Ranu Kumbolo adalah danau di lereng gunung Semeru. Ranu Pani juga menjadi nama desa terakhir dimana kendaraan bisa masuk, cukup banyak penduduk sehingga kita bisa menikmati ranjang, WC, warung dll. Ranu Pani atau Ranu Regulo ada di ketinggian sekitar 2.100mdpl, Ranu Kumbolo di 2.400mmdpl dan Puncak Gunung Semeru (Mahameru) ada di 3.676mdpl.
Untuk pergi ke Ranu Pani, ada beberapa jalur, tapi yang umum kalau dari Surabaya adalah : Surabaya ke Malang, kemudian ke Tumpang dan langsung ke Ranu Pani. Malang ke Tumpang sekitar 30-45 menit tergantung traffic. Tumpang ke Ranu Pani ini yang bisa makan 1.5 - 2 jam tergantung kendaraan dan sikon. Kalau turun dari Ranu Pani ke Tumpang sih bisa hanya 45 menit sampai 1 jam tergantung skill mengemudi :).
Catatan tentang bagaimana ke Ranu Pani dari Malang. Ini asumsi pakai kendaraan...Dengan kendaraan standar sekelas Xenia 2010, 1000cc, atau Toyota Kijang solar, terus sekitar 15an sepeda motor dengan berbagai macam merk dan type (lihat photo dibawah nanti). Dari Malang ambil jalan yang ke arah Tumpang (timur), lewat Pakis, Pangkalan Udara Abdul Rahman Saleh. Sampai di Tumpang, kira-kira 30-45 menit tergantung traffic.
Bukti kalau Xenia bisa sampai Ranu Pani |
Sesampai di Tumpang, cari arah ke Ngadas. Ada beberapa alternatif (gunakan google map atau trackpacking.com, note : usulan default dari map tersebut adalah lewat Dampit dan Senduro, jangan diturutin, tapi coba check jalur Tumpang ke Ngadas).
Jalan paling gampang adalah seperti ini: Sampai di Tumpang, jalan terus, sampai mentok di pertigaan, belok kiri ke Jalan Tulus Ayu. Ini semua jalan besar, jadi mudah sekali mencarinya. Sebelum pertigaan ini ada Rumah Sakit Umum Kebon Sari, perempatan sekali dan kemudian mentok, belok kiri ke Tulus Ayu. Di jalan ini dah lurus aja terus ke atas, anda sedikit bingung di perempatan Jalan Raya Belung, agak belok kanan dikit, langsung belok kiri terus ke arah Timur.
Kalau masih bingung, pakai GPS, gunakan Navitel, sudah ada panduan bagaimana ke Ranu Pani lewat Ngadas ini. Jalan raya ini mulus, lebar, lurus. tidak ada beloknya sampai desa terakhir sebelum Ngadas. Jalan ini ada diantara Desa Poncokusumo di selatan dan Duwek / Duwet di Utaranya, jadi jalan diantara dua desa inilah yang straight ke Ngadas. Jalannya luruss enak banget tidak berbelok, hanya terus menerus menanjak sekitar 10-15derajat. Pakai motor berboncengan pun tidak masalah kalau hanya sampai ke desa terakhir sebelum Ngadas ini.
Sangat terasa sekali suasana di desa ini kehidupan masih terbilang alami, banyak warung, salon, bengkel, usaha2 macem2 disini, masih terasa 'Jawa'. Setelah rumah agak jarang, jalan mulai berubah jadi semen, mulai masuk ke hutan, baru jalan lebih ekstrem, dan ini mengapa banyak blog mengusulkan carter kendaraan 4wheel drive. Tapi untuk sampai Ranu Pani, gak mutlak perlu pakai 4wheel drive pun bisa, kami sudah buktikan sendiri:
- Xenia, 1000cc, 4 penumpang : Bisa ! (tentu toyota kijang yang cc lebih besar plus 5 orang penumpang + barang pasti bisa juga).
- Scorpio, Binter, Vario, Jupiter, Beat, goncengan 2 orang : Bisa !
- Yamaha Mio, Honda Astrea (gak tau tahun berapa) goncengan 2 orang : Tidak bisa ! beberapa kali penumpang harus turun : baru Bisa !
Motor Honda CB pun sampai ke Ranu Pani |
Oh ya, ini semua dengan catatan gak ada hujan, kalau hujan saya sangat menganjurkan pakai 4wheel drive saja, jangan pakai kendaraan macem2 karena dibeberapa ruas jalan aspal / semen rusak, bisa jadi debu lembut gitu (so kalau kena air pasti jadi kubangan lumpur).
Dari desa terakhir sebelum Ngadas ini, mulai jarang rumah penduduk, masuk hutan, terus begitu. Jalan berubah jadi jalan semen 'yang dicetak (com block), lihat aja nih penampakannya :
Jalan 'Semen cetakan' ke arah Ngadas dan Ranu Pani. |
Gambar diatas ini termasuk kondisi jalan yang bagus. Lumayan menyenangkan, udara sejuk, tebing di kanan, jurang di kiri, terutama udaranya yang sejuk, tidak perlu pakai AC sudah terasa sejuk.
Setelah Ngadas jalan lebih ekstrem lagi, lebih rusak, lebih sempit, beberapa kali lewat jalan yang kanan dan kiri nya jurang, senang sih, bisa ngerasain sensasi terasa naik mobil di atas tembok Cina. Come on... time to explore your adventure DNA !
Sampai di satu persimpangan 4, ada warung kecil, bisa istirahat sejenak disitu, persimpangan ini adalah persimpangan ke Bromo dan ke Semeru. Bromo dan Semeru sama sama masuk dalam taman nasional Bromo - Tengger dan Semeru. Jadi memang Bromo dan Semeru ini jaraknya cukup 'dekat'. Dipersimpangan ini, kalau ambil jalan ke kiri anda bisa mengarah ke Kaldera Gunung Bromo. Seandainya bisa menyeberangi Kaldera maka anda bisa menyeberang juga ke Ngadisari dst... (jalur normal ke Bromo).
Kalau ke kanan anda akan ke arah Ranu Pani, setelah itu jalannya relatif hanya satu, tidak membingungkan. Namun cukup berat karena beberapa tanjakan cukup killer, 180 derajat 20-25derajat kemiringan, kondisi jalan rusak dan berdebu, jadi harus betul betul mahir mengemudi.
Gara-gara berhenti di tanjakan, sempet kampas kopling kebakar sampai keluar asap dan kecium bau sangit. Sempet sekali karena persiapan kurang baik (ada motor berhenti di depan), penumpang mobil harus keluar dulu supaya bisa lanjut. Tapi secara keseluruhan, kalau tidak hujan, Xenia 1000cc masih mampu naik sampai Ranu Pani lewat Ngadas.
Suasana di Basecamp Resort Ranupani |
Di Ranu Pani tersedia kamar mandi, WC umum, mushola, warung makan, dll, pokoknya sip, tidak perlu khawatir. Penduduk juga cukup banyak dan kalau dilihat dari rumah rumahnya cukup 'berada'. Desa ini cukup kaya, apalagi dengan banyaknya pengunjung ke Semeru, pasti ada penghasilan tambahan bagi warga desa.
Bangunan WC umum, mushola, kantor dll |
Signal telepon seluler di Ranu Pani masih bisa diterima disini, paling tidak Telkomsel dan keturunannya masih bisa kirim dan terima SMS dengan baik. Walaupun signal kadang 1 kadang 0 (lebih sering 0 nya), tapi digoyang sedikit terkadang masih dapat 3 strip.
Aturan umum Pendakian Gunung Semeru. |
Ranu Pani adalah sebuah danau hijau dengan luas 5.6ha, sementara Ranu Regulo memiliki luas sekitar 3.4ha. Kedua danau ini terletak di ketinggia 2.100m dari permukaan laut. Dari tempat ini, kita bisa melihat Gunung Semeru berdiri megah dengan kaldera di sekitar kawah. Bagi pengunjung yang ingin tinggal disekitar danau tersebut, disediakan rumah tinggal, vila dan pondok-pondok untuk menginap.
Tepian Danau Ranu Pani |
Danau Ranupani tempat ngecamp sebelum ke Ranu Kumbolo |
Bagi anda yang ingin sekedar camping dan menikmati sunyinya alam, danau Ranu Regulo merupakan pilihan bagus buat anda karena tanpa capek treking/mendaki seperti ke Ranu Kumbolo , kesunyian tempatnya yang jauh dari bising aktivitas kota dan segarnya udara disini akan memberikan efek penyegaran dari aktivitas sehari-hari anda
Danau Regulo dengan luas 3.4ha |
Mirip dengan Ranu Pani dan Ranu Regulo, Ranu Kumbolo meiliki area yang lebih luas dari kedua danau tersebut, sekitar 15ha dan terletak di 2,400m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo terbentuk dari letusan kawah Gunung Jambangan.
Danau Ranu Kumbolo |
Bagi mereka yang suka hiking, Ranu Kumbolo adalah pit-stop untuk mempersiapkan petualangan mereka. Selain itu, Ranu Kumbolo juga menyediakan gubuk untuk pejalan kaki dan ada camping ground untuk berkemah. Juga, terdapat sebuah monumen kuno yang berdiri di Ranu Kumbolo. Masyarakat setempat percaya bahwa monumen itu sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit.
Udara segar, air bersih, suasana yang menyenangkan adalah hal yang para pengunjung akan dapatkan saat menghabiskan waktu di danau-danau yang menakjubkan tersebut. Dengan debit air yang tidak pernah kurang, ranu kumbolo senantiasa mendapat perhatian dari para pendaki untuk mendirikan tenda / camping di tempat ini.
Ada keunikan tersendiri dibalik indahnya ranu kumbolo, yaitu ketika matahari mulai terbit di antara dua buah bukit hijau yang muncul perlahan dan membuat perhatian mata kita tidak bisa menolak untuk menikmatinya.
Ranu Kumbolo tempat pit stop yang terbaik |
Belum lagi suasana danau ketika kabut mulai turun di waktu sore hari dipadu dengan air danau sungguh pemandangan yang tak bisa terucapkan. Disaat malam tiba kita akan disuguhkan gugusan bintang dari galaksi Bima Sakti yang belum tentu bisa kita lihat pada waktu kita berada di kota-kota besar karena silaunya cahaya lampu kota yang begitu terang.
Di sebelahnya terdapat sebuah bukit yang diberi nama "bukit Cinta" yang konon jika kita mendaki ke bukit ini dengan membayangkan orang yang kita cintai dengan tanpa menoleh kebelakang maka kita akan bahagia bersamanya (mitos).
Pemandangan Bukit Cinta dari Ranu Kumbolo |
Sumber: Catatan seorang petualang
Sekian, semoga bermanfaat,
Sekian, semoga bermanfaat,
Ded Lee
No comments:
Post a Comment