"Mbah Gotho meninggal tadi sekitar pukul 17.45 WIB," ucap Suryanto, cucu Mbah Gotho, Minggu 30 Mei 2017 malam.
Wafatnya Mbah Gotho kemudian menuai perhatian dunia. Media-media asing juga memuat kabar tentang pria yang hidup lebih dari satu abad itu.
Situs berita Asia, Eropa, Inggris dan Amerika di antara yang mengangkat kisah tersebut.
Melalui artikel berjudul "Oldest human dies in Indonesia 'aged 146", BBC menuliskan kisah rahasia umur panjang pria perokok berat itu.
Dalam wawancara dengan media Inggris tersebut, Mbah Gotho mengatakan "karena banyak orang yang mencintai dan memperhatikan saya".
Situs Inggris Daily Mail juga tak mau ketinggalan turut mengulas dalam tulisan berjudul 'World's 'oldest person' who outlived FOUR wives and claimed to be 146 years old dies in Indonesia', mengangkat tahun kelahiran Mbah Gotho.
Situs itu menyebut, jika benar Si Mbah lahir pada 1870, dirinya lahir di tahun yang sama dengan pemimpin faksi Bloshevik, Vladimir Lenin, dan satu tahun setelah Terusan Suez resmi di buka.
Laman itu juga memaparkan bahwa Mbah Gotho hidup pada masa Perang Dunia kedua, saksi hidup di masa penjajahan Jepang dan Belanda di Indonesia yang membuat dirinya dikenal sebagai pahlawan di desa.
Daily Mail juga menuliskan bahwa jika benar Mbah Gotho terkonfirmasi berusia 146 tahun, dirinya merupakan manusia tertua di dunia mengalahkan Jeanne Calment asal Prancis yang meninggal pada usia 122 tahun.
Media Asia Channel News Asia juga menyoroti kisah Mbah Gotho, dalam artikel berjudul "Indonesia's oldest man dies at 146". Dalam tulisan itu, si Mbah berkata bahwa hidup adalah masalah menerima takdir dengan sepenuh hati.
"Saya ingin mati sejak lama. Istri, anak, dan saudara kandung semuanya sudah meninggal, tapi Gusti Allah selalu memberikan saya umur panjang," kata Mbah Ghoto dalam artikel tersebut.
Situs Rusia, RT News mengulas dalam tulisan berjudul "World’s ‘oldest person’ dies at age of 146 in Indonesia" bahwa Mbah Gotho dimakamkan di sebuah pemakaman setempat yang tanahnya ia beli beberapa tahun lalu, dengan batu nisan dari pembelian tahun 1992.
Sang cucu berkata Mbah Gotho tidak banyak meminta. Sebelum meninggal, dia hanya menginginkan keluarga untuk mengikhlaskan kepergiannya kelak.
Pada Rabu, 12 April 2017, Mbah Gotho dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soehadi Prijonegoro, Sragen Jawa Tengah karena kesehatannya yang memburuk.
Enam hari kemudian, ia bersikeras untuk keluar dari rumah sakit dan melakukan perawatan di rumah.
Suryanto yang merupakan cucu dari Mbah Gotho mengatakan sejak enam hari terakhir, kakeknya tidak mau makan jika tidak disuapi.
Sepulang dari rumah sakit Mbah Gotho hanya makan sesendok bubur dan minum sedikit.
Dirinya juga menjelaskan, meskipun tidak mau makan namun kakeknya masih bisa berkomunikasi. Hanya menjelang beberapa hari kematiannya Mbah Gotho menolak untuk makan dan minum.
Sumber: