“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Tuesday, May 16, 2017

Larangan Menyingkat Sholawat Nabi dengan SAW

Seringkali kita membaca beberapa artikel yang didalamnya ada menyingkat tulisan sholawat, misalnya: Allah SWT mengutus Rasul-Nya SAW sebagai rahmatan bagi alam. Kadang dalam tulisan Arab, disingkat: صلعم, atau huruf ص saja. Nah, sholawat yang disingkat itu, apakah bisa disebut sholawat? Dan bagaimana hukum menyingkat tulisan sholawat?

Berikut beberapa keterangan ulama yang menerangkan agar menyingkat sholawat semacam itu jangan lagi dilakukan:

Pertama, keterangan Ibnu Sholah (w. 643 H), ahli hadits penulis kitab mustholah hadis, yang dikenal dengan Muqaddimah Ibnu Sholah, menyatakan:

ينبغي له أن يحافظ على كتابة الصلاة والتسليم على رسول الله صلى الله عليه وسلم عند ذكره ، ولا يسأم من تكرير ذلك عند تكرره فإن ذلك من أكبر الفوائد التي يتعجلها طلبة الحديث وكتبته ، ومن أغفل ذلك فقد حرم حظا عظيما

Selayaknya penulis berusaha menjaga penulisan sholawat dan salam untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebut nama beliau. Dan tidak merasa bosan dengan mengulang-ulang tulisan sholawat, ketika mengulang penyebutan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena ada faedah besar yang segera didapatkan oleh penulis hadis dan tulisannya. barangsiapa melalaikan hal ini, berarti dia dijauhkan dari keberuntungan yang besar.

Kemudian Ibnu Sholah menyebutkan dua hal yang selayaknya dijauhi:
ثم ليتجنب في إثباتها نقصين
أحدهما : أن يكتبها منقوصة صورة رامزا إليها بحرفين أو نحو ذلك
والثاني : أن يكتبها منقوصة معنى بأن لا يكتب ( وسلم ) وإن وجد ذلك في خط بعض المتقدمين

“Kemudian hendaknya dijauhi dua penulisan sholawat yang kurang:

1. Sholawat ditulis dengan teks yang kurang (singkatan), dengan dibuat rumus dua huruf atau semacamnya.

2. Sholawat ditulis dengan kalimat yang kurang maknanya, seperti dengan tidak menulis kalimat ‘wa sallam’ [hanya menulis: shallallahu ‘alaihi], meskipun semacam ini dijumpai dalam karya ulama masa silam (Muqaddimah Ibn Sholah, hlm. 105).

Kedua, keterangan Imam Jalaluddin As-Suyuthi (w. 911 H) dalam Tadrib ar-Rawi fi Syarh Taqrib An Nawawi,

ويكره الاقتصار على الصلاة أو التسليم هنا وفي كل موضع شرعت فيه الصلاة كما في شرح مسلم وغيره لقوله تعالى : ( صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ) …. ويكره الرمز إليهما في الكتابة بحرف أو حرفين كمن يكتب ( صلعم ) بل يكتبهما بكمالها

"Menyingkat sholawat dan salam di sini hukumnya makruh, dan di setiap kesempatan yang disyariatkan untuk bersholawat. Sebagaimana dinyatakan dalam Syarh Shahih Muslim dan lainnya. Berdasarkan firman Allah, yang artinya, ‘Berilah shalawat dan salam kepadanya’… dimakruhkan membuat rumus ketika menulis sholawat, baik dengan satu huruf atau dua huruf, seperti orang yang menyingkat dengan tulisan: صلعم , namun dia tulis secara lengkap (Tadribur Rawi, 2:76).

Ketiga, al-Allamah as-Sakhawi (w. 902 H) mengatakan:

واجتنب أيها الكاتب ( الرمز لها ) أي الصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم في خطك بأن تقتصر منها على حرفين ونحو ذلك فتكون منقوصة – صورة – كما يفعله ( الكتاني ) والجهلة من أبناء العجم غالبا وعوام الطلبة ، فيكتبون بدلا من صلى الله عليه وسلم () أو () أو ( صلعم ) فذلك لما فيه من نقص الأجر لنقص الكتابة

Wahai para penulis, hindarilah menulis SAW atau rumus lain untuk sholawat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tulisanmu.

Dengan kamu singkat dengan dua huruf atau semacamnya, sehingga teksnya kurang. Sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Kitani dan orang-orang yang awam dengan agama. Mereka menulis singkatan pengganti untuk shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan huruf ص atau صم, atau صلعم. Penulisan shalawat semacam ini mengurangi pahala karena teksnya tidak lengkap  (Fathul Mughits Syarh Alfiyah al-Hadits, 2:182).

Keempat, keterangan Imam Ibnu Baz (w. 1420 H) dalam Fatwa beliau, ketika ditanya tentang hukum menyingkat shalawat. Beliau mengatakan:

هذا لا ينبغي، بل ينبغي لمن كتب اسم النبي صلى الله عليه وسلم أو نطق به أن يصلي عليه صلاة كاملة يقول: صلى الله عليه وسلم، ولا يقول: (صلعم)، ولا: (ص) فقط، فهذا كسل لا ينبغي، بل السنة والمشروع أن يكتب الصلاة صريحة، فيقول: صلى الله عليه وسلم، أو عليه الصلاة والسلام ؛ لأن الله جل وعلا قال: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

ويقول النبي صلى الله عليه وسلم: ((من صلى علي واحدة صلى الله عليه بها عشراً)) ، وجاء عنه ((أن جبريل أخبره أن من صلى عليه واحدة، صلى الله عليه بها عشراً ومن سلم عليه واحدة سلم الله عليه بها عشراً))، الحسنة بعشرة أمثالها

Menyingkat sholawat ini tidak selayaknya dilakukan. Yang layak dilakukan untuk orang yang menulis nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyebut nama beliau, untuk membaca sholawat kepada beliau secara sempurna. Dia tulis lengkap: shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh disingkat: (صلعم) atau huruf (ص) saja.

Hal seperti ini adalah tindakan malas yang tidak selayaknya dilakukan. Yang sesuai sunnah, shalawat ditulis jelas, shallallahu ‘alaihi wa sallam atau ‘alaihis shalaatu was salaam. Karena Allah ta’ala berfirman, yang artinya,

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya memberikan shalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berilah shalawat dan salam kepada beliau.” (QS. Al-Ahzab: 56).

Kemudian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Siapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali." (HR. Muslim No. 408)

Dalam riwayat yang lain, dinyatakan:
“Sesungguhnya jibril memberi kabar kepadaku, bahwa siapa yang memberikan shalowat untukku sekali maka Allah akan memberikan shalawat untuknya 10 kali. Siapa yang memberikan salam untukku sekali maka Allah akan memberikan salam untuknya 10 kali.”


Orang yang Enggan Bersholawat

Adapun orang – orang yang enggan bershalawat jika disebut nama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam maka mereka termasuk orang yang bakhil alias kikir atau pelit alias medit. Hal ini berdasarkan dalil: 

البَخِيلُ مَن ذُكِرثُ عِندَهُ فلم يُصَلِّ عَليَّ

” Orang yang kikir adalah orang yang ketika namaku disebut disisinya ia tidak bershalawat kepadaku”. (Hadits shahih dalam Shahih Al-Jami’ no.2878, Shahih At-Tirmidzi no. 3546).


Sejarah Orang Yang Menyingkat Sholawat Nabi

Keterangan Syaikh Bakar Abu Zaid. Pada kitab Mu’ jam Al-Manaahii Al_lafzhiyyah, karya syaikh Bakar Abu Zaid Rahimahullah halaman 339 – 351 dikatakan “ (disebutkan) pada kitab At-Tadzkirah At-Timuuriyyah, tentang singkatan shad lam mim ( صلعم ) adalah tidak boleh. Bahkan yang wajib adalah bershalawat dan mengucapkan salam. (Dari kitab al- fataawaa al-haditisyyah, karya Ibnu Hajar Al-Haitami, jilid 1, hal.548 pada manuskrip. Dan hal. 168 pada cetakan).

“ini menunjukkan bahwa singkatan atau susunan kata yang dimurkai ini sudah ada sejak zaman Ibnu Hajar (Al-haitami). Sedangkan Ibnu Hajar wafat pada tahun 974 hijriyah. Dan sebelumnya, Al-Fairuz Abadi telah mengisyaratkan tentang hal ini dalam kitabnya Ash-Shilaat Wa Al-Busyr, ia berkata “ Tidak boleh lafazh shalawat (kepada Nabi) disingkat seperti yang dilakukan oleh sebagian orang malas, bodoh dan penuntut ilmu yang masih awam. Mereka menulis shad lam mim ( صلعم ) sebagai ganti dari shallallahu ‘alaihi wasallam”.

Pada kitab yang sama halaman 188-189 disebutkan, “ nampaknya singkatan ini sudah ada sekitar tahun 900 Hijriyah. Telah diterangkan pada kitab syarh Alfiyyah Al-Iraqi Fi Musthalah Al-Hadits, yaitu pada ucapan An-Nazhim:

“Dan jauhilah kode (singkatan) untuk (shalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘aklaihi wasallam) atau menghapusnya”.

Maksudnya, jauhilah singkatan shalawat kepada nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau menghapus salah satu hurufnya. Akan tetapi tunaikanlah (shalawat) dengan ucapan dan tulisan. Kemudian pensyarah kitab tersebut, Syaikh Zakariya Al-Anshari menyebutkan, bahwasanya syaikh An-Nawawi telah menukil ijma’ dari para ulama akan sunnahnya bershalawat kepada nabi baik secara lisan maupun tulisan. Jadi bukan termasuk sunnah menyingkat lafazh shalawat dengan beberapa huruf tertentu”.

Syaikh Bakar melanjutkan, “ Kemudian syaikh Al-Anshari menyebutkan, bahwa orang yang pertamakali menyingkat shalawat dengan huruf shad lam mim ( صلعم ) dipotong tangannya, Wal ‘iyaazu billaah. Sementara itu syaikh Al-Anshari wafat pada abad ke-10 hijriyah (yakni tahun 926 Hijriyah).


Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat,
DK

Sumber: