Maasyirol Muslimin Rahimakumullah,
Sering kita dengar kata Muhasabah. Apa sih sebenarnya maksud Muhasabah tersebut? Muhasabah hampir sama dengan introspeksi, artinya menghitung-hitung diri, melakukan pemeriksaan terhadap diri kita sendiri. Menghitungnya, sebelum Allah menghitungnya. Dengan anggapan, kalau kita yang menghitungnya sekarang, maka segala kekurangan-kekurangan itu, masih bisa kita perbaiki. Tapi kalau Allah yang akan menghitungnya kelak, tinggalah pertanggungan jawab.
Karna itu, Rasulullah berpesan dari Umar bin Khaththâb Radhiyallahu berkata Haasibu anfusakum, qobla antuhasabu, hitung-hitunglah dirimu, sebelum Allah menghitungnya (HR. Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Sebagai Contoh kita pasti pernah nonton sebuah Film, dimana film itu menjadi sebuah tontonan setelah melalui proses yang panjang. Ada editing, ada sensor, ada dubbing (pengisian suara). Kalau ada suara yang kurang jelas di dubbing, kalau ada adegan yang kurang baik di sensor, kalau ada cerita yang kurang utuh di edit. Kira-kira hidup kita ini seperti itu.
Sekarang putar film tersebut, film kehidupan kita. Kalau masih ada adegan yang tidak pantas masih bisa di sensor, kalau ada suara yang kurang jelas masih bisa di dubbing, kalau ada cerita yang kurang utuh masih bisa di edit. Dengan memutar film kehidupan itulah yang dinamakan Muhasabah. Dari aqil baliq sampai sekarang apa sih film kehidupan kita, kita putar dimalam hari, kita bayangkan kembali masa lalu itulah yang dinamakan muhasabah. Kita teringat pernah mukul orang, lalu film kita sensor, kita pernah berbuat tidak baik, lalu film kita edit. Cerita yang tidak bagus kita buang. Perbaiki kedepan, inilah makna dari muhasabah.
Maasyirol Muslimin Rahimakumullah,
Terkadang orang terjebak bahwa hidup cuma sekali, seperti pepatah: kelapa muda kupas-kupasin, kelapa tua tinggal batoknya. Waktu muda puas-puasin, waktu tua tinggal bongkoknya. Padahal hidup ini bukan sekali, tetapi hidup ini panjang. Jangan terjebak kepada kenikmatan kulit, yang akan membuat kita merugi. Memang emas itu pasti berwarna kuning, tapi tidak semua yang kuning berarti emas. Yang kita cari bukan kesenangan kulit, melainkan kesenangan batiniah.
Itu sebabnya di dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Imam Nawawi Al-Bantani (salah seorang ulama Indonesia yang terkenal di tanah Arab tahun 1830an, beliau juga seorang Imam Masjidil Haram) disebutkan bahwa tanda orang bahagia itu ada 4 yang bisa kita jadikan contoh dalam kehidupan kita:
Yang Pertama yaitu orang yang dalam urusan materi pandangannya diarahkan ke bawah.
Sehingga timbul syukurnya, luas hatinya. Kalau luas hati, rumah yang kecil besar rasanya. Sebaliknya kalau sempit hati, rumah yang besar kecil jadinya. Yang paling parah hati sempit rumah kecil, itu namanya kiamat. Orang bahagia orang yang hatinya luas, bisa mensyukuri nikmat, tapi orang yang hatinya sempit biasanya tidak bisa mensyukuri nikmat. Dan ini lebih celakanya tidak senang orang lain mendapat nikmat. Tetangganya beli TV dia yang meriang, tetangganya beli motor dia sakit. Dan akan terus disiksa oleh perasaannya sendiri yang tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat.
Sehingga timbul syukurnya, luas hatinya. Kalau luas hati, rumah yang kecil besar rasanya. Sebaliknya kalau sempit hati, rumah yang besar kecil jadinya. Yang paling parah hati sempit rumah kecil, itu namanya kiamat. Orang bahagia orang yang hatinya luas, bisa mensyukuri nikmat, tapi orang yang hatinya sempit biasanya tidak bisa mensyukuri nikmat. Dan ini lebih celakanya tidak senang orang lain mendapat nikmat. Tetangganya beli TV dia yang meriang, tetangganya beli motor dia sakit. Dan akan terus disiksa oleh perasaannya sendiri yang tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat.
Oleh sebab itu dalam materi seharusnya kita melihat kebawah, maka akan timbul sukurnya. Sukur kita punya motor, tetangga sebelah Cuma punya sepeda, sukur kita punya sepeda tetangga sebelah cuma jalan kaki. Itulah contoh orang yang bersukur. Tapi kalau dibalik urusan materi lihatnya keatas, maka kapanlah kita akan merasa bersukur? Seandainya manusia diberikan 2 ladang emas, apakah dia puas, tentu tidak, dia akan mencari lading emas ke 3.
Yang Kedua, orang yang bahagia itu dalam urusan akhirat dia lihatnya ke atas.
Sebagai contoh orang yang sudah usia 60an sanggup puasa penuh, kenapa saya yang muda tidak? Dia sanggup tarawih, kenapa saya tidak. Dia bisa ke pengajian, kenapa saya tidak. Keinginan mencontoh sesuatu yang benar, yang imateril dan itu melahirkan sugesti untuk melakukan ibadah lebih baik.
Sebagai contoh orang yang sudah usia 60an sanggup puasa penuh, kenapa saya yang muda tidak? Dia sanggup tarawih, kenapa saya tidak. Dia bisa ke pengajian, kenapa saya tidak. Keinginan mencontoh sesuatu yang benar, yang imateril dan itu melahirkan sugesti untuk melakukan ibadah lebih baik.
Yang Ketiga, orang yang bahagia itu adalah orang yang selalu melupakan kebaikannya.
Ini juga merupakan bagian introspeksi, orang yang kalau berbuat baik, dia ikhlaskan tidak pernah diingat-ingat, dia lupakan dianggap dirinya belum pernah berbuat baik. Sehingga kalau ada kebaikan dia tidak bisa ikut, dia merasa saangat rugi. Lawannya orang yang celaka, yang selalu mengingat kebaikannya, menepuk dada, menghitung jasa. Dengan ucapan “kalau tidak karna saya”. Orang yang selalu menepuk dada itu biasanya orang yang tidak percaya diri. Sebagai contoh baru-baru ini pembebasan 10 orang awak kapal oleh kelompok Abu Syayyaf beberapa minggu kemarin, semua orang saling mengakui jasa-jasanya yang telah membebaskannya. Padahal setelah diusut-usut, ujung-ujungnya rupanya kelompok tersebut di tebus dengan bayaran. Wallahua’lam.
Ini juga merupakan bagian introspeksi, orang yang kalau berbuat baik, dia ikhlaskan tidak pernah diingat-ingat, dia lupakan dianggap dirinya belum pernah berbuat baik. Sehingga kalau ada kebaikan dia tidak bisa ikut, dia merasa saangat rugi. Lawannya orang yang celaka, yang selalu mengingat kebaikannya, menepuk dada, menghitung jasa. Dengan ucapan “kalau tidak karna saya”. Orang yang selalu menepuk dada itu biasanya orang yang tidak percaya diri. Sebagai contoh baru-baru ini pembebasan 10 orang awak kapal oleh kelompok Abu Syayyaf beberapa minggu kemarin, semua orang saling mengakui jasa-jasanya yang telah membebaskannya. Padahal setelah diusut-usut, ujung-ujungnya rupanya kelompok tersebut di tebus dengan bayaran. Wallahua’lam.
Yang Keempat, orang yang bahagia itu adalah orang yang selalu ingat kesalahan yang dia lakukan.
Ini juga merupakan bagian dari introspeksi diri. Sehingga kalau mau berbuat kesalahan yang baru dia akan teringat kesalahan yang lalu sudah bertumpuk, ini mau nambah lagi, bagaimana nanti pertanggungan di Padang Masyhar. Inilah merupakan langkah pencegahan supaya tidak melakukan kesalahan yang baru.
Ini juga merupakan bagian dari introspeksi diri. Sehingga kalau mau berbuat kesalahan yang baru dia akan teringat kesalahan yang lalu sudah bertumpuk, ini mau nambah lagi, bagaimana nanti pertanggungan di Padang Masyhar. Inilah merupakan langkah pencegahan supaya tidak melakukan kesalahan yang baru.
Maasyirol Muslimin Rahimakumullah,
Oleh karna itu didalam kita bermuhasabah, seraya menghayati apa yang kita laksanakan dalam pelaksanaan ibadah puasa nanti, maka sekali lagi kita perlu ingat bahwa mumpung film kita, kita sendiri yang putar, kalau nanti Allah yang putar film hidup kita, tinggal pertanggungan jawab. Kalau sekarang kita yang putar, masih bisa di edit, masih bisa di sensor, pintu taubatnya masih terbuka. Jangan sampai kita termasuk nanti dihadapan Allah banyak adegan-adegan hidup yang mestinya di sensor, tapi belum kita sensor. Mestinya kita edit, tapi tidak di edit, dan kita harus bertanggung jawab dihadapan Allah kelak. Memang hidup ini singkat, tapi dengan waktu yang singkat, akan terasa banyak manfaatnya, kalau kita bisa menggunakan dengan sebaik-baiknya. Karna mati bukanlah akhir dari sesuatu yang namanya hidup.
Tidak ada orang yang tidak pernah salah, jadi orang yang baik bukan orang yang tidak pernah salah. Karna tidak ada orangnya yang tidak pernah salah itu. Orang yang baik adalah orang yang kalau dia melakukan kesalahan, dijadikannya itu sebagai pelajaran, untuk tidak diulanginya lagi dimasa yang akan datang. Tidak jatuh 2 kali ditempat yang sama, sepanjang nafas belum sampai ditenggorokan, sepanjang itu taubat diterima oleh Allah Subhanallahu Wata'ala. Tapi untuk melaksanakan sesuatu yang bernama taubat, tidak perlu kita menunggu hingga usia senja (tua), atau tidak perlu menunggu hingga suatu kondisi kalau kita kepepet, sulit, sakit baru kita bertaubat.
Maasyirol Muslimin Rahimakumullah,
Perlu kita ingat, sebanyak apapun dosa, kalau insyaAllah kita sampai ke surga, aamien. Disana kita akan ketemu orang yang baik-baik, syuhada, shalihin, para wali dan lainnya. Kita tidak perlu heran, karna wajarlah orang yang baik-baik tempatnya di surga. Tapi kita akan terkejut kalau disurga nanti kita ketemu seorang pelacur. Bagaimana seorang pelacur tersebut bisa masuk surga? Apakah Allah salah kirim orang kedalam surga? Itulah menunjukkan kalau Allah Maha Pengampun lagi Penyayang.
Ada sebuah contoh cerita: Pelacur ini hidup dimasa kecilnya sebagai yatim piatu, hidup miskin tidak ada yang nolong. Demi sesuap nasi dia merantau ke kota, dan ada yang nolong katanya kerjanya ringan uangnya besar, yang membuat dia terjebak kedalam kemaksiatan sebagai pelacur. Suatu sore dia mendengar sebuah ceramah dari seorang ustadz dimana kata-kata yang dia dengar dari ustadz tersebut yaitu “Kalaupun kamu berbuat dosa, penuh langit dengan dosamu, kemudian kamu menyesal dan bertaubat, Allah pasti akan menerima Taubatmu”. (HR At Thirmidzi) Mendengar hadits tersebut, berlinang air mata pelacur tersebut, terbayang dosa-dosa yang pernah dia lakukan. Dikala itu hidayah datang dia taubat sebenar-benarnya. Taubatnya diterima Allah, walaupun dia mampir dulu ke neraka, yang akhirnya masuk juga dia ke dalam surga.
Ini sebuah pertanda Allah Tuhan kita bukan tuhan pendendam, Allah Tuhan kita, tuhan yang Maha Pengampun, yang akan menerima taubat dari hamba-hambanya yang benar-benar akan berubah. Maka dari itu didalam Ramadhan yang akan sebentar lagi insyaAllah akan kita jalani, adalah peluang kita untuk bermuhasabah atas film-film gelap yang pernah kita lakukan dari sisi kehidupan kita. Atas adegan-adegan yang tidak senonoh yang kita lakukan dalam perjalanan hidup kita. Ayo kita lakukan sensor, ayo kita lakukan editing, ayo kita lakukan dubbing, supaya film kita nanti di padang mashyar bisa kita pertanggung jawabkan.
Khutbah Kedua
Maasyirol Muslimin Rahimakumullah,
Dalam bermuhasabah, yang dimaksud mengingat kembali kesalahan kita disini yaitu dengan meyakini bahwa kita pernah melakukan kesalahan tersebut. Kalau sudah kita yakini itu, bagaimana cara menghapusnya? Rasulullah mengajarkan:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Ikuti perbuatan salahmu dengan kebaikan”. Niscaya kebaikan itu menghapus kesalahan yang kamu lakukan. (HR Tirmidzi)
Jadi kalau kita, maaf pernah memakan harta orang lain dengan cara yang dzalim, maka perbanyak sedekah sekarang. Kalau dulu banyak meninggalkan sholat, perbanyak melaksanakan sholat-sholat sunah sekarang. Ikuti perbuatan salahmu dengan kebaikan, niscaya perbuatan kebaikan tersebut akan menghapus perbuatan salahmu yang lalu.
Ada sebuah cerita: Suatu hari Malaikal Maut datang kepada Nabi Daud. Nabi Daud bertanya: Hai Malaikal Maut, anda datang ini untuk silaturahmi atau tugas? Kata Malaikal maut: dua-duanya, silaturahmi iya, tugas juga iya. Kata Nabi Daud: jadi mau ambil ruh saya? Jawab Malaikal maut: iya. Nabi Daud kembali bertanya: kalau memang tugas kenapa tidak member tahu sebelumnya. Jawab Malaikal maut: sudah. sudah Allah kasih tau jauh-jauh hari, ketika kulitmu mulai keriput, uban mulai bertabur, pendengaran sudah lamur itulah pertanda dari Allah.
Oleh sebab itu semoga kita dapat menghambil hikmahnya untuk bisa segera bermuhasabah diri, sebelum malaikal maut menghampiri kita. Aamien Ya Robbal 'Alamin.
Semoga Bermanfaat,
DK