumentasi foto.

Dibawah awan tersebut adalah lembah dan padang savana Bromo

Dan setiba di persimpangan antara Bromo dan Semeru, kami cari disisi jalan yang sekiranya mobil bisa parkir. Akhirnya kamipun menepi dipinggir jalan tersebut dan segera mendirikan tenda karena hari sudah mulai senja.

Saat kami mendirikan tenda, tiba-tiba ada seorang bapak yang mengendarai motor jadul menghampiri kami. Tanpa panjang lebar sayapun langsung menemui bapak tersebut dan meminta izin untuk mendirikan tenda. Secara kebetulan bapak tersebutpun mengijinkan kami mendirikan tenda dan menawarkan pada kami kalau besok mau ke Bromo sebaiknya sewa motor dia saja, karena kalau menggunakan mobil pribadi ditakutkan tidak kuat nanjak karena jalanannya berpasir dan licin. Bapak itupun memperkenalkan diri dengan nama Pak Nur. Dia bilang kalau malam hari nanti ada yang tanya bilang saja tamunya Pak Nur. Ternyata rumah Pak Nur tersebut ada di persimpangan antara Bromo dan Semeru yang sebelumnya kami lewati tadi sore.

Lokasi camp persis di tepi jalan menghadap jurang

Setelah tawar menawar dengan Pak Nur untuk biaya sewa motor ke Bromo akhirnya, kami deal sewa 2 motor dengan harga Rp. 250,000 pulang pergi. Pak Nur janji besok pagi jam 7 tepat dia akan datang ketenda kami untuk mengantarkan ke parkir mobil dan motor untuk dilanjutkan ke arah Bromo.

Tendapun akhirnya selesai didirikan sebelum maghrip tiba, saya dan Deksa buru-buru mengerjakan Sholat Dzhuhur dan Ashar yang di Qasar dan Jamak (sementara Bunda sedang berhalangan). Saat maghrib tiba saya dan Deksa melanjutkan Maghrib dan di Jamak dengan Isya. Setelah semua aktifitas ibadah selesai, Bunda dengan kesibukannya untuk menyiapkan makan malam. Sayapun ikut membantu menyiapkan segala keperluannya.

Makan malam kami cukup memenuhi syarat yaitu dengan nasi, mie goreng, lauk telur dadar, ditambah wortel dan mentimun sebagai penambah serat. Tidak ketinggalan sereal dan secangkir kopi jahe penghangat tubuh. Makan malampun dimulai saat waktu menunjukkan pukul 19:30, dengan lahapnya kami menyantap hidangan makan malam tersebut, karena sepanjang siang dengan perasaan letih dan kecewa kami hanya menunggu dan menunggu di Ranu Pane.

Selesai makan malam dan beres-beres tanpa basa-basi kami langsung merebahkan diri untuk istirahat agar keesokan harinya kami bisa melanjutkan perjalanan kami ke Bromo.

Didalam tenda kamipun tidur tidak nyenyak, karna posisi tenda kami berada bersebrangan persis dengan jalan, sehingga apabila ada mobil atau motor para pendaki yang lalu lalang membuat tidur kami terganggu. Tiap beberapa jam kami selalu terbangun dan melihat waktu rupanya masih jam 10 malam, begitupun jam 12, jam 1, jam 3, hingga azan subuh kami selalu terjaga. Selesai Subuh, kami mempersiapkan diri untuk sarapan pagi.

Sarapan pagi kami tidak begitu mewah hanya nasi dan lauk pauk ikan sarden serta telur dadar. Juga wortel dan mentimun untuk penambah serat. Plus ditambah sereal dan tidak lupa secangkir kopi jahe hangat penambah tenaga.

Selesai sarapan, kami merapihkan semua peralatan memasak dan menutup tenda, serta membawa semua sampah kami sebelum melanjutkan perjalanan ke Bromo. Tidak lupa kami sempatkan untuk berfoto-foto sebagai kenang-kenangan sebelum berangkat.

Sesuai janji Pak Nur, kira-kira jam7 lewat, beliau sudah datang menghampiri kami. Kamipun bersama Pak Nur menuju tempat penitipan mobil dan berganti dengan motor yang sudah disiapkannya. Saya berdua dengan Deksa menggunakan motor bebek yang sudah di modif, dan Bunda dengan Pak Nur menggunakan motor laki klo ga' salah motor binter (bukan singkatan “bingung terus” lho) hehehe.

Disepanjang jalan menuju Bromo jalanannya menurun tajam, dan kami melewati padang savana yang begitu indah disertai gundukan tanah yang seperti bukit teletubis. Terlihat dibawah pepohonan dari padang savana tersebut beberapa para pendaki yang mendirikan tenda disana.

Selepas jalan aspal menurun habis, dilanjut jalan berpasir dan licin.Tak terbayangkan apabila kami membawa mobil pribadi, sudah tentunya sangat susah untuk melintasi medan yang berpasir dan licin tersebut. Di setiap bukit teletubbies tersebut banyak pada pengunjung Bromo yang berfoto-foto. Selain itu juga ditengah-tengah bukit teletubbies tersebut ada suatu terminal mobil jeep yang mengantar jemput para pengunjung ke lokasi tersebut.

Kamipun masih terus lanjut ke lokasi pura tempat kawahnya gunung bromo. Setiba dilokasi dekat Pura, banyak kami temui pengunjung yang sudah berdatangan sedari pagi. Disana ada hiburan menunggang kuda mengelilingi kawasan Bromo. Motor kamipun di parkir tidak jauh dari Pura. Dan kamipun berfoto ria menghabiskan waktu disana. Sebenarnya saya berniat untuk bisa naik ke arah kawah bromo, akan tetapi dikarnakan waktunya yang terbatas, maka kamipun hanya berkeliling didalam pura untuk berfoto-foto.

Tiga pilar Pura Bromo

Ternyata tepat disebelah Pura ada beberapa pendaki yang telah mendirikan tenda disana, padahal disitu area terlarang karena sangat dekat dengan kawah. Di depan pura kami temukan 2 orang yang menjual cindramata berupa kaos bertuliskan bromo. Dan terlihat di pojokan pintu masuk kami lihat beberapa sesajen yang sengaja dipasang oleh orang-orang penjaga Pura tersebut.

Kira-kira jam 10 pagi kami cukupkan keliling-keliling kawasan Bromo, dan kami lanjutkan kembali kepenitipan mobil. Dalam perjalanan kami sempatkan untuk berfoto dilokasi padang savana Bromo dan dekat Bukit Teletubbies. Kami juga melihat rombongan para pengendara motor trail melintasi jalanan pasir yang licin di savana Bromo, sungguh asik mereka berjalan tanpa takut slip atau mogok.

Suasana padang savana yang asri buat ngecamp

Saat perjalanan kembali jalanannya menanjak sangat curam sehingga motor yang saya gunakan bersama Deksa, sempat ngadat ga’mau jalan. Akhirnya saya stop matikan mesin, kemudian dihidupkan kembali lalu lanjut perjalanan. Sebelum sampai di penitipan mobil kami sempatkan mengambil beberapa photo dari atas Gunung Bromo, dimana terlihat padang savana luas membentang yang terkadang ditutupi lapisan awan yang menyelimutinya.

Setelah puas baru kami ketempat penitipan mobil. Motor kami kembalikan ke Pak Nur, dan setelah selesai semua urusan pembayaran ongkos sewa motor, kamipun lanjut perjalanan kembali.

Sepanjang jalanan kembali kami lihat beberapa pendaki lainpun banyak yang sudah turun, sepertinya sama senasib dengan kami karna kecewa tidak jadi naik ke Semeru. Ditepi jalan saat turun kami lihat banyak pedagang apel Malang dengan harga yang sangat murah, sekantong besar mungkin isi 20an biji dihargai Rp.5000,-

Saat waktu menunjukkan pukul 11:30 kami sempatkan mampir kesalah satu masjid disana untuk menunaikan Sholat Jum’at. Selapas Sholat Jum’at kami lanjutkan perjalanan. Akan tetapi tidak melewati Batu Malang, melainkan lewat arah Mojokerto.

Setiba di daerah ngawi, karena sudah pengalaman sekali ditilang polisi saat pergi kemarin, maka kami tidak berani untuk menyalip kendaraan lain. Lebih baik jalan perlahan asal selamat dari polisi yang iseng.

Akhirnya Alhamdulillah kami tiba juga di rumah Kalioso dengan selamat, kira-kira pukul 9 malam, karena beberapa kali beristirahat dijalan.

Itulah ekspedisi perjalanan kami yang penuh cerita meskipun dengan waktu yang sangat singkat, setidaknya kami sudah merasakan semua pengalaman disana. Dan walaupun kecewa tidak bisa ke Ranu Kumbolo akan tetapi dapat terobati dengan keindahan Gunung Bromo.

Semoga bermanfaat buat para sobat yang ingin menghabiskan masa liburannya disana. Saran dari kami apabila tidk kesampaian untuk ngecamp di Ranu Kumbolo, ada baiknya ngecamp di padang savanna Bromo yang tidak kalah indahnya dan lebih asri karena masih sepi dari ramainya pendaki.


Wassalamualaikum wr.wb.
DK