“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Tuesday, November 8, 2022

Mengenal Jenis Suntik atau Injeksi

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Sejak pandemi COVID 19 sering kali kita mendengar suntikan vaksin, sebenarnya bagian mana saja yang biasa dilakukan penyuntikkan atau injeksi tersebut. Kita perlu mengetahuinya karena suatu saat apabila kita jauh dari rumah sakit dan saat itu kita terpaksa harus melakukan injeksi dikarenakan kondisi darurat sebagai contoh orang yang terkena radang sendi, mau tidak mau dia harus sedia suntikan anti radang sendiri suatu waktu sendinya terasa sakit. Lantas jenis suntikan yang bagaimana yang biasa kita lakukan pada anggota tubuh kita? Ikuti penjelasannya berikut ini.

Penyuntikan, atau sering disebut injeksi dalam istilah medis menjadi salah satu tindakan medis yang sangat sering dilakukan. Setidaknya, sekitar 90 persen dari tindakan ini dilakukan dengan tujuan terapeutik (terapi atau perawatan), sisanya kebanyakan bertujuan untuk tindakan pencegahan, seperti misalnya vaksin.

Penyuntikan harus dilakukan oleh tenaga profesional dan berhati-hati, karena banyak risiko yang bisa menyertai. Peralatan yang digunakan harus terjaga kebersihan dan steril, karena peralatan injeksi dapat menjadi media penyebaran maupun penularan penyakit karena virus. 

Berikut jenis suntik (injeksi) yang biasa di berikan:

1. Intravena (Suntikan pada Pembuluh Darah)

Perlu sobat ketahui untuk suntikan melalui intravena ini sering dilakukan oleh tim medis biasanya pada saat transfusi darah, atau saat pemberian cairan infus dimana obat diberikan langsung ke dalam pembuluh darah menggunakan jarum atau tabung.

Suntikan intravena pada infus

Penggunaan suntikan secara intravena sering digunakan karena dapat memberikan dosis obat yang besar dan cepat. Misalnya, dalam beberapa situasi, seseorang harus menerima obat dengan sangat cepat, seperti ketika mengalami serangan jantung, stroke, atau keracunan. Pemberian obat melalui suntikan intravena ini dinilai membantu mengirim obat langsung kepada pembuluh darah. 

Sementara itu, ada pula kondisi yang memungkinkan pemberian obat secara perlahan tetapi terus-menerus. Pemberian secara injeksi intravena ini juga bisa jadi cara yang terkontrol untuk memberikan obat dari waktu ke waktu. Lalu, jenis obat tertentu yang dikonsumsi secara oral akan dipecah oleh enzim pada organ hati, sehingga kinerja obat pun menjadi kurang maksimal. Oleh karena itulah, pemberiannya bisa dilakukan melalui suntikan intravena. 

Pemberian obat melalui metode ini dilakukan dengan memasukkan jarum pada vena di pergelangan tangan, siku, atau punggung tangan. Biasanya, penggunaannya tidak lama, seperti ketika kunjungan singkat di rumah sakit, memberikan obat penghilang rasa sakit selama operasi, atau antibiotik. 


2. Intramuskular (Suntikan pada Otot)

Injeksi intramuskular dilakukan dengan cara menyuntikkan obat penggunakan jarum suntik pada otot, sebagai contoh pada suntik vaksin atau suntik antibiotik.

Biasanya orang-orang dengan kondisi tertentu seperti multiple sclerosis (gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang) dan rheumatoid arthritis (radang sendi) juga perlu melakukan suntik ini secara mandiri.

Dokter bisa melakukan injeksi intramuskular jika tidak dapat menemukan pembuluh darah (intravena) yang tepat, obat tertentu yang justru akan mengiritasi pembuluh darah, atau sistem pencernan yang membuat obat menjadi tidak efektif. Injeksi ini juga memiliki keunggulan lainnya, yaitu obat mudah terserap, karena otot memiliki pasokan darah yang banyak, pun jaringannya mampu menampung lebih banyak obat dibandingkan dengan jaringan lemak.

Suntikan Intramuskular pada Vaksin

Ada empat lokasi yang biasanya dituju ketika hendak melakukan injeksi intramuskular yaitu: lengan bagian atas, panggul, bokong, paha.

Supaya kamu bisa menentukan tempat terbaik untuk injeksi, kamu sebaiknya mencatat atau mengingat, bagian tubuh mana yang pernah mendapatkan injeksi. Jangan lupa catat pula tanggal, hari, jam, dan jenis obat yang kamu terima. 

Penting untuk memilih lokasi injeksi yang berbeda untuk setiap tindakan untuk menghindari munculnya bekas luka dan perubahan warna kulit. Setidaknya, lokasi injeksi baru harus berjarak 1 inci dengan lokasi sebelumnya. Jadi, kalau kamu hendak melakukan injeksi di rumah sakit, beritahukan pada dokter lokasi terakhir injeksi yang kamu dapatkan.


3. Intradermal (Suntikan pada Kulit)

Jenis injeksi ini biasa dilakukan pada suntikan alergi. Suntikan alergi dilakukan melalui tes sensitivitas terhadap alergen ketika mendiagnosis penyakit seperti TBC dan brucellosis.

Intradermal pada suntikan alergi

Dalam Injeksi intradermal, obat dikirim langsung ke dalam dermis (lapisan tengah kulit), yaitu lapisan yang berada tepat di bawah epidermis kulit (lapiran terluar kulit). Suntikan sering diberikan pada sudut 5 sampai 15 derajat dengan jarum pada kulit pasien. Penyerapan obat membutuhkan waktu paling lama ketimbang injeksi intravena dan intramuskular.

Oleh karena itu, jenis intradermal sering digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes tuberkulin dan alergi, dan tes anestesi lokal. Reaksi yang disebabkan oleh tes ini mudah dilihat karena lokasi suntikan pada kulit. Bagian tubuh yang sering dijadikan lokasi suntikan intradermal adalah lengan bawah dan punggung bawah.

Untuk melakukan tindakan ini dibutuhkan jarum suntik maksimal 1 mililiter, obat lepas lambat dan jarum pendek hingga 1,5 sentimeter. Pada penyuntikan intradermal, daerah kulit yang dipilih bukan area yang mudah luka atau infeksi (misalnya di deltoid). Regangkan kulit dengan jempol dan telunjuk, tusukkan jarum perlahan sekitar 2 mm di bawah dan hampir sejajar dengan permukaan kulit. Benjolan pucat yang memperlihatkan permukaan folikel rambut pada kulit tempat suntikan adalah tanda suntikan diberikan dengan benar.


4. Injeksi Subkutan (Suntikan pada Bawah Kulit)

Jenis injeksi ini dilakukan dengan jarum kecil pendek dan halus sepanjang 1,5 hingga 2 sentimeter dengan diameter jarum suntik 2 atau 2,5 mililiter. Injeksi ini dianjurkan untuk semua zat yang perlu diserap sangat lambat.

Beberapa contoh suntikan ini yaitu pada pasien yang mengalami nyeri hebat hingga harus diberi suntikan morfin atau pasien lemah denyut jantung yang harus diberi suntikan atropin. Contoh lainnya seperti vaksin campak, vaksin mumps, insulin, antibodi monoklonal, interferon, heparin, dan faktor pertumbuhan hematopoietik.

Injeksi subkutan pada pemberian insulin

Injeksi subkutan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode injeksi yang lain, yaitu tidak diperlukannya keterampilan khusus untuk tindakan, lokasi penyuntikan yang bisa berpindah-pindah untuk obat dengan dosis multipel, efek nyeri yang lebih minimal, serta risiko infeksi yang lebih rendah daripada injeksi intravena atau intramuskular.

Meskipun memiliki banyak keuntungan, injeksi subkutan juga masih memiliki beberapa kekurangan, terutama pada penyuntikkan berulang. Injeksi subkutan berpotensi menghasilkan tingkat absorpsi obat yang berbeda pada setiap waktu penyuntikkan pada satu pasien yang sama. Selain itu, pada penyuntikkan berulang, ada risiko timbulnya ketidaknyamanan, nyeri, serta kelainan kulit lokal pada area penyuntikkan.

Untuk melakukannya, kamu harus menusuk jarum ke bawah kulit dengan sudut 45° ke dalam jaringan lemak subkutan. Jangan terlalu dalam sehingga menembus otot di bawahnya. Tarik pendorong pada semprit untuk memastikan tidak ada darah (jika ada, tarik jarum perlahan dan coba lagi). Suntikkan obat dengan menekan pendorong pada semprit pelan-pelan hingga obat habis. Lepaskan jarum dan tekan kuat-kuat bekas suntikan dengan kapas atau kain kecil.

Demikianlah informasi tentang jenis suntikan yang biasa dilakukan oleh tim medis, semoga bisa membantu sobat blogger untuk bisa memahaminya.

Wassalam,
DK

Sumber:

No comments:

Post a Comment