“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Wednesday, December 7, 2022

Budidaya Jamur Shitake


Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Pada kesempatan kali ini penulis masih ingin berbagi artikel tentang budidaya jamur. Dimana jamur yang akan penulis bahas adalah jamur dari jenis shitake atau jamur hioko. Jamur shitake ini tergolong jamur yang menjanjikan peluang bisnis karena harganya termasuk mahal dibandingkan jamur lainnya. Ikuti penjelasannya dibawah ini.


Pemahaman Umum

Jamur shiitake (lentinula edodes) merupakan salah satu jenis jamur kayu yang berasal dari negeri China. Di negara asalnya tersebut jamur shiitake dikenal dengan sebutan “Chinese Black Mushroom”. Meskipun begitu, jamur ini lebih terkenal di kalangan masyarakat luas sebagai jamur khas Jepang dengan sebutan “Shiitake”. Nama shiitake sendiri memiliki arti jamur dari pohon shii, karena pada awalnya jenis jamur ini banyak ditemukan di batang pohon shii yang telah lapuk. Di kawasan Asia Timur, jamur shiitake banyak dibudidayakan di daerah Tiongkok, Korea dan Jepang. Sedangkan di daerah Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil membudidayakan jamur shiitake sebagai peluang usaha.

Jamur shitake dalam bahasa Tionghoa disebut xiānggū (Hanzi: 香菇, "jamur harum"), sedangkan yang berkualitas tinggi dengan payung yang lebih tebal disebut dōnggū (Hanzi: 冬菇, "jamur musim dingin") atau huāgū (花菇, "jamur bunga") karena pada bagian atas permukaan payung terdapat motif retak-retak seperti seperti mekar. Di Indonesia kadang-kadang dinamakan jamur payung atau jamur jengkol, karena bentuk dan aromanya sangat menyengat seperti jengkol walaupun bagi sebagian orang menilai rasa jamur ini seperti rasa petai, dan adapula yang menyebutnya jamur kayu cokelat.

Tudung berdiameter rata-rata 5 – 12 cm, bentuk cembung sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya, permukaan kering, berserat dengan kutikula yang bersisik dan berwarna pucat sampai cokelat kemerahan. Korteks putih atau kecoklatan dekat kutikula, padat berdaging, lebih lunak pada yang belum dewasa, rasa agak asam, tetapi enak, bau ringan dan agak keras dalam keadaan kering. Bilah berwarna keputihan, warna berubah menjadi cokelat kemerahan jika mengalami luka memar, dan berubah secara bertahap menjadi kecoklatan dengan bertambah umur, sering kali memisah, rapat, sedikit menggergaji sampai bergerigi. 

Tangkai panjang 3-5 cm, diameter 8-13 mm, hampir, hampir sama atau agak membesar sebagaian dasarnya, padat dan kuat, permukaan diseliputi cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina. Spora berukuran 5.5-6.5 x 3.0-3.5 mikron, subsilindrik, nonamiloid, polos dengan dinding tipis. Basidium mempunyai empat spora, tidak ada pleurosistidium. Trama dengan hifa berdinding  tebal (sampai 1.7 mikron), saling jalin menjalin. Hifa hialin (tidak berwarna), berdiameter 5-7 mikron, dan mempunyai sambungan apit.

Jamur ini tergolong mahal karena selain untuk konsumsi makanan, jamur inipun bisa digunakan untuk bahan obat-obatan yang berguna sebagai anti kanker/tumor, meningkatkan kesehatan jantung, meningkatkan kekebalan tubuh, mampu melawan virus HIV/AIDS, mencegah osteoporosis tulang dan lainnya.


Kandungan Gizi

Apa saja gizi yang terkandung di dalam jamur shitake sehingga jamur ini banyak manfaatnya dan bernilai tinggi dibandingkan jamur lainnya. Jamur shitake merupakan tumbuhan yang kaya protein dan sedikit berlemak serta mempunyai rasa yang manis. Perkiraan kandungan gizi jamur dalam 100 gram berat kering, yaitu protein kasar 13,4-17,5%, lemak kasar 4,9-8,9%, karbohidrat total 67,5-78,0%.

Selain itu, jamur shitake juga mengandung vitamin B, D, E, kalsium, asam amino (asam lemak tak jenuh), folat, lentinian / polisakarida sebagai antioksidan, beta glukan, serta  mineral seperti fosfor, zat besi (zinc), dan selenium.


Habitat Alami

Di alam, jamur shiitake, dijumpai pada pohon dari famili fagaceae (pohon kayu berdaging keras) yang tumbang. Jamur ini hidup sebagai saprophytic, yaitu hidup dari bahan organik berupa kayu yang sudah mati dan lapuk. Pada dasarnya semua jamur bisa hidup di semua jenis kayu yang sudah mati dan lapuk, di habitat alami shitake biasanya shitake tumbuh pada kayu oak (quercus sp.), beech (fagus sp.), dan birch (betula sp.).  Ciri kulit batang pohon berwarna hitam, kasar, dan pecah-pecah dengan permukaan batang tidak rata, terdapat alur-alur memanjang pada batang yang tak lain adalah garis empulur yang menonjol keluar. Jadi sobat blogger di Indonesia bisa mencoba kayu yang berdaging keras seperti kayu apel, kopi, jati atau yang lainnya bisa kita jadikan bahan ujicoba. Catatan untuk jenis jamur shitake sebaiknya jangan menggunakan pohon yang bergetah seperti pohon nangka dan pohon dengan daun berduri seperti cemara, pinus yang juga menghasilkan getah.

Saat ini di Indonesia jamur shitake sudah berhasil di budidayakan dengan menggunakan baglog dari serbuk gergaji sebagai pengganti media tanam (log) yang terbuat dari kayu gelondongan. Memang jika dibandingkan masa pakai kayu gelondongan lebih lama kisaran 3-4 tahun dibanding baglog yang hanya sekitar 6-8 bulan.

Habitat alami jamur shitake
Di habitat aslinya, shitake dapat tumbuh pada daerah bersuhu rata-rata mencapai 20°C. Meski begitu, suhu ideal untuk pembudidayaan jamu tersebut ahli ketahui berkisar 10-15°C. Secara alami shitake ditemukan di daerah yang dekat dengan tempat tanaman ditemukan baik di musim semi maupun musim gugur. Akan tetapi saat ini jamur shitake sudah berhasil dibudidayakan di Indonesia yang mempunyai suhu kisaran 24-28°C.


Persiapan Lahan (Kumbung)

Lahan yang baik untuk jamur shitake sebaiknya kita letakkan di bawah pohon yang terlindung dari terik matahari. Apabila kita menggunakan baglog maka kumbung shitake bisa kita gunakan sama seperti kumbung pada jamur tiram seperti link terkait ini "Budidaya Jamur Tiram".

Trees log disusun dibawah pohon
Kumbung bisa disusun secara berdiri dibawah pohon, dan diberi jarak kurang lebih 30-50cm antar susunan log kayu glondongan atau bisa juga dengan menumpuknya secara segi empat seperti gambar dibawah ini untuk mempermudah pemetikkan disaat panen.

Susunan trees log bertumpuk segi empat


Persiapan log (media tanam)

Apabila sobat menggunakan baglog maka sobat bisa mencontoh cara pembuatan baglog pada jamur tiram seperti link terkait ini "Budidaya Jamur Tiram".

Untuk media tanam jamur shitake disini, kita gunakan treeslog (kayu gelondongan) supaya sama dengan habitat alami jamur shitake. Hampir semua jenis pohon kayu bisa dijadikan media tanam jamur shitake ini, akan tetapi sebaiknya cari kayu dengan daging yang keras (iron wood). Di Indonesia bisa mencoba kayu yang berdaging keras seperti kayu apel, kopi, jati atau yang lainnya bisa kita jadikan bahan ujicoba. Catatan untuk jenis jamur shitake sebaiknya jangan menggunakan pohon yang bergetah seperti pohon nangka dan pohon dengan daun berduri seperti cemara, pinus yang juga menghasilkan getah. Waktu penebangan yang terbaik untuk daerah beriklim 4 musim yaitu pada saat pertengahan musim rontok (fall) hingga sebelum musim dingin (winter), jika di Indonesia waktu penebangan yang terbaik adalah saat pertengahan musim penghujan hingga sebelum musim kemarau. Dan penebangan yang terburuk di iklim 4 musim adalah disaat pertengahan musim semi hingga pertengahan musim panas, sementara di iklim Indonesia yang terburuk adalah saat pertengahan musim panas hingga akhir musim panas karena kondisi pohon sangat kering.

Waktu penebangan pohon yang terbaik
Ukuran kayu sesuai dengan kebutuhan dan lokasi pemeliharaan, standarnya panjang 1 meter usahakan yang lurus dengan diamater minimal 5-10cm, bisa juga menggunakan kayu dengan lebih pendek atau diameter yang lebih besar. Apabila kayu baru ditebang dan masih basah, sebaiknya tunggu 1-2 bulan dulu baru bisa dipakai.

Kayu Oak dengan beragam diameter
Lakukan pelubangan pada log kayu dengan diameter 10-12mm untuk lubang saw dust dan diameter 8.5mm untuk lubang plug spawn, kedalaman 20mm untuk plug spawn dan 30mm untuk saw dust, dengan jarak antar lubang 15-20cm, dan jarak antar baris 5-8cm yang dibuat secara zig-zag.

Posisi lubang antar baris zig-zag
Untuk memberi lubang pada kayu sebaiknya gunakan mata bor dengan pengunci kedalaman mata bor agar kedalamannya tidak berlebihan.

Pengunci kedalaman mata bor

Proses Penanaman Bibit

Beberapa peralatan yang digunakan saat penanaman bibit:
  • Bibit jamur shitake F2 yang menggunakan media serbuk gergaji (saw dust) atau berupa plug dari kayu (spawn plug). 
Media serbuk gergaji (saw dust)

Media plug kayu (Spawn plug)
  • Alat untuk memasukkan bibit jamur berupa martil untuk spawn plug atau suntikan (thumb inoculator) untuk saw dust.
Thumb inoculator
  • Lilin atau parafin cair yang sudah dipanaskan dan kuas
  • Panci atau botol dan kompor pemanas lilin
Lilin atau parafin, kuas dan botol

Langkah penanaman bibit:

1a. Proses inokulasi dengan memasukkan bibit jamur shitake, apabila menggunakan thumb inoculator maka lakukan pengambilan bibit berupa serbuk gergaji dengan menekan ujung thumb inoculator ke media saw dust sebanyak 3 kali, setelah itu suntikkan ke lubang kayu yang sudah disediakan. Lakukan pengisian semua lubang.

Tekan thumb inoculator 3x pada media saw dust

Suntikkan thumb inoculator ke lubang kayu

1b. Proses inokulasi dengan memasukkan bibit berupa plug spawn menggunakan tangan kedalam lubang lalu pukul plug dengan martil hingga plug rata dengan permukaan kayu.

Pukul spawn plug hingga rata permukaan kayu

2. Setelah semua bibit masuk kedalam lubang maka lakukan penutupan lubang dengan lilin yang sudah dicairkan. Saat memanaskan lilin, masukkan potongan lilin keras kedalam botol, siapkan panci dan isi dengan air setinggi lilin yang didalam botol. Hidupkan api tunggu hingga air mendidih dan lilin mencair. Gunakan kuas untuk menutup semua lubang tersebut. Beri tanggal dan tahun penanaman bibit pada ujung log kayu untuk menandai berapa lama proses pertumbuhan jamur (inkubasi) hingga masa produktif jamur.

Pencairan lilin dengan merebusnya pakai air

Tutup semua lubang dengan lilin cair pakai kuas

Penanggalan log kayu sejak penanaman bibit F2

3. Proses inkubasi pertumbuhan jamur, biasa di tempatkan di suhu ruang antara 10-15⁰C diruang yang tertutup dan gelap terlindung dari angin dan matahari (usahakan di ruang basement) dengan cara log di bungkus dengan plastik besar dan di beri bolongan silang kecil di kedua sisinya untuk pernapasan kayu. Proses penyimpanan di tempat tertutup ini dapat mempercepat proses inkubasi pertumbuhan jamur (kurang lebih 1-2 bulan). Log kayu bisa kita susun dengan cara menumpuknya segi empat ditempat terbuka, akan tetapi membutuhkan waktu lama untuk bisa tumbuh miseliumnya (sekitar 9-18 bulan).

Beri lubang silang X di kedua sisi plastik

Bungkus kayu didalam plastik dengan rapat

4. Lakukan pemeriksaan setelah 2 minggu pastikan terjadi pengembunan didalam plastik (kondensasi), apabila kayu tidak terjadi pengembunan atau terlihat kering, maka lakukan penyemprotan pada permukaan kayu log agar menjaga kelembaban kayu log, setelah disemprot tutup kembali plastik dan pastikan sudah terjadi pengembunan pada plastik.

Pengembunan pada plastik setelah 2 minggu

5. Pastikan log kayu yang berhasil akan terlihat putih yang menandakan miselium tumbuh menutupi permukaan lubang kayu.

Miselium jamur mulai tumbuh pada lubang kayu

6. Proses pengeluaran kayu dari dalam plastik dilakukan ketika kondisi miselium sudah menyebab di sebagian besar lubang kayu dan suhu ruang diatas 10⁰C dengan cahaya yang cukup. Sebaiknya diletakkan dibawah pohon dan mendapatkan cahaya yang cukup untuk pertumbuhan jamur. Selanjutnya kayu log sudah siap tumbuh dengan perawatan penyemprotan yang rutin.

Demikianlah cara budidaya jamur shitake yang menggunakan media log kayu dengan metode mencontoh habitat alami jamur tersebut. Semoga bermanfaat bagi sobat blogger di seluruh dunia.

Wassalam,
DK

Sumber:

No comments:

Post a Comment