Pemandangan dari Puncak Gunung Rajabasa |
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu.
Salam petualangan buat sobat sekalian. Kali ini penulis ingin berbagi cerita saat ekspedisi ke Daerah Sumatera, tepatnya di Gunung Rajabasa di Provinsi Lampung Selatan (Dekat Pelabuhan Kalianda). Gunung Rajabasa memiliki ketinggian 1280 mdpl, ketinggian yang cukup lumayan bagi seorang pendaki pemula jika dibandingkan dengan gunung di daerah Pulau Jawa.
Jalur pendakian ke Gunung Rajabasa pada dasarnya hanya ada 1 jalur, akan tetapi untuk mencapai ke Pos 1 ada banyak tikungan dan cabang jalan yang biasanya membuat para pendaki bingung dan tersesat apabila belum pernah mendaki Gunung Rajabasa tersebut. Untuk itu dibutuhkan seseorang berpengalaman yang sudah mengetahui jalur menuju Pos 1 tersebut. Setelah dari Pos 1 tersebut barulah tidak ada cabang jalan lain yang membuat kita bingung. Setelah Pos 1 kita akan mengikuti 1 jalur menuju puncak.
Perjalanan kami di mulai Hari Jum’at malam tanggal 22 Des 2017 jam 11 malam dari Daerah Bekasi Timur, Jawa Barat. Dalam perjalanan ini kami menggunakan mobil pribadi, dengan rute perjalanan menuju Pelabuhan Merak Banten, dan estimasi perjalanan selama kurang lebih 2 jam.
Rute Ekspedisi dari Bekasi-Rajabasa Lampung |
Dari Pelabuhan Merak perjalanan dilanjutkan dengan menyeberangi Selat Sunda menggunakan Kapal Fery ke Pelabuhan Bakauheni Lampung, kurang lebih 3 jam perjalanan. Setelah sampai di Bakauheni kami melanjutkan perjalanan ke daerah Natar Lampung untuk menjemput saudaraku yang bernama Mas Septa, Mas Reka, dan Bulek Santi. Sementara dari sisi keluargaku yang ikut yaitu ayah, dan bundaku, serta aku sendiri. Ditempat saudaraku kami tidak tinggal berlama-lama, hanya istirahat sebentar lalu kembali melanjutkan perjalanan.
Perjalanan kami dengan menggunakan 1 mobil pribadi dan 1 motor dilanjutkan menuju ke Basecamp Gunung Rajabasa di daerah Kalianda Lampung Selatan, yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Sesampai di lokasi Basecamp, mobil dan motor kami parkirkan di dekat rumah juru kunci Gunung Rajabasa yang bernama Mas Sule (Kuncen).
Rumah Mas Sule, terlihat motor pendaki yang di titipkan |
Dirumah Mas Sule kami melapor dan berbicara menanyakan kondisi Gunung Rajabasa terkini, dan larangan serta anjuran apa saja yang harus kami lakukan ketika mendaki nanti. Sesudah berbicara panjang lebar, kamipun bersiap-siap untuk memulai pendakian.
Dilain sisi, sebelum kami mendaki dimana bundaku dan Bulek Santi kami titipkan di Penginapan Wisma Belerang dekat dengan basecamp Rajabasa. Karena kami tahu biasanya wanita tidak kuat untuk ikut berjalan mendaki, apalagi kondisi lingkungannya belum biasa kami lalui. Jadi yang mendaki berlima orang yaitu, saya, ayahku Mas Septa, Mas Reka, dan Mas Danu teman sekolah Mas Septa. Buat sobat yang menggunakan mobil pribadi apabila ditempat Mas Sule tidak bisa parkir, sebaiknya parker di penginapan Way Belerang ini, karena lapangan parkirnya luas, akan tetapi harus ada yang menginap disitu.
Setelah siap semua, perjalanan dimulai tepat setelah Sholat Maghrib, dengan penerangan berupa senter dan perlu sobat ketahui bahwa di Gunung Rajabasa ini terkenal dengan pacetnya untuk itu kita harus mengolesi kaki kita dengan lotion anti nyamuk. Diawali dengan doa bersama kami melewati rumah penduduk dan kebun Kakao, kemudian dilanjut melewati Kebun Durian, setelah itu baru masuk ke hutan belantara. Oh ya walaupun Mas Sule tidak ikutan mengantar kami hingga ke Pos 1, akan tetapi selama di perjalanan kami ditemani oleh anjingnya Mas Sule yang bernama “Culik” yang selalu menuntun dan memberi kami arah jalan hingga menuju pos 1.
Dari pengalaman saya, jika dibandingkan dengan Gunung di daerah Pulau Jawa, dimana rute dari basecamp Rajabasa ke Pos 1 membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 3 jam lebih perjalanan, karena jalannya meskipun rata, tapi selalu menanjak, dan sedikit sekali jalanan yang datar. Disarankan buat sobat petualang sebaiknya tidak perlu membawa sleeping bag atau sweeter yang tebal, karena cuaca di atas tidak sedingin di gunung daerah Pulau Jawa, hitung-hitung meringankan carrier untuk ke Pos 1 yang lumayan jauh. Dan juga disarankan sebaiknya perjalanan jangan dimalam hari, karena kondisi pernapasan kita akan cepat terkuras oleh pepohonan di pegunungaan yang menyerap O2 lebih cepat dibandingkan napas kita, sehingga kemungkinan kecapaian akan lebih cepat dibandingkan dengan jalan di pagi, siang atau sore hari.
Setiba di Pos 1, kami lihat sudah berdiri 3 tenda dari pendaki lain yang sudah duluan tiba di Pos 1, kamipun ditemani Culik anjingnya Mas Sule duduk beristirahat sebentar, untuk menarik napas panjang setelah berjalan jauh. Setelah itu kami dirikan 2 Tenda Dom yang letaknya tidak berjauhan dengan tenda pendaki lainnya.
Perlu sobat ketahui bahwa di Pos 1 ini ada sumber mata air yang tidak jauh dari shelter tempat mendirikan tenda, jadi mendirikan tenda di Pos 1 ini adalah sangat tepat karena dekat dengan air.
Selesai mendirikan tenda kami lalu mengeluarkan perbekalan makan malam yang sudah kami beli di Warung Padang saat masih di perjalanan menuju basecamp sebelumnya. Kebetulan bekal nasi padangnya ada 6 jadi kami berlima ditambah Culik menyantapnya dengan lahap tanpa tersisah.
Malampun semakin larut, dan mata kamipun sudah lelah untuk menghabiskan malam yang indah, kamipun tertidur dengan pulasnya hingga subuh membangunkan kami. Terkadang disela-sela tidur kami terdengar suara “buuk” diluar tenda yang berarti ada buah durian yang runtuh dari pohonnya.
Tidak berasa nyenyaknya tidur kami dibangunkan dengan suara Azan Subuh dikejauhan. Kamipun bergegas bangun dan mengerjakan Sholat Subuh. Selanjutnya kami menyiapkan semua peralatan dan bekal (terutama air dan makanan secukupnya) untuk mendaki ke puncak. Kami bertiga saya, ayahku dan Mas Reka saja yang mendaki ke puncak, sementara Mas Septa dan Mas Danu hanya ditenda untuk berjaga-jaga.
Tepat jam 7 pagi perjalanan ke puncak kami mulai, diawal perjalanan “Culik” ikut berangkat menemani kami, akan tetapi setelah kurang lebih 500 meter memasuki hutan belantara diapun kembali ke Pos 1, mengingat jalannya yang licin dan becek. Alhamdulillah cuaca sebenarnya mendukung tidak turun hujan, namun pada saat melewati Pos 3 turun rerintikan hujan yang berasal dari awan yang terkena pepohonan. Maka dari itu buat sobat petualang sebaiknya menggunakan sepatu gunung agar tidak licin dan terpeleset. Saat itu saya menggunakan sepatu sementara ayahku dan Mas Reka hanya menggunakan sandal gunung.
Selepas dari Pos 3 kita akan melewati sebuah pohon yang mungkin sudah berusia ratusan tahun, terlihat dari diameternya yang hampir sebesar rumah. Di dekat pohon ini jalannya sangat licin, becek dan sedikit sekali semak-semak untuk berpegangan. Jadi kita kudu berhati-hati melewati pohon tersebut. Yang menurut mata batin ada banyak makhluk ghoib bergantungan di pohon tersebut.
Setelah lewat pohon tersebut, kita akan sampai di Pos 4, yang berupa dataran lumayan luas ditandai dengan hutan pinus disekelilingnya. Dan dari Pos 4 ini kita akan melewati sebuah pohon yang berlubang berupa terowongan, dan kitapun harus melewati pohon tersebut untuk bisa melanjutkan perjalanan ke puncak.
Di Pos 4 ini kamipun beristirahat sejenak untuk meneguk air persediaan dan membersihkan kaki yang kotor terkena tanah becekan, karena ayah dan Mas Reka menggunakan sandal gunung. Saat menyiramkan air kekaki, disinial kami melihat ada pacet yang mulai mengerayangi kaki kami. Untuk itu kita butuh lotion anti nyamuk agar pacetnya ikut mati bila terkena.
Dari Pos 4 perjalanan kami lanjutkan dan kamipin melewati beberapa pohon roboh yang di ukir oleh para pendaki yang tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian hutan. Hingga akhirnya kamipun tiba di sebuah batu yang bertuliskan “Lindungi Kami” dan artinya puncak sudah sekitar 15 menit lagi sampai. Perjalanan kami terhenti di sebuah bebatuan karena mengingat jalanan yang becek sementara ayahku dan Mas Reka hanya menggunakan sandal gunung, yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan ke Puncak meskipun tinggal beberapa menit lagi.
Disaat itulah kami putuskan untuk beristirahat makan siang di bebatuan mendekati puncak tersebut. Terdengar dari puncak suara para pendaki lain yang sudah dahulu mencapai puncak. Akan tetapi kami tidak bisa melanjutkan dan tidak memaksakan untuk bisa ke puncak.
Istirahat makan siang kami selesaikan dan kemudian kami putuskan untuk turun gunung, mengingat waktu suah menunjukkan pukul 12 siang. Perejalanan kami dari puncak menuju pos 1 dapat kami tempuh dalam waktu kurang dari 2 jam perjalanan.
Setiba di Pos 1 saya dan Mas Reka langsung ke sumber mata air untuk membersihkan badan dan peralatan dan sekalian mandi disana. Sementara Mas Danu mempersiapkan makan siang buat kami semua. Menu yang sederhana yaitu Nasi Putih, Mie Goreng dan Nuget goring sudah membuat perut kami terisi penuh.
Tepat jam 3 sore kami bersiap-siap untuk turun ke basecamp, tenda kami lipat, semua sampah kami bakar supaya tidak mengotori hutan dan setelah itu tidak lupa mematikan api hasil bakaran yang sudah mengecil agar tidak menjalar ketempat lain.
Dengan mengucapkan sukur alhamdulillah kira-kira pukul 4.30 kamipun tiba di basecamp, dimana perjalanan turun dari Pos 1 ke basecamp memakan waktu 1.5 jam berbeda dengan saat perjalanan naik dari basecamp ke Pos 1 yang membutuhkan waktu 3 jam lebih.
Kami kembali melapor kepada Mas Sule bahwa kami sudah turun dengan selamat, dan juga “Culik” yang selalu mengikuti kami di Pos 1. Kamipun menjemput Bunda dan Bulek Santi untuk pulang kerumah saudaraku di Natar Lampung.
Itulah sekilas pengalaman ekspedisi kami di Gunung Rajabasa Lampung, semoga bisa menjadi contoh dan pengetahuan bagi para sobat petualang yang belum pernah kesana.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu.
Salam Penulis.
Deksa
No comments:
Post a Comment