“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Monday, January 28, 2019

Kebersihan Sebagian Dari Iman ???


Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuhu,
Saya yakin diantara kita dari kecil seringkali membaca slogan "Kebersihan Sebagian Dari Iman". Lalu setelah kita belajar salafi maka timbul dibenak kita apa benar slogan tersebut memang pernah disampaikan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam? Untuk itu penulis mencoba mencari kebenaran dari slogan tersebut.


النَّظَافَةُ مِنَ الإِيمَانِ

Ungkapan ”Kebersihan Sebagian Dari Iman” (Bahasa Arab: an-nazhaafatu minal iimaan) sebenarnya bukanlah hadits Nabi shalallahu alaihi wassalam, namun hanya sekedar peribahasa atau kata mutiara yang baik atau Islami.


HADIT SERUPA

Ringkasnya, jika ditinjau apakah ungkapan itu hadits Nabi shalallahu alaihi wassalam atau bukan, jawabnya bukan hadits Nabi shalallahu alaihi wassalam. Sebab tidak terdapat hadits yang berbunyi demikian dalam berbagai kitab hadits yang ada. Akan tetapi, ada satu redaksi yang paling serupa, yaitu potongan hadis riwayat Ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath, dari Muhammad bin Al Abbas, dari An Nadhr bin Hisyam, dari Ibrahim bin Hayyan Al Anshari, dari Syarik bin Abdullah, dari Mughirah bin Miqsam, dari Ibrahim An Nakha’i, dari ‘Alqamah, dari ibnu Mas’ud, katanya: nabi shallallahu alaih wasallam bersabda :

… وَالنَّظَافَةُ تَدْعُو إِلَى الْإِيمَان

“…. Kebersihan menyeru kepada iman.“ (HR Ath Thabarani)

Sumber masalah dalam sanad hadis diatas adalah berawal dari Ibrahim bin Hayyan Al Anshari. Lihat urutan perawi diatas Ibrahim bin Hayyan Al Anshari pada diagram sanad dibawah ini.
Al-Hafidz Ibnu ‘Adi telah megomentari riwayat-riwayat Ibrahim. Katanya:

عَامَّتُهَا مَوْضُوعَةٌ مَنَاكِيرُ، وَهكَذَا سَائِرُ أَحَادِيْثِهِ.

“Sebagian besar riwayat Ibrahim bin Hayyan palsu dan munkar. Demikian juga status hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Ibrahim bin Hayyan.”

Sanad hadis di atas sangat lemah, disebabkan Ibrahim bin Hayyan. Oleh karena itu, al Hafidz Al Iraqi memberikan komentar dalam al-Mughni bahwa sanadnya sangat lemah. Meskipun demikian, makna yang terkandung di dalamnya benar. Karena islam mengajarkan kebersihan dan keindahan.


HADITS YANG BENAR

Nabi shallallahu alaih wasallam bersabda:

الطُّهُورُ شَطْرُ الإِيمَانِ  

“bersuci adalah bagian dari iman.” (HR Muslim, No. 223)

Bersuci [thaharah] itu sebagian daripada iman….” Kata ath-thahuuru dalam hadits itu artinya tiada lain adalah bersuci (ath-thaharah), bukan kebersihan (an-nazhafah), meskipun patut diketahui ath-thaharah secara makna bahasa artinya memang kebersihan [an-nazhaafah] (Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/6). Tetapi dalam ushul fiqih terdapat kaidah bahwa arti asal suatu kata dalam al-Qur`an dan Al-Hadits adalah arti terminologis (makna syar’i), bukan arti etimologis (makna bahasa). Imam Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyah Juz III hal. 174 menyebutkan kaidah ushul fiqih yang berbunyi :

Al-Ashlu fi dalalah an-nushush asy-syar’iyah huwa al-ma’na asy-syar’iy
“Arti asal nash-nash syariah [Al-Qur`an dan As-Sunnah] adalah makna syar’i.”

Karenanya hadits Nabi shallallahu alaih wasallam di atas hendaknya diartikan “Bersuci itu sebagian dari iman”, dan bukannya ”Kebersihan itu sebagian daripada iman.”

Suci dan bersih itu berbeda. Suci (thahir) adalah keadaan tanpa najis dan hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil, pada badan, pakaian, tempat, air, dan sebagainya. Bersuci (thaharah) adalah aktivitas seseorang untuk mencapai kondisi suci itu, misalnya berwudhu, tayammum, atau mandi junub. (Taqiyuddin al-Husaini, Kifayatul Akhyar, I/6). Sedang bersih (nazhif) adalah lawan dari kotor yaitu keadaan sesuatu tanpa kotoran. Sesuatu yang kotor bisa saja suci, meski ini tentu kurang afdhol. Sajadah yang lama tidak dicuci adalah kotor. Tapi tetap disebut suci selama kotoran yang menempel hanya sekedar debu atau daki, bukan najis seperti kotoran binatang.

Demikian pula sesuatu yang bersih juga tidak otomatis suci. Seorang muslim yang berhadats besar (misal karena haid atau berhubungan seksual) bisa saja tubuhnya bersih sekali karena mandi dengan sabun anti kuman atau desinfektan. Tapi selama dia tidak meniatkan mandi junub, dia tetaplah tidak suci alias masih berhadas besar.

Walhasil, suci atau bersuci berkaitan dengan keyakinan seorang muslim, yang sifatnya tidak universal. Maksudnya hanya menjadi pandangan khas di kalangan umat Islam. Sedang bersih atau kebersihan berkaitan dengan fakta empiris yang universal, yaitu diakui baik oleh umat Islam maupun umat non Islam.


KESIMPULAN

Kembali ke masalah hadits di atas. Kesimpulannya, yang ada adalah hadits Nabi shallallahu alaih wasallam yang berarti ”Bersuci Adalah Sebagian Dari Iman”, dan bukan ” Kebersihan Sebagian Dari Iman.”

Namun demikian, kalimat ”Kebersihan Sebagian Dari Iman” merupakan ungkapan yang baik (Islami), karena didukung sebuah hadits yang menurut Imam Suyuthi berstatus hasan, yakni sabda Nabi shallallahu alaih wasallam:

”Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi) (Lihat Imam As-Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, I/70; Muhammad Faiz Almath, 1100 Hadits Terpilih, [Jakarta : GIP], cetakan keenam, 1993, hal. 311).

Dalam hadis lain disebutkan,

إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

“Sesungguhnya Allah itu Maha indah, dan suka keindahan.” (HR Muslim, No. 91)

Demikian juga di antara hal yang menunjukkan bahwa islam telah memberikan perhatian terhadap kebersihan adalah disyariatkannya wudhu dan bersiwak ketika hendak salat, syariat mandi janabah, serta anjuran mandi (salat) jumat.

Hadits di atas menunjukkan bahwa kebersihan (an-nazhafah) merupakan sesuatu yang dicintai Allah SWT. Maka dari itu ungkapan ”Kebersihan Sebagian Dari Iman” kami katakan sebagai ungkapan yang baik atau Islami karena ada dasarnya dalam Islam yaitu hadits riwayat Tirmidzi di atas. Ungkapan itu dapat diberi arti, bahwa menjaga kebersihan segala sesuatu merupakan bukti atau buah keimanan seorang muslim, karena dia telah beriman bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat Yang Mahabersih (nazhiif). Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat,
Wassalam
DK


Sumber:

No comments:

Post a Comment