“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Monday, May 22, 2017

Khutbah Jum'at - Puasa Siapa Yang Terbaik


Man ‘amila sholihan min dzakarin ‘au untsaa, wahuwa mu’minun, Falanuh yiyyannahu hayyatan toyyibah, walanaj ziannahum ajrohum biakhsani maa kaanuw ya’maluun. Ama Ba’du. (QS An Nahl ayat 97) 

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
InsyaAllah minggu depan kira-kira Sabtu atau Minggu, kita sudah memasuki Bulan Ramadhan. Ada beberapa orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan tidak pernah menghitung tanggal, karena dia berharap Ramadhan itu tidak pernah hilang dari hidupnya, bahkan sebagian shalafus shalih mengatakan hari puasa kita itu, adalah dimulai dari sejak kita dilahirkan di dunia ini. Dan kapan kita berbuka? Yaitu tatkala kita menginjakkan kaki di surganya Allah Subhanallahi Wata’ala.

Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti oleh sebagian manusia. Kita sering mendengar bahwa ibadah puasa di Bulan Ramadhan itu dapat menempa jiwa, untuk meraih taqwa, kita mendengar bahwa puasa di Bulan Ramadhan itu adalah momen penting untuk mengikir hati yang berkarat, untuk membersihkan noda-noda hitam yang melekat di hati kita.

Tapi kenapa setelah bertahun-tahun puasa, ada sebagian orang yang mungkin sudah tua, mungkin dia sudah 20 kali Ramadhan, ada yang sudah 40 kali dia berpuasa di Bulan Ramadhan, tapi ternyata jiwanya tidak tertempah, hatinyapun tidak bersih, tetap penuh dengan lumpur dosa yang senantiasa membuat dia gundah gulana dalam kehidupan ini? Dia tidak merasakan kebahagiaan selama hidupnya, kecuali tatkala dia mendapatkan harta, setelah itu, yang ada adalah kesusahan didalam kehidupannya.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Kita ingin Ramadhan tahun ini tidak seperti tahun lalu, Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam mengatakan: syaqiyun abdun, adroka Romadhon, tsuman tsalaqomin falam yukfarlahu “celaka seorang hamba yang bisa hadir di Bulan Ramadhan, ikut puasa di Bulan Ramadhan tapi selesai Ramadhan dosa-dosanya tidak ada yang diampunkan oleh Allah, tetap seperti dulu”Dia membawa dosa mungkin berlipat ganda, karena Ramadhan dia tidak bermakna, ketaqwaan yang diharapkan dari puasa hilang dan sirna.

Sebelum kita bicara tentang bagaimana kita dapat meraih dan menjadi orang yang paling baik puasanya, saya ingin menyinggung sedikit tentang dimana letak kebahagiaan itu. Karena ada hubungan yang erat dengan Ramadhan ini. Kita semua bekerja dari pagi sampai sore untuk apa? Untuk mendapatkan sedikit harta, untuk memberikan makan kepada anak dan istri, seperti itu yang kita lakukan, setiaap hari berputar seperti itu.

Diriwayatkan dalam hadits Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah salallahu ‘alaihi Wassalam pernah berkata kepada Abudzar: ya Aba Dzar, ataro kasrotal malu huwal ghina “wahai Abu Dzar, apakah menurutmu orang yang banyak harta itu orang kaya? Yang harta bendanya melimpah ruah adalah orang yang kaya?” Abu Dzar mengatakan na’am iya wahai Rasulullah, orang yang kaya itu yang banyak duitnya, yang punya kendaraan, rumah mewah dan semua fasilitas, itu orang kaya. Lalu Rasulullah kembali mengatakan: wataro killatal manhuwal faqod “dan menurutmu orang yang sedikit harta itu orang yang fakir?” Kata Abu Dzar na’am, iya ya Rasulullah.

Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ingin membetulkan pandangan yang salah itu, beliau mengatakan kepada Abu Dzar, dan itu pandangan kebanyakan menurut kita. Dimana kita kalau lihat fulan rumahnya besar, kendaraannya mewah, usahanya banyak oh… itu orang kaya. Tapi kalau melihat fulan yang usahanya bangkrut, cari makan susah, tidak punya kendaraan, itu pasti orang miskin.

Rasulullah ingin membetulkan cara pandang yang salah. Karna cara pandang ini membuat orang sengsara dalam kehidupannya. Beliau mengatakan: innamal ghina ghinal qolbi, wal fakru fakrun qolbi, “kekayaan itu yang sebenarnya adalah kekayaan hati, dan yang disebutkan kefakirran adalah kefakiran hatinya”.

Walaupun bertumpuk bergelimangan harta, tapi kalau tidak ada rasa kaya yang Allah berikan didalam hatinya, maka miskinlah orang itu, laisal ghina ankaf rotil arod “kekayaan itu bukan dengan banyaknya harta benda, tidak”, walakinnal ghina ghinal nafsih “tapi orang yang kaya akan jiwanya,  itulah orang yang kaya sebenarnya, walaupun tidak memiliki harta”.

Kalau berbicara kekayaan, Rasulullah itu kaya apa miskin? Rumahnya Rasulullah itu kecil, kira-kira ukuran 4x5 meter, dan semuanya disitu. Seringkali Beliau bertanya kepada istrinya hal indakum min syai’ “punya sesuatu yang bisa dimakan?” Tidak ada kecuali air. Rasulullah mengatakan idzan ‘ana syo ‘im “kalau begitu saya puasa”  Begitupun tatkala seseorang merasa sedikit hartanya, tidak ada yang dapat di makan,  lalu bagimana jalan keluarnya, ya berpuasa. Ternyata di dalam puasa itu ada jalan keluar dan solusi dari berbagai permasalahan.

Allah Subhanallahi Wata’ala berfirman di dalam Surat An Nahl ayat 97, tentang kebahagiaan di dunia ini, supaya kita tidak salah jalan dan langkah, meraih sesuatu yang ternyata kita akan bawa pergi, atau kita akan tinggalkan. Man ‘amila sholihan min dzakarin ‘au untsaa “Barang siapa yang berbuat amal shalih, lelaki atau perempuan” wahuwa mu’minun “dengan syarat dia beriman” lantas apa yang akan Allah berikan kepada dia? Falanuh yiyyannahu hayyatan toyyibah “Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan kebahagiaan didunia. Kemudian Allah mengatakan walanaj ziannahum ajrohum biakhsani maa kaanuw ya’maluun. “Allah akan berikan kepada merreka balasan atas amal shalih mereka, balasan atas keimanan mereka, yang lebih baik dari perbuatan mereka”.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Allah jala jalalu berfirman dalam Surat Al Baqarah Ayat 183: Ya ayyuhaladzi na’amanu qutiba ‘alaikumussyiyyam, kama qutiba ‘alalladzi naming qoblikum, la’allakum tattakuun. “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas umat sebelum kalian”.

Allah menghibur kita bahwa kewajiban ibadah puasa ini bukan kewajiban pertama buat kalian, tapi orang-orang sebelum kalian sudah wajib mengerjakan puasa. Tujuannya apa? La’allakum tattakuun “agar kalian bertakwa kepada Allah Subhanallai Wata’ala”.

Ramadhan mengajarkan kita, agar kita menjadi orang yang bertakwa, manusia yang tidak hanya memikirkan makanan, tidak hanya memikirkan dunia saja, Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Beliau mengatakan khoirukum qorniy "generasi terbaik diantara kalian adalah generasi ku”, tsumma ladzi nayalu nahum “kemudian generasi terbaik sesudahnya adalah generasi para tabi’in”, tsumma ladzi nayalu nahum “kemudian para tabi’it tabi’in”, jadi kalau kita mau contoh, jangan mencontoh orang yang lahir sekarang, tapi contohlah mereka sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Yang Allah kasih jaminan surga bagi mereka, dan Allah ridho kepada mereka. Karena apabila kita mencontoh orang yang masih hidup dimasa sekarang ini, maka tidak ada jaminan mereka mati khusnul khotimah.

Lalu Rasulullah mengatakan: inna ba’dakum qouman “akan datang setelah kalian suatu kaum, suatu masyarakat”, yakhunun wala yu’tamanun “yang suka berkhianat tidak bisa dikasih amanah”. Wayash hadun, wala yutash haduun “Mereka adalah orang-orang yang menjadi saksi, tapi tidak layak mereka dijadikan saksi sebenarnya”. Kita lihat mahkamah pengadilan yang ada sekarang banyak saksi palsu didatangkan.

Lalu wayan dzirun wala ya’fuun “mereka bernazar tapi tidak pernah membayar nazar mereka”. Kemudian Rasulullah mengatakan wayaz haru fiy himus shiman “akan muncul dimasa itu shiman, apa shiman itu? yaitu orang-orang yang suka makan, yang kerjanya suka kuliner”. Bulan Ramadhan seharusnya tambah kurus, tapi setelah Ramadhan terkadang ukuran celananya makin bertambah. Ada apa dengan Ramadhannya?

Lalu bagaimana sekarang, supaya Ramadhan ini menjadi Ramadhan yang terbaik buat kita?  Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasssalam dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim mengatakan: manshoma Rhomadona imanan wah tisaban, ghufirolahu mattaqoddama min zambigh, “barang siapa yang berpuasa di Bulan Rhamadhan, karena iman (bukan karna ikut-ikutan). Kalau ditanya kau kenapa puasa? Allah yang menyuruhku puasa. Dan Ihtisyaban karena aku ini hamba, aku ini adalah budak Allah yang selalu mengharapkan pahala dari Allah. ghufirolahu mattaqoddama min zambigh “Maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Ada beberapa adab yang harus kita lakukan di Bulan Ramadhan: pertama mensegerakan berbuka, Rasulullah mengatakan: orang itu akan senantiasa berada diatas kebenaran, selama mereka mensegerakan berbuka, jadi ketika adzan dikumandangkan, maka bersegeralah berbuka. Rasulullah melarang kita menyambung puasa, tidak makan 2 hari atau 3 hari, itu tidak boleh.

Kemudian yang kedua: berbuka dengan kurma, Rasulullah mengatakan kalau kalian akan berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, memang tidak wajib, tapi usahakan kita berbuka dengan kurma setelah itu baru makanan lainnya. Sehingga tatkala kita makan kurma, kita akan ingat Rasulullah yang menyuruh kita. Lalu Beliau mengatakan kalau tidak ada kurma, hendaklah berbuka dengan air, karna air itu membersihkan. Setelah itu kemana? Pergi ke Masjid untuk Sholat berjamaah.

Kita ingat dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: lisho’im farhatan “orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan” farhatun ‘inda ifthori, wafarhatun ‘indaliqo ‘irobbi “kebahagiaan tatkala dia berbuka puasa dan kebahagiaan tatkala berjumpa Allah jala jalalu”. Kita bahagia berjumpa dengan Allah dimana di dunia ini? Yaitu di dalam Sholat dan nanti di akhirat berjumpa dengan Allah, barulah itu kebahagiaan yang lebih sempurna lagi. Jadi tatkala selesai berbuka langsung ke masjid sholat berjamaah dan bukan langsung makan sekenyangnya.

Kita lihat yang ketiga adabnya: berdoa ketika berbuka, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan inna lisho‘im, inda fitrihi, la da’watan maa turoodu “orang yang berpuasa ketika berbuka ada doa mustajab yang tidak ditolak oleh Allah”. Hadits shahih ini diriwayatkan Ibnu Majah. Karena do’a adalah inti dari sebuah ibadah.

Di dalam Surah Al Baqarah ayat 186 Allah juga menjelaskan ayat tentang berdoa ini, turun ditengah-tengah ayat tentang puasa. Ya Ayyuhaladzi na’amanu Qutiba alaikum mussyiam, terus nanti dibawahnya itu Allah mengatakan: waidza tsa’alaka ibadi ‘anni, fa’inni qoriib “kalau orang-orang bertanya tentang aku (wahai Muhammad) maka sesungguhnya Aku dekat”. ‘ujibu da’watadda  ‘i idza da ‘an “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaku”. Jadi saat kita mau berbuka, jangan kita masih menyibukkan dengan aktifitas lain, usahakan kita berdo’a sebelum berbuka. Berdoa apa saja yang kita mau.

Lalu ketika hendak makan berbuka, dengan atas nama siapa kita makan? Dengan nama Allah, Bismillah, setelah makan berbuka dianjurkan berdoa dzahabaz dhoma’u wab talatil uruqu, watsabatal ajru insyaAllah. Selesai makan siapa yang kita sebutkan Alhamdulillah.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Itulah adab tentang berbuka, selanjutnya adalah adab sahur. Rasulullah juga menganjurkan setiap kali kita sahur, dengan memakan kurma, meskipun setelah itu kita makan yang lain, dan Beliau menyuruh kita setiap puasa harus ber-sahur walau dengan air. Maksudnya apabila kita malas untuk makan sahur, maka maka Rasulullah menganjurkan untuk bersahur walau dengan air.

Kenapa Rasulullah menganjurkan kita sahur? Beliau mengatakan fa’inna fissahuri barokah “pada makan sahur itu ada berkah” berkahnya bukan cuma makanan, tapi berkah waktunya, waktu sahur adalah bukan waktu malam, tapi waktu mendekati subuh. Karena ketika itulah waktunya beristighfar. Allah bercerita tentang penghuni surga wabil asharihum yastaghfiruun “dan diwaktu sahur mereka beristighfar”. Maka tatkala kita akan makan sahur,  bukan hanya nonton TV sambil menunggu istri menyiapkan hidangan, tapi sempatkan perbanyak istighfar Robbigh firli watub alayya innaka antattawwabul ghofur.

Kemudian di Bulan Ramadhan kita juga dianjurkan bersedekah, memang itu tidak wajib, kita tidak bersedekah Allah tidak butuh itu, tapi justru kita yang butuh pada Allah jala jalalu. Karena sedekah itu untuk mensucikan jiwa.  Rasulullah Shalallahy ‘Alaihi Wasallam mengatakan kaana ajwa dannas “beliau adalah orang yang paling dermawan” wakaana ajwaduma yakunu fiy Ramadhan “Beliau lebih dermawan lagi kapan? Ketika Ramadhan”

Kemudian sholat tarawih, itu juga untuk melatih jiwa kita. Kebanyakan diantara kita yang bekerja shift malam, jadi saat sholat tarawih tidak bisa ikutan berjamaah. Perlu kita ketahui bahwa sholat Tarawih tidak harus di masjid, bisa kita lakukan dirumah sendirian atau dimanapun tempat sholat. Usahakan untuk tetap Sholat Tarawih apakah itu 23 rakaat, 17, 11, 9 ataupun 5 rakaat, usahakan untuk tetap menjaga sholat malam Tarawih tersebut. Karna itu termasuk adab di Bulan Ramadhan ini. Untuk mendidik kita kalau kita ini hambanya Allah.

Lalu i’tkaf di masjid juga termasuk adab di sepuluh hari terakhir atau di malam-malam ganjil disaat Ramadhan terakhir. Karna disitu ada Lailatul Qodar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Kemudian di akhir Ramadhan kita disuruh untuk berzakat Fitrah, itu untuk melatih jiwa kita.


KHUTBAH KEDUA

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Selain adab yang telah kita sebutkan diatas, ada syarat lain agar puasa kita lebih baik yaitu dengan meninggalkan kemaksiatan. Jadi kalau Ramadhan tetap berbuat dosa, tetap ngomong yang tidak enak, tetap berburuk sangka dengan orang, tetap mengumpat, maka tidak ada artinya puasa itu.

Memang puasa kita tidak batal apabila kita tetap melakukan perbutan tersebut, kita tau ngomongin orang tidak membatalkan puasa, kita tau melihat kemaksiatan tidak membatalkan puasa, tapi kata Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam: “barang siapa ketika berpuasa, tidak meninggalkan ucapan palsu, dan perbuatan palsu, apakah itu nipu orang, bohongin orang, maka Allah tidak butuh dengan puasamu.” Kenapa?

Sebelum Ramadhan yang namanya menipu orang itu sudah haram, dan makan kurma, es campur sebelum Ramadhan itu semua halal. Tapi apabila ketika puasa Ramadhan, kita tinggalkan yang halal sementara yang haram kita lakukan, maka tidak ada gunanya puasa tersebut.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pernah ditanya oleh seorang lelaki: “Mujahid mana yang paling besar pahalanya wahai Rasulullah?” Apa kata Rasulullah: yang paling banyak dzikirnya kepada Allah. Lalu ditanya kembali Rasulullah: orang puasa mana yang paling baik? Kata Rasulullah orang yang paling banyak dzikirnya. Maka dzikir itu tadilah amalan-amalan kita sebelum berbuka, ketika sahur, ketika berkendaraan, ketika kerja teruus kita berdzikir di Bulan Ramadhan ini. InsyaAllah puasa kita menjadi puasa yang terbaik. Haza huAlla bissawab.

DK

Sumber:
Ceramah Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah MA (Puasa Siapa Yang terbaik)