Ilustrasi Kiamat |
Menjelang Kiamat, Angin Lembut Dari Yaman Beringsut Datang Kemudian Ka'bah Akan ihancurkan Lelaki Ini, Semua peristiwa tersebut akan terjadi kelak menjelang hari kiamat, dimana matahari akan terbit dari arah Barat dan disusul dengan munculnya binatang melata dari perut bumi. Munculnya matahari dari arah barat menjadi satu peringatan telah tertutupnya seluruh amal baik manusia, setelah itu muncullah binatang melata dari perut bumi yang disusul dengan berkelebatnya angin lembut yang datang dari Yaman.
Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan keadaan orang-orang yang beriman hingga akhir zaman. Kemudian beliau bersabda:
ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ رِيحًا كَرِيحِ الْمِسْكِ مَسُّهَا مَسُّ الْحَرِيرِ، فَلَا تَتْرُكُ نَفْسًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ إِلَّا قَبَضَتْهُ، ثُمَّ يَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ عَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
"Kemudian Allah mengirim angin, seperti semerbak minyak wangi, sangat lembut rasanya seperti menyentuh sutera. Tidak ada satupun jiwa yang di dalam hatinya terselip iman sebesar biji, kecuali angin itu akan mematikannya. Kemudian tinggal tersisa manusia-manusia paling jelek. Di tengah merekalah, kiamat terjadi." (HR. Muslim 1942).
Hadis dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang Dajjal dan turunnya Nabi Isa alaihis salam. Di akhir hadis, beliau bersabda:
فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللهُ رِيحًا طَيِّبَةً، فَتَأْخُذُهُمْ تَحْتَ آبَاطِهِمْ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُؤْمِنٍ وَكُلِّ مُسْلِمٍ، وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ، يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ، فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
"Setelah mereka hidup penuh gelimang dunia, Allah mengirim angin lembut. Angin itu melewati ketiak-ketiak mereka, dan membawa ruh setiap mukmin dan setiap muslim. Hingga yang tersisa adalah manusia terjelek. Mereka melakukan hubungan badan layaknya himar (keledai). Di tengah merekalah, kiamat terjadi." (HR. Muslim 2937).
Berdalil dengan keterangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, sahabat Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma pernah mengatakan:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ، هُمْ شَرٌّ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَدْعُونَ اللَّهَ بِشَيْءٍ إِلَّا رَدَّهُ عَلَيْهِمْ
"Kiamat hanya akan terjadi pada manusia yang paling jelek. Mereka lebih jelek dibandingkan orang jahiliyah. Setiap doa yang mereka panjatkan, pasti Allah tolak doanya". (HR. Muslim 1924 dan Ibnu Hibban 6836).
Setelah peristiwa datangnya angin lembut dari Yaman yang mengangkat roh orang – orang yang masih memiliki keimanan di hatinya meskipun itu hanya seberat ukuran biji sawi, maka tak ada lagi manusia yang tersisa di muka bumi ini kecuali hanyalah orang – orang kafir dan jahat yang tak lagi sudi menyebut nama Allah.
Maka tak ayal bila di kemudian hari tiada seorangpun yang dapat merawat Ka’bah ataupun menjadikannya tempat beribadah, hingga datanglah seorang lelaki botak dari Habasyah yang bernama Dzu-Suwaiqatain yang menghancurkan Ka’bah, merusak perhiasannya, melepas kiswahnya serta mengambil batunya satu persatu menggunakan sekop dan cangkul. Dan setelah pembinasaan Ka’bah itu, Baitullah tidak pernah tersisa lagi ataupun dimakmurkan oleh orang – orang yang beribadah untuk selama – lamanya hingga hari kiamat itu tiba.
Setelah Ka’bah hancur, maka kerusakan itupun merambah ke kota Madinah. Peristiwa tersebut terjadi menjelang terjadinya guncangan dahsyat yang menimpa tiga wilayah timur, barat dan Jazirah Arab. Dekat dengan meruaknya api besar dari lembah Aden Yaman yang menggiring manusia menuju mahsyar. Kota Madinah saat itu menjadi tak berpenghuni, bahkan dikatakan seluruh binatang buas termasuk anjing dan srigala turut masuk ke dalam masjid Nabawi dan kencing di tiang masjid dan mimbarnya.
Sementara mengenai munculnya api besar dari Yaman yang menggiring manusia. Rasulullah bersabda, “Dan orang yang paling akhir dikumpulkan oleh api menuju mahsyar adalah dua orang pengembala dari Muzayanah yang hendak ke Madinah dengan berteriak – teriak mencari kambingnya, kemudian ia menjumpai kambingnya yang ternyata sudah menjadi liar.” (HR Bukhari).
Hadits tersebut memuat gambaran mengenai peristiwa meninggalnya orang – orang mukmin di akhir zaman karena angin lembut, maka kondisi kota Madinah yang semula bising akan hiruk – pikuk aktivitas manusia mendadak menjadi kosong tak berpenghuni kecuali hanyalah tinggal kota mati yang ditinggali para binatang buas, bahkan tanaman dan pepohonan menjadi tumbuh sangat liar tak terurus. Hingga suatu ketika tersiar berita akan munculnya api dari hadhramaut yang menggiring manusia hingga mereka berlarian tunggang – langgang menyelamatkan dirinya dari api ganas yang terus menjalar menghabisi negeri – negeri itu.
Rasulullah mengisahkan tentang keadaan mereka tatkala itu dalam hadits Abu Hurairah :
يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى ثَلاَثٍ: طَرَائِقَ رَاغِبِيْنَ وَرَاهِبِيْنَ، وَاثْنَانِ عَلَى بَعِيْرٍ، وَثَلاَثَةٌ عَلَـى بَعِيْرٍ، وَأَرْبَعَةٌ عَلَى بَعِيْرٍ، وَعَشْرَةٌ عَلَى بَعِيْرٍ، وَيَحْشُرُ بَقِيَّتُهُمُ النَّـارُ، تَقِيْلُ مَعَهُـمْ حَيْثُ قَالُوا، وَتَبِيْتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوْا، وَتُصْبِحُ مَعَهُمْ حَيْثُ أَصْبَحُوْا، وَتَمْسِي مَعَهُمْ حَيْثُ أَمْسَوا.
“Manusia akan digiring dalam tiga keadaan: dalam keadaan berharap dan cemas, dua orang berkendara di atas satu unta, tiga orang di atas satu unta, bahkan sepuluh orang di atas satu unta, sedangkan orang-orang yang tersisa akan digiring oleh api, api itu menyertai mereka ketika mereka tidur malam, menyertai mereka ketika tidur siang” para rawi berkata: “dan menyertai mereka di pagi hari, juga menyertai mereka di sore hari.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia akan dikumpulkan dalam tiga keadaan:
Kelompok pertama akan dikumpulkan dalam keadaan berharap dan cemas.
Kelompok kedua akan berkendara di atas unta, satu unta ketika itu akan dinaiki beramai-ramai, ada yang dikendarai dua orang, tiga orang, bahkan sepuluh orang. Lalu bisakah hal itu terjadi? Yakni berkendaranya banyak orang di atas satu unta?
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah mereka bergantian menaiki unta tersebut. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pada saat itu Allah memberikan kekuatan pada unta - unta sehingga mampu melakukan hal itu. Namun tampaknya yang dimaksud bahwa hal ini menunjukkan sedikitnya kendaraan yang bisa ditunggangi saat itu sehingga mereka terpaksa mengendarai satu unta bersama - sama. (Syarh Kitabul Fitan wa Asyrathus Sa’ah min Shahih Muslim)
Kelompok ketiga akan digiring oleh api. Api tersebut tidak meninggalkan mereka sama sekali sampai tiba di padang mahsyar.
Semua manusia yang dikumpulkan pada saat itu adalah orang-orang yang paling buruk, karena kiamat tidaklah terjadi kecuali pada seburuk-buruk manusia. Rasulullah bersabda: “Tidaklah terjadi hari kiamat kecuali pada manusia-manusia paling buruk, mereka lebih buruk dari orang-orang jahiliyah, tidaklah mereka berdoa kepada Allah dengan sesuatu kecuali Allah tolak doa mereka” (HR. Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لَا يُقَالَ فِي الْأَرْضِ: اللهُ، اللهُ
"Tidak akan terjadi kiamat, hingga tidak ada lagi orang yang di muka bumi ini menyebut: Allah… Allah..." (HR. Ahmad 12043, Muslim 148, Turmudzi 2207, dan yang lainnya).
Demikian sekelumit huru – hara yang kelak akan terjadi menjelang datangnya hari kiamat. Adapun berbagai peristiwa besar lain yang masih begitu banyak termasuk munculnya Imam Mahdi, perang melawan penguasa Arab yang murtad, penaklukan Persi dan pembersihan ideologi Syiah dari Iran, penaklukan dan kekalahan Israel, penaklukan Baitul Maqdis dan pembebasan Masjidil Aqsa, terbunuhnya Dajjal dengan pedang Isa Al Masih, datangnya Ya’juj Ma’juj, dan rangkaian peristiwa lain yang tak kalah dahsyat.
Sebagaimana manusia yang beriman, tentunya kita tidak pernah tahu menahu akan kapan datangnya hari kiamat itu, sebab Allah memang sengaja merahasiakannya supaya masing – masing dari kita larut dalam mempersiapkan bekal menuju kehidupannya yang hakiki, hal inilah yang patutnya menjadikan diri kita lebih mawas diri dan berhati – hati dalam bertindak selama hidup. Bisa saja kita tidak ikut merasakan ataupun turut meyaksikan huru – hara yang kelak akan terjadi menjelang datangnya hari kiamat itu.
Namun sejatinya suatu keniscayaan yang barangkali sudah tentu akan menimpa diri kita adalah kiamat Sughro, yakni kematian. Bila barangkali kita telah melalui segenap umur kita dengan banyak dosa, maka sepatutnya pada waktu sekarang ini kita khusyu’ dan larut dalam taubat sebab di hari esok kita belum tentu masih ada di dunia ini. Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat,
DK
Sumber: