Man ‘amila sholihan min
dzakarin ‘au untsaa, wahuwa mu’minun, Falanuh yiyyannahu hayyatan toyyibah,
walanaj ziannahum ajrohum biakhsani maa kaanuw ya’maluun. Ama Ba’du. (QS An Nahl ayat 97)
Maasyirol Muslimin
Rakhimakumullah,
InsyaAllah minggu
depan kira-kira Sabtu atau Minggu, kita sudah memasuki Bulan Ramadhan. Ada
beberapa orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan tidak pernah menghitung tanggal,
karena dia berharap Ramadhan itu tidak pernah hilang dari hidupnya, bahkan
sebagian shalafus shalih mengatakan hari puasa kita itu, adalah dimulai dari
sejak kita dilahirkan di dunia ini. Dan kapan kita berbuka? Yaitu tatkala kita
menginjakkan kaki di surganya Allah Subhanallahi Wata’ala.
Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti oleh sebagian
manusia. Kita sering mendengar bahwa ibadah puasa di Bulan Ramadhan itu dapat
menempa jiwa, untuk meraih taqwa, kita mendengar bahwa puasa di Bulan Ramadhan
itu adalah momen penting untuk mengikir hati yang berkarat, untuk membersihkan
noda-noda hitam yang melekat di hati kita.
Tapi kenapa setelah bertahun-tahun puasa, ada sebagian orang
yang mungkin sudah tua, mungkin dia sudah 20 kali Ramadhan, ada yang sudah 40
kali dia berpuasa di Bulan Ramadhan, tapi ternyata jiwanya tidak tertempah,
hatinyapun tidak bersih, tetap penuh dengan lumpur dosa yang senantiasa membuat
dia gundah gulana dalam kehidupan ini? Dia tidak merasakan kebahagiaan selama
hidupnya, kecuali tatkala dia mendapatkan harta, setelah itu, yang ada adalah
kesusahan didalam kehidupannya.
Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Kita ingin Ramadhan
tahun ini tidak seperti tahun lalu, Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam
mengatakan: syaqiyun abdun, adroka
Romadhon, tsuman tsalaqomin falam yukfarlahu “celaka seorang hamba yang bisa hadir di Bulan Ramadhan, ikut puasa di
Bulan Ramadhan tapi selesai Ramadhan dosa-dosanya tidak ada yang diampunkan
oleh Allah, tetap seperti dulu”. Dia membawa dosa
mungkin berlipat ganda, karena Ramadhan dia tidak bermakna, ketaqwaan yang
diharapkan dari puasa hilang dan sirna.
Sebelum kita bicara tentang bagaimana kita dapat meraih dan
menjadi orang yang paling baik puasanya, saya ingin menyinggung sedikit tentang
dimana letak kebahagiaan itu. Karena ada hubungan yang erat dengan Ramadhan
ini. Kita semua bekerja dari pagi sampai sore untuk apa? Untuk mendapatkan
sedikit harta, untuk memberikan makan kepada anak dan istri, seperti itu yang
kita lakukan, setiaap hari berputar seperti itu.
Diriwayatkan dalam hadits Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah
salallahu ‘alaihi Wassalam pernah berkata kepada Abudzar: ya Aba Dzar, ataro kasrotal malu huwal ghina “wahai Abu Dzar, apakah
menurutmu orang yang banyak harta itu orang kaya? Yang harta bendanya melimpah
ruah adalah orang yang kaya?” Abu Dzar mengatakan na’am iya wahai Rasulullah, orang yang kaya itu yang banyak
duitnya, yang punya kendaraan, rumah mewah dan semua fasilitas, itu orang kaya.
Lalu Rasulullah kembali mengatakan: wataro
killatal manhuwal faqod “dan
menurutmu orang yang sedikit harta itu orang yang fakir?” Kata Abu Dzar na’am, iya ya Rasulullah.
Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam ingin membetulkan
pandangan yang salah itu, beliau mengatakan kepada Abu Dzar, dan itu pandangan
kebanyakan menurut kita. Dimana kita kalau lihat fulan rumahnya besar,
kendaraannya mewah, usahanya banyak oh… itu orang kaya. Tapi kalau melihat
fulan yang usahanya bangkrut, cari makan susah, tidak punya kendaraan, itu
pasti orang miskin.
Rasulullah ingin membetulkan cara pandang yang salah. Karna
cara pandang ini membuat orang sengsara dalam kehidupannya. Beliau mengatakan: innamal ghina ghinal qolbi, wal fakru
fakrun qolbi, “kekayaan itu yang
sebenarnya adalah kekayaan hati, dan yang disebutkan kefakirran adalah
kefakiran hatinya”.
Walaupun bertumpuk bergelimangan harta, tapi kalau tidak ada
rasa kaya yang Allah berikan didalam hatinya, maka miskinlah orang itu, laisal ghina ankaf rotil arod “kekayaan itu bukan dengan banyaknya harta
benda, tidak”, walakinnal ghina
ghinal nafsih “tapi orang yang kaya
akan jiwanya, itulah orang yang kaya
sebenarnya, walaupun tidak memiliki harta”.
Kalau berbicara kekayaan, Rasulullah itu kaya apa miskin?
Rumahnya Rasulullah itu kecil, kira-kira ukuran 4x5 meter, dan semuanya disitu.
Seringkali Beliau bertanya kepada istrinya hal
indakum min syai’ “punya sesuatu yang
bisa dimakan?” Tidak ada kecuali air. Rasulullah mengatakan idzan ‘ana syo ‘im “kalau begitu saya puasa”
Begitupun tatkala seseorang merasa sedikit hartanya, tidak ada yang
dapat di makan, lalu bagimana jalan
keluarnya, ya berpuasa. Ternyata di dalam puasa itu ada jalan keluar dan solusi
dari berbagai permasalahan.
Allah Subhanallahi Wata’ala berfirman di dalam Surat An Nahl
ayat 97, tentang kebahagiaan di dunia ini, supaya kita tidak salah jalan dan
langkah, meraih sesuatu yang ternyata kita akan bawa pergi, atau kita akan
tinggalkan. Man ‘amila sholihan min
dzakarin ‘au untsaa “Barang siapa yang berbuat amal shalih, lelaki atau
perempuan” wahuwa mu’minun “dengan
syarat dia beriman” lantas apa yang akan Allah berikan kepada dia? Falanuh yiyyannahu hayyatan toyyibah
“Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan kebahagiaan didunia.
Kemudian Allah mengatakan walanaj
ziannahum ajrohum biakhsani maa kaanuw ya’maluun. “Allah akan berikan kepada merreka balasan atas amal shalih mereka,
balasan atas keimanan mereka, yang lebih baik dari perbuatan mereka”.
Maasyirol Muslimin
Rakhimakumullah,
Allah jala jalalu berfirman dalam Surat Al Baqarah Ayat 183: Ya ayyuhaladzi na’amanu qutiba
‘alaikumussyiyyam, kama qutiba ‘alalladzi naming qoblikum, la’allakum tattakuun.
“Wahai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas umat sebelum
kalian”.
Allah menghibur kita bahwa kewajiban ibadah puasa ini bukan
kewajiban pertama buat kalian, tapi orang-orang sebelum kalian sudah wajib
mengerjakan puasa. Tujuannya apa? La’allakum
tattakuun “agar kalian bertakwa kepada Allah Subhanallai Wata’ala”.
Ramadhan mengajarkan kita, agar kita menjadi orang yang
bertakwa, manusia yang tidak hanya memikirkan makanan, tidak hanya memikirkan
dunia saja, Rasulullah bersabda dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim, Beliau
mengatakan khoirukum qorniy "generasi terbaik diantara kalian
adalah generasi ku”, tsumma ladzi
nayalu nahum “kemudian generasi
terbaik sesudahnya adalah generasi para tabi’in”, tsumma ladzi nayalu nahum “kemudian
para tabi’it tabi’in”, jadi kalau kita mau contoh, jangan mencontoh orang
yang lahir sekarang, tapi contohlah mereka sahabat Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Yang Allah kasih jaminan surga bagi mereka, dan Allah ridho
kepada mereka. Karena apabila kita mencontoh orang yang masih hidup dimasa
sekarang ini, maka tidak ada jaminan mereka mati khusnul khotimah.
Lalu Rasulullah mengatakan: inna ba’dakum qouman “akan
datang setelah kalian suatu kaum, suatu masyarakat”, yakhunun wala yu’tamanun “yang
suka berkhianat tidak bisa dikasih amanah”. Wayash hadun, wala yutash haduun “Mereka adalah orang-orang yang menjadi saksi, tapi tidak layak mereka
dijadikan saksi sebenarnya”. Kita lihat mahkamah pengadilan yang ada
sekarang banyak saksi palsu didatangkan.
Lalu wayan dzirun wala
ya’fuun “mereka bernazar tapi tidak
pernah membayar nazar mereka”. Kemudian Rasulullah mengatakan wayaz haru fiy himus shiman “akan
muncul dimasa itu shiman, apa shiman itu? yaitu orang-orang yang suka
makan, yang kerjanya suka kuliner”. Bulan Ramadhan seharusnya tambah kurus,
tapi setelah Ramadhan terkadang ukuran celananya makin bertambah. Ada apa
dengan Ramadhannya?
Lalu bagaimana sekarang, supaya Ramadhan ini menjadi Ramadhan
yang terbaik buat kita? Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasssalam dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim
mengatakan: manshoma Rhomadona imanan
wah tisaban, ghufirolahu mattaqoddama min zambigh, “barang siapa yang berpuasa di Bulan Rhamadhan, karena iman (bukan
karna ikut-ikutan). Kalau ditanya kau kenapa puasa? Allah yang menyuruhku puasa.
Dan Ihtisyaban karena aku ini hamba,
aku ini adalah budak Allah yang selalu mengharapkan pahala dari Allah. ghufirolahu mattaqoddama min zambigh “Maka dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”
Maasyirol Muslimin
Rakhimakumullah,
Ada beberapa adab yang harus kita lakukan di Bulan Ramadhan:
pertama mensegerakan berbuka, Rasulullah mengatakan: orang itu akan senantiasa
berada diatas kebenaran, selama mereka mensegerakan berbuka, jadi ketika adzan
dikumandangkan, maka bersegeralah berbuka. Rasulullah melarang kita menyambung
puasa, tidak makan 2 hari atau 3 hari, itu tidak boleh.
Kemudian yang kedua: berbuka dengan kurma, Rasulullah
mengatakan kalau kalian akan berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, memang
tidak wajib, tapi usahakan kita berbuka dengan kurma setelah itu baru makanan
lainnya. Sehingga tatkala kita makan kurma, kita akan ingat Rasulullah yang
menyuruh kita. Lalu Beliau mengatakan kalau tidak ada kurma, hendaklah berbuka
dengan air, karna air itu membersihkan. Setelah itu kemana? Pergi ke Masjid
untuk Sholat berjamaah.
Kita ingat dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam: lisho’im farhatan “orang yang berpuasa memiliki dua
kegembiraan” farhatun ‘inda ifthori,
wafarhatun ‘indaliqo ‘irobbi “kebahagiaan
tatkala dia berbuka puasa dan kebahagiaan tatkala berjumpa Allah jala jalalu”.
Kita bahagia berjumpa dengan Allah dimana di dunia ini? Yaitu di dalam Sholat
dan nanti di akhirat berjumpa dengan Allah, barulah itu kebahagiaan yang lebih
sempurna lagi. Jadi tatkala selesai berbuka langsung ke masjid sholat berjamaah
dan bukan langsung makan sekenyangnya.
Kita lihat yang ketiga adabnya: berdoa ketika berbuka,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mengatakan inna lisho‘im, inda fitrihi, la da’watan maa turoodu “orang yang berpuasa ketika berbuka ada doa
mustajab yang tidak ditolak oleh Allah”. Hadits shahih ini diriwayatkan
Ibnu Majah. Karena do’a adalah inti dari sebuah ibadah.
Di dalam Surah Al Baqarah ayat 186 Allah juga menjelaskan ayat
tentang berdoa ini, turun ditengah-tengah ayat tentang puasa. Ya Ayyuhaladzi na’amanu Qutiba alaikum
mussyiam, terus nanti dibawahnya itu Allah mengatakan: waidza tsa’alaka ibadi ‘anni, fa’inni qoriib “kalau orang-orang bertanya tentang aku (wahai Muhammad) maka
sesungguhnya Aku dekat”. ‘ujibu
da’watadda ‘i idza da ‘an “Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepadaku”. Jadi saat kita mau berbuka, jangan
kita masih menyibukkan dengan aktifitas lain, usahakan kita berdo’a sebelum berbuka.
Berdoa apa saja yang kita mau.
Lalu ketika hendak makan berbuka, dengan atas nama siapa kita
makan? Dengan nama Allah, Bismillah,
setelah makan berbuka dianjurkan berdoa dzahabaz
dhoma’u wab talatil uruqu, watsabatal ajru insyaAllah. Selesai makan siapa
yang kita sebutkan Alhamdulillah.
Maasyirol Muslimin
Rakhimakumullah,
Itulah adab tentang
berbuka, selanjutnya adalah adab sahur. Rasulullah juga menganjurkan setiap
kali kita sahur, dengan memakan kurma, meskipun setelah itu kita makan yang
lain, dan Beliau menyuruh kita setiap puasa harus ber-sahur walau dengan air. Maksudnya
apabila kita malas untuk makan sahur, maka maka Rasulullah menganjurkan untuk
bersahur walau dengan air.
Kenapa Rasulullah
menganjurkan kita sahur? Beliau mengatakan fa’inna
fissahuri barokah “pada makan sahur
itu ada berkah” berkahnya bukan cuma makanan, tapi berkah waktunya, waktu
sahur adalah bukan waktu malam, tapi waktu mendekati subuh. Karena ketika
itulah waktunya beristighfar. Allah
bercerita tentang penghuni surga wabil
asharihum yastaghfiruun “dan diwaktu
sahur mereka beristighfar”. Maka tatkala kita akan makan sahur, bukan hanya nonton TV sambil menunggu istri
menyiapkan hidangan, tapi sempatkan perbanyak istighfar Robbigh firli watub alayya innaka
antattawwabul ghofur.
Kemudian di Bulan
Ramadhan kita juga dianjurkan bersedekah, memang itu tidak wajib, kita tidak
bersedekah Allah tidak butuh itu, tapi justru kita yang butuh pada Allah jala
jalalu. Karena sedekah itu untuk mensucikan jiwa. Rasulullah Shalallahy ‘Alaihi Wasallam
mengatakan kaana ajwa dannas “beliau adalah orang yang paling dermawan”
wakaana ajwaduma yakunu fiy Ramadhan
“Beliau lebih dermawan lagi kapan? Ketika
Ramadhan”
Kemudian sholat
tarawih, itu juga untuk melatih jiwa kita. Kebanyakan diantara kita yang
bekerja shift malam, jadi saat sholat tarawih tidak bisa ikutan berjamaah.
Perlu kita ketahui bahwa sholat Tarawih tidak harus di masjid, bisa kita
lakukan dirumah sendirian atau dimanapun tempat sholat. Usahakan untuk tetap
Sholat Tarawih apakah itu 23 rakaat, 17, 11, 9 ataupun 5 rakaat, usahakan untuk
tetap menjaga sholat malam Tarawih tersebut. Karna itu termasuk adab di Bulan
Ramadhan ini. Untuk mendidik kita kalau kita ini hambanya Allah.
Lalu i’tkaf di masjid
juga termasuk adab di sepuluh hari terakhir atau di malam-malam ganjil disaat
Ramadhan terakhir. Karna disitu ada Lailatul Qodar, malam yang lebih baik
daripada seribu bulan. Kemudian di akhir Ramadhan kita disuruh untuk berzakat
Fitrah, itu untuk melatih jiwa kita.
KHUTBAH KEDUA
Maasyirol Muslimin
Rakhimakumullah,
Selain adab yang telah
kita sebutkan diatas, ada syarat lain agar puasa kita lebih baik yaitu dengan
meninggalkan kemaksiatan. Jadi kalau Ramadhan tetap berbuat dosa, tetap ngomong
yang tidak enak, tetap berburuk sangka dengan orang, tetap mengumpat, maka
tidak ada artinya puasa itu.
Memang puasa kita
tidak batal apabila kita tetap melakukan perbutan tersebut, kita tau ngomongin
orang tidak membatalkan puasa, kita tau melihat kemaksiatan tidak membatalkan
puasa, tapi kata Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam: “barang siapa ketika berpuasa, tidak meninggalkan ucapan palsu, dan
perbuatan palsu, apakah itu nipu orang, bohongin orang, maka Allah tidak butuh
dengan puasamu.” Kenapa?
Sebelum Ramadhan yang
namanya menipu orang itu sudah haram, dan makan kurma, es campur sebelum
Ramadhan itu semua halal. Tapi apabila ketika puasa Ramadhan, kita tinggalkan
yang halal sementara yang haram kita lakukan, maka tidak ada gunanya puasa tersebut.
Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam pernah ditanya oleh seorang lelaki: “Mujahid mana yang paling besar pahalanya wahai Rasulullah?” Apa
kata Rasulullah: yang paling banyak dzikirnya kepada Allah. Lalu ditanya
kembali Rasulullah: orang puasa mana yang paling baik? Kata Rasulullah orang
yang paling banyak dzikirnya. Maka dzikir itu tadilah amalan-amalan kita
sebelum berbuka, ketika sahur, ketika berkendaraan, ketika kerja teruus kita
berdzikir di Bulan Ramadhan ini. InsyaAllah puasa kita menjadi puasa yang
terbaik. Haza huAlla bissawab.
DK