“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, April 28, 2017

Khutbah Jum'at - Dermawanku Salah Alamat


Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Biasanya apabila kita pulang kampung setelah sekian lama kita bekerja disuatu daerah, maka kita akan membawa uang yang banyak, membawa harta yang berlimpah ruah. Apa sebenarya tujuan mengumpulkan harta itu? Apa untuk di tabung, atau untuk biaya silaturahmi pulang kampung? Kalau kita lihat semua orang punya target masing-masing, semua punya cita-cita, semua punya angan-angan, dia kepingin bikin rumah, dia kepingin nyekolahkan anaknya, dia ingin membeli kendaraan, teruus dia kumpulkan harta itu.

Ama ba’du 
(Surat At Tawbah – 55)

Tapi harus diingat, bahwasannya setiap rupiah yang kita kumpulkan, maka akan ada hisabnya dihari kiamat kelak. Tinggal kita bisa jawab tidak pertanyaannya nanti. Karena ada dua pertanyaan buat orang yang memiliki harta, min ainak tasabahu, wafiymaan faqoh“dari mana kaudapatkan harta itu, dan kemana kau pergunakan”  dua pertanyaan inilah yang harus kita siapkan jawabannya.

Itulah kenapa orang miskin 500 tahun lebih dahulu masuk surga, dibandingkan orang kaya.  Seperti kita ketahui bahwa Rasulullah salallahu alaihi wassalam itu tidak punya apa-apa dirumahnya, kadangkala sehari beliau makan, sehari tidak makan. Bahkan Rasulullah itu sering berpuasa bukan karena niat puasa, beliau datang kerumah istrinya, "wahai istriku apakah ada yang biasa dimakan?" Apa kata istrinya? "Tidak ada yang bisa dimakan ya Rasulullah, kecuali air yang kita punya". Tapi kalau beliau lagi punya makanan atau rizki, maka beliau akan habiskan buat bersedekah kepada orang yang lebih memerlukannya.

Di akhir hayat Rasulullah pun tidak ada satupun warisan yang beliau tinggalkan, bahkan baju besinya dalam kondisi digadaikan, hanya untuk biaya makan, bukan untuk bangun rumah, bukan pula untuk beli kendaraan.

Ada seorang sahabat, dia termasuk seorang mukhadron yang hidup di zaman jahiliah yang cukup lama, dia datang kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam, ketika dia masuk Islam dan dia berhijrah ke Madinah, namanya Hakim bin Hizam bin Khuwailid. Dia sebenarnya orang yang mampu dan kaya.

Hakim berkata sya’altu ya Rasulullah salallahu ‘alaihi wasalam,  “Aku minta uang kepada Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam”, fa’athoni “maka Rasulullah pun memberinya uang kepadanya” tsuma sa’altu “kemudian aku meminta lagi", fa’athoni “dan dikasih lagi aku oleh Rasulullah salallahu’alaihi wassalam” 

Tsumma qola Rasulullah salallahu’alaihi wassalam “Lalu Rasulullah berkata memberikan nasehat kepada Hakim tentang masalah harta ini": Rasulullah mengatakan, "wahai Hakim, sesungguhnya harta ini manis rasanya, hijau warnanya, maka barang siapa yang mengambil harta itu, yang diberikan dengan hati yang penuh kedermawanan dan kebaikan hatinya, maka Allah akan kasih berkah di harta itu.  Sebaliknya, barang siapa yang mengambil harta itu dengan ambisi dan nafsu, maka Allah tidak akan memberkahi harta tersebut."

Kata Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam tentang orang yang mengambil harta dengan ambisi itu seperti orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang, ibarat orang yang minum air laut semakin diminum semakin haus. Lalu Rasulullah mengatakan kepada Hakim, bahwasannya tangan yang di atas adalah lebih baik daripada tangan yang dibawah, artinya orang yang suka bersedekah itu lebih baik dari pada orang yang menerima sedekah tersebut.

Oleh sebab itu jadilah orang yang selalu memberi, jadilah orang kaya yang bersukur dan suka bersedekah, karena lebih baik kata Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam daripada orang miskin yang suka meminta-minta terus. Jadilah orang kaya yang memberikan kontribusi kepada umat, yang bisa mengeluarkan umat dari kemiskinan, dan menyelamatkan mereka dari tangan-tangan kekufuran.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Hakim, ketika mendapatkan nasehat dari Rasulullah salallahu ‘alaihiwassalam tersebut, lalu dia mengatakan: “Ya Rasulullah, demi Dzat yang mengembalikan penciptaannya, aku tidak akan meminta-minta kepada seseorangpun setelah aku minta kepadamu ini ya Rasulullah, sampai aku mati”. Maka Hakim benar-benar memenuhi sumpah dia. 

Dimasa pemerintahan Abu Bakar, Hakim dipanggil untuk pembagian harta dari Baitul Mal, yang mana setiap keluarga mendapatkan jatah pembagian harta tersebut, akan tetapi Hakim tidak mau terima harta tersebut. Lanjut kemasa pemerintahan Umar bin Khattab-pun Hakim dipanggil, dan diapun kembali menolak harta tersebut untuk diterimanya. Akhirnya Umarpun berkata kepada para sahabatnya: wahai kaum muslimin, kalian jadi saksi semua bahwasannya aku sudah kasih Hakim bagian dia yang sudah Allah bagikan untuk dia, dan dia tidak terima. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Kita lihat bagaimana seorang muslim terhadap harta, janganlah terlalu ambisi untuk mendapatkan harta itu, karna harta bukanlah ukuran untuk seseorang dicintai oleh Allah. Sebagian orang berpikiran, kalau anaknya pulang merantau dan pulang membawa uang yang banyak, maka dia berpikir bahwa anaknya berhasil di perantauan. Tapi kalau anaknya pulang merantau tidak membawa apa-apa, maka orang berpikir bahwa orang tersebut tidak ada apa-apanya atau gagal.

Padahal dunia inilah yang tidak ada harganya, dan tidak ada apa-apanya. Kata Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam: “Andaikata dunia ini dan isinya ada nilainya disisi Allah seperti satu sayap nyamuk, maka orang kafir tidak akan dikasih minum walaupun satu teguk”. Kadangkala kita bunuh nyamuk, cobalah kita pegang dan lihat lah salah satu sayap nyamuk tersebut, dan kita ingat hadits Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam tadi, supaya kita tahu bahwasannya dunia ini tidak ada harganya dibandingkan satu sayap nyamuk tersebut.

Buktinya orang kafir banyak yang kaya raya, punya gedung bertingkat, punya perusahaan yang banyak, berhasil dalam dunia ini, tapi dunia ini memang tidak ada artinya buat Allah, tidak ada nilainya, kalau ada seperti satu sayap nyamuk maka orang kafir tidak akan dikasih minum sedikitpun.
Jadi kalau kita lihat orang, jangan dilihat dari hartanya. Rasulullah mengatakan: "kau jangan heran dengan harta mereka, dengan anak-anak mereka yang sukses, yang mungkin jadi pejabat, jadi orang-orang terkenal, jangan kau terheran-heran."

Apa kata Allah dalam Surat At Tawbah ayat 55:

“dengan harta yang Allah berikan kepada mereka, dengan kesuksesan yang diberikan kepada anak-anaknya, apa tujuannya? Allah akan mengazab mereka dengan hartanya tersebut didalam kehidupan dunia”. Jadi azab buat mereka, dan mereka akan mati dalam keadaan kafir kelak, Na’udzubillahi mindzalik.

Ingat… jadi dunia itu bukan ukuran, tapi kalau orang kafir betul, karena orang kafir itu ukurannya adalah dunia. Kita kalau mau mengukur seseorang, bisa kita lihat dari pakaiannya, dari sepatunya, dari kacamatanya, bahkan dari jam tangannya. Itulah ukuran seseorang menurut orang kafir yang dilihat dari penampilannya.

Rasulullah mengatakan: inallaha yu’fiddunya manyuhib, wamanla yuhib “Allah berbagi dunia ini kepada semua orang, yang Allah cintai Allah kasih, yang Allah bencipun Allah kasih”, wala yu’til imaan ilaman yuhib “tapi Allah tidak berbagi keimanan kepada orang yang tidak Allah cintai”

Jadi kalau kita melihat anak kita beriman, anaknya ke masjid, anaknya mengaji, harapannya mudah-mudahan anak kita itu dicintai oleh Allah subhanallahi wata’ala. Tapi kalau melihat anaknya dengan harta yang banyak melimpah ruah, belum tentu dia dicintai oleh Allah.

Allah subhanallahi wata’ala berfirman didalam Surat Saba ayat 37:
“Tidaklah harta kalian, anak-anak kalian itu sebagai tanda kecintaan Rob kepada kalian”, terkadang kita berpikir orang yang dicintai Allah itu hartanya banyak, kadangkala mereka mengatakan, "Allah itu cinta kepadaku", buktinya apa? "Hartaku bertambah terus, anak-anakku diterima diperguruan tinggi terkenal", ternyata tidak kata Allah. “Orang yang dicintai Allah itu adalah orang yang beriman yang beramal sholeh”, itulah yang dicintai oleh Allah.

Kemudian Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Didalam Surat Al Fajr Ayat 15-20, Allah jala jalalu menceritakan tentang pandangan orang kafir:
fa’amal insanu idza mabtalahu robbuhu fa’akromahu wala ‘amahu fayakulu robbi akroman “adapun orang yang kalau diluaskan rizkinya diberi kedudukan, diberi jabatan, dia mengatakan” robbi akroman “Robku memuliakan aku”
wa’amma idza mabtalahu faqoddaro alaihi rizqohu “adapun ketika disempitkan rizkinya", cari kerjaan susah, buka usaha bangkrut, dia mengatakan Robbi ahanan “Allah menghinakan aku

“Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, sedangkan kamu memakan harta warisan dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang haram), dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan."

Ukuran orang yang dicintai oleh Allah bukan itu, bukan karna harta dan bukan karena kesuksesan didunia. Jadi kita harus tau bahwa harta pada hakikatnya adalah fitnah, adalah ujian dari Allah subhanallahi wata’ala buat kita yang memilikinya.  

Allah mengatakan dalam Surat Al Munafiqun Ayat 9: ya ayyuhaladzi na’amanu “wahai orang-orang yang beriman” laatulhikum amwalukum wala awladukum andzikrillah “wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai harta kalian, anak-anak kalian itu membuat kalian lalai dari dzikrullah”. 

Inilah godaan yang pertama dari harta yang melupakan kita dari dzikrullah. Wamay yaf’al dzalika fa’uwlaa ‘ikahumul khoosyirun. “Yang hartanya membuatnya lupa dzikrullah, maka dia adalah orang-orang yang merugi”. Merugi, karna ternyata harta yang dia kumpulkan bakal dia tinggalkan. 

Yang kedua ujian harta ini yaitu sulit bersedekah, sulit berinfak, dan zakatnya sedikit sekali. Kalau urusan zakat sangat hitung-hitungan sekali.

Kemudian yang ketiga ada orang-orang yang terfitnah dengan dunia yang mana dia tidak memikirkan halal dan haram, yang penting dapat duit. Sampai-sampai ada istilah yang haram aja susah apalagi yang halal. Subhanallah. Itu adalah falsafah iblis supaya seseorang tidak mencari yang halal. Kalau kita mau melihat, terus terang yang halal itu banyak dibandingkan yang haram, kita lihat yang mencuri, merampok, menipu, membunuh itu sangat sedikit dan yang sisahnya halal, tapi biasanya semua yang dibenci atau dilarang itu banyak disukai.

Yang keempat model orang yang terfitnah dengan harta ini adalah mengambil harta orang dengan berbagai cara, lewat hakim, lewat mahkamah. Kemudian yang kelima adalah makan hartanya anak yatim. Kita harus paham dahulu defenisi anak yatim disini yaitu anak yang belum baligh yang ditinggal mati oleh ayahnya. Jadi orang dewasa yang ditinggal mati ayahnya tidak termasuk anak yatim. Kadangkala anak yatim itu kaya raya, biasanya yang mengurus hartanya adalah pamannya. Maka hati-hati dalam mengurus harta anak yatim tersebut jangan sampai kita dilaknat oleh Allah jala jalalu.

Kemudian yang keenam adalah tidak memberikan gaji kepada orang yang berhak mendapatkannya. Ada orang-orang yang menunda pemberian gaji kepada pekerja dia, bahkan ada orang yang na’udzubillah memberikan gaji kepada pembantunya dengan zakat. Dia beralasan pembantu saya miskin saya kasih zakat yang sebagai gaji dia juga, jadi dia benar-benar tidak mau memberi gaji tidak mau mengeluarkan zakat sampai itikad seperti itu. Maka hati-hati itu hak orang harus diberikan kepada mereka.

Kemudian bentuk yang ketujuh dari fitnah harta ini yaitu meminta-minta sama orang padahal tidak butuh. Dan itu terjadi banyak didekat kita sekarang ini. Ada orang yang kerjanya hanya meminta-minta yang katanya penghasilannya lebih besar dari gaji karyawan yang kerja di perusahaan. Subhanallah jamaah, maka orang yang seperti ini Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam mengatakan: orang itu akan terus meminta-minta padahal mereka tidak butuh, akhirnya dia akan berjumpa dengan Allah pada hari kiamat nantinya dengan muka yang tidak ada dagingnya sama sekali, dan dia akan menundukkan wajahnya.

Kemudian yang kedelapan adalah salah alamat dalam mendermakan harta, dia gunakan untuk kemaksiatan, dia gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, ketika diminta untuk bersedekah dia tidak mau, tapi kalau untuk kemaksiatan dia mau. Ada orrang yang bersedekah buat pembangunan masjid cuma ngasih 50 ribu, tapi untuk membangun kafe yang penuh dengan kemaksiatan dia menghabiskan hartanya berpuluh-puluh juta rupiah. Na’udzubillahi mindzalik.

Kemudian yang kesembilan adalah orang yang berbangga banggaan dengan harta, tetangganya beli mobil ini, dia beli mobil yang lebih mahal lagi. Padahal ketika kita mati tidak kita akan bawa harta itu sedikitpun.

Yang kesepuluh dari fitnah harta ini yaitu tidak memberikan hak istri dan anak-anaknya yang menjadi tanggung jawab dia, serta tidak mau berinfak kepada orang tuanya. Orang tuanya ditelantarkan. Kata Rasulullah salallahu’alaihi wasaalam: sakkiyun abdun adroka walidayihi abawaihi ahadahuma indal kibari falam yadhul Jannah “celaka seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya yang masih hidup atau salah satunya, dimana dalam kondisi sudah sepuh, sudah tua, tapi ternyata dia tidak bisa masuk surga lewat orang tuanya.”



KHUTBAH KEDUA

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Semua orang pasti cinta dengan harta, semua pasti cinta dengan duit, walaupun orang itu sudah berduit. Jadi jangan berpikir ada orang yang sudah kaya raya punya penghasilan milyaran lantas ada tawaran keuntungan 5 juataan, lalu dia tidak mengambilnya. Tidak jamaah, sudah pasti dia akan tetap mengambilnya.

Allah jala jalalu berfirman dalam Surat Al Imran Ayat 133-134:

wasyariu ila maghfirotin mirrobbikum wajannatin arduhaassamawatu wal ardu ‘u’iddatil muttakin “kalian bersegeralah menuju kepada ampunan Allah, dan surganya yang seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” 
Siapa sih orang-orang yang bertakwa, sifat pertama yang Allah sebutkan Aladzina yunfiku nafissarro iwaddorro "merreka adalah orang-orang yang suka bersedekah ketika dalam keadaan lapang dan keadaan susah”.

Ingat kalau mau bersedekah jangan menunggu kaya, karena kalau kita miskin tidak bersedekah, maka kayanyapun lebih tidak bersedekah. Kita terkadang sekarang sudah tidak tertarik dengan janji Allah yang menawarkan surga seluas langit dan bumi untuk orang yang bersedekah.

Al Imam Nawawi menceritakan sebuah hadits shahih Muslim, Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam mengantarkan jenazahnya Abu Darda salah seorang sahabat dari kalangan Anshor, meninggal dunia lalu dimakamkan, dan Rasulullah mengatakan berapa banyak kurma-kurma yang bergelantungan milik Abu Darda di surga Allah jala jalalu. Ada apa sebenarnya dengan Abu Darda yang memiliki kebun kurma di surganya Allah tersebut? 

Al Imam Nawawi menceritakan, bahwa pernah terjadi perseteruan antara sahabat kaum Anshor ribut tentang sebatang pohon kurma. Dikisahkan ada seorang anak yang mau membuat pagar di kebunnya, tapi sejalur dengan pagar itu ada satu pohon kurma milik tetangganya. Maka anak tersebut meminta kepada tetangganya, agar pohon kurma tersebut di ikhlaskan supaya dimasukkan kedalam pagar yang akan dia buat. Tapi tetangganya tersebut tidak setuju. Akhirnya anak itu tadi melaporkan kepada Rasulullah, dan dipanggillah tetangga yang memiliki sebatang pohon kurma tersebut. 

Kata Rasulullah, kasihkan satu pohon kurma tersebut kepada anak itu, dan kau akan mendapatkan satu pohon kurma di surga. Kata sahabat itu tetap tidak mau, karna sayang dengan pohon kurma tersebut.

Ternyata cerita itu sampailah ditelinga Abu Darda, diapun mendatangi Rasulullah dan bertanya, wahai Rasulullah kalau satu pohon kurma tadi itu saya beli, apakah tawaranmu tetap berlaku untukku, agar aku punya satu pohon kurma di surga. Ya jawab Rasulullah. 

Seketika itu juga berangkat Abu Darda menjumpai sahabat Anshor yang mempunyai satu pohon kurma itu.  Sesampainya Abu Darda berkata: Kau tau ga’ Abu Darda yang memiliki kebun kurma kurang lebih 400 sampai 600 pohon kurma, tau kata sahabat Anshor itu.  Mau ga’ satu pohon kurma kamu itu, aku ganti dengan 600 pohon kebun kurmaku. Ya maulah kata dia. Yaudah kata Abu Darda, aku beli sekarang ini juga. Akhirnya satu pohon kurma itu, dimiliki Abu Darda di surganya Allah jala jallalu. MasyaAllah.

Diceritakan oleh para ahli sirroh, ketika Abu Darda masuk ke kebunnya, dikebunnya itu ada istri dan anak-anaknya. Dipanggillah mereka sama Abu Darda, wahai Umma Darda, keluar kalian, kita sudah jual kebun ini dengan satu pohon kurma di surga Allah subhanallahu wata’ala. Apa kata istrinya: Abu Darda sungguh beruntung engkau. 

Itulah contoh seseorang yang lebih memilih janji Allah, di surga walaupun dengan satu pohon kurma, dibandingkan kenikmatan dunia dengan ratusan pohon kurma di dunia.

Semoga bermanfaat,
DK

Sumber:
Ceramah Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah MA (Dermawanku Salah Alamat)