“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, May 7, 2021

Keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash




Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Pada pertemuan yang kesekian kali ini penulis ingin bercerita tentang keistimewaan seorang Sa'ad bin Abi Waqqash yang sudah dijamin Rasulullah ﷺ masuk surga dimasa hidupnya. Penulis mengambil artikel ini dari beberapa hadits shahih yang semoga kita bisa mencontoh suri tauladan Beliau agar kitapun termasuk kedalam orang-orang yang dijamin Rasulullah ﷺ masuk surga.

Nama lengkap sanadnya adalah Sa'ad bin Malik (Abi Waqqash) bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan. Dimana Adnan tersebut adalah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam. Sa'ad mempunyai kunyah Abu Ishak.

Sa'ad lahir di Makkah 23 tahun sebelum hijrah/595M, dan wafat pada usia 80 tahun di pemakaman Baqi Madinah tahun 54 Hijriah/674M.

Ibunya adalah Hamnah binti Sufyan bin Umayyah al-Akbar bin Abdu asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan. Ibunya ini berasal dari kalangan orang berada (anak kepala suku Quraisy).

Ayah Saad bernama Malik dikenal dengan julukan Abu Waqqash, yang merupakan anak dari seorang pembesar bani Zuhrah. Malik juga merupakan anak paman Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah ﷺ. Selain itu Malik pun merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Sehingga nasab Saad termasuk nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi ﷺ.

Ketika Rasulullah ﷺ sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, beliau memuji dan mencandai Saad dengan mengatakan,

هَذَا خَالِي فَلْيُرِنِي امْرُؤٌ خَالَهُ

“Ini pamanku, maka hendaklah seseorang memperlihatkan pamannya kepadaku.” (HR. al-Hakim 6113 dan at-Tirmidzi 3752. At-Tirmidzi mengatakan hadist ini hasan).


Sa'ad termasuk Assabiqunal Awwalun atau termasuk orang pertama yang masuk agama Islam ketika usia 17 tahun setelah Abu Bakar As Siddiq, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah.

Saat memiliki 35 anak diantaranya bernama:  Ishak, Ibrahim, Umar, Muhammad, Amir, Mush'ab, Aisyah.

Ciri-ciri fisik Sa'ad bertubuh pendek, gemuk, rambut keriting, hidung pesek, kulit sawo matang, jemari tebal dan kasar, serta badannya dipenuhi bulu; itulah sosok Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat Nabi ﷺ nan mulia.



Keistimewaan Saad bin Abi Waqqash yang membuatnya di jamin Rasulullah ﷺ masuk surga.

1. Tidak pernah dendam dan berniat jahat kepada siapapun

Disebutkan dalam hadits Bukhâri bahwa Jâbir bin `Abdullah bin Samurah Radhiyallahu anhu berkata, “Sebagian penduduk Kufah Irak mengeluhkan Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu kepada Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu."

Umar Radhiyallahu anhu pun memberhentikan jabatan Sa’d Radhiyallahuanhu; dan memilih Ammâr bin Yâsir Radhiyallahu anhu sebagai penggantinya. Mereka mengeluhkan Sa`d Radhiyallahu anhu karena dia tidak bagus dalam shalatnya (dalam riwayat lain mereka mengeluhkan segala sesuatu darinya termasuk shalatnya). 

Umar Radhiyallahu anhu mengutus seseorang kepadanya, kemudian sampailah utusan itu kepada Umar bersama Sa`d Radhiyallahu anhu menghadap Umar Radhiyallahu anhu.

Umar Radhiyallahu anhu berkata kepada Sa`d Radhiyallahu anhu, “Wahai Abu Ishâk (panggilan Sa`d Radhiyallahu anhu), sesungguhnya penduduk Kufah menganggap engkau tidak bagus dalam shalatmu.” 

Sa`d Radhiyallahu anhu menjawab, ”Adapun aku, demi Allah Azza wa Jalla aku shalat dengan mereka, sebagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak pernah menguranginya sedikitpun. Aku mengerjakan shalat Isya`; aku panjangkan pada rakaat awalnya dan aku pendekkan pada rakaat akhirnya.” 

Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Sudah kami duga wahai Abu Ishâk.” Kemudian Umar Radhiyallahuanhu menyuruhnya kembali bersama seseorang atau beberapa orang lainnya ke Kufah. Utusan bertanya kepada penduduk Kufah tentang Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu. Tidak ada satu masjid pun yang mereka lewati, kecuali pasti ia bertanya kepada mereka (tentang Sa`d Radhiyallahu anhu). Mereka memuji tentang kebaikan-kebaikannya Sa’d Radhiyallahu anhu, hingga utusan itu masuk masjid milik Bani Abs.

Seseorang yang bernama Usâmah bin Qatâdah berdiri dan berkata, “Apabila kalian meminta kami untuk berbicara tentang Sa`d Radhiyallahu anhu, maka sesungguhnya Sa`d Radhiyallahu anhu tidak pernah ikut dalam sariyah (peperangan yang tidak di ikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tidak pernah membagi sama rata dan tidak menetapkan hukum dengan adil.” 

Ketika mendengar informasi tentang ucapan Usâmah itu, Sa`d Radhiyallahu anhu marah akan tetapi dia tidak mendendam dengan membalas dengan ucapan Usamah tersebut melainkan Sa'ad berdo'a sambil berkata, “Demi Allah Azza wa Jalla, aku benar-benar berdoa untuk tiga hal ; “Ya Allah Azza wa Jalla jika hambamu ini dusta, berdiri karena riyâ` atau sum`ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan hadapkanlah dia kepada fitnah/cobaan.” 

Berkaitan dengan ucapan Sa’d Radhiyallahu anhu ini, Abdul Mâlik bin Umair berkata, “Setiap kali dia (Usâmah Bin Qatâdah) ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” dia menjawab, “Aku adalah orang tua yang telah terkena terkena doanya Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahuanhu.” `Abdul Mâlik menambahkan, “Setelah itu aku melihatnya buta karena tua".

Mâlik mengatakan, “Umar Bin Khaththâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu padahal Sa’d Radhiyallahu anhu adalah orang yang paling adil setelah Umar Radhiyallahuanhu yang nampak, Umar Radhiyallahu anhu melepas jabatannya dalam rangka mengantisipasi timbulnya fitnah. Jadi, bisa difahami bahwa Umar bin Khatthâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu bukan karena percaya dengan informasi tentang kekurangan Sa`d Radhiyallahu anhu, tetapi merupakan langkah preventif. Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu berkata, “Aku melepaskan jabatannya bukan karena dia tidak mampu atau khianat”.


2. Kuat keimanannya

Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.

Ketika Saad bin Abi Waqqash memeluk Islam, menerima risalah kerasulan Muhammad ﷺ, dan meninggalkan agama nenek moyangnya, ibunya sangat menentangnya. Sang ibu ingin agar putranya kembali satu keyakinan bersamanya. Menyembah berhala dan melestarikan ajaran leluhur.

Ibunya mulai mogok makan dan minum untuk menarik simpati putranya yang sangat menyayanginya. Ia baru akan makan dan minum kalau Saad meninggalkan agama baru tersebut.

Setelah beberapa lama, kondisi ibu Saad terlihat mengkhawatirkan. Keluarganya pun memanggil Saad dan memperlihatkan keadaan ibunya yang sekarat. Pertemuan ini seolah-olah hari perpisahan jelang kematian. Keluarganya berharap Saad iba kepada ibunda.

Saad menyaksikan kondisi ibunya yang begitu menderita. Namun keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya berada di atas segalanya. Ia berkata, “Ibu… demi Allah, seandainya ibu mempunyai 100 nyawa. Lalu satu per satu nyawa itu dicabut oleh Allah. Aku tidak akan meninggalkan agama ini sedikit pun. Makanlah wahai ibu, jika ibu menginginkannya. Jika tidak, itu juga pilihan ibu”.

Ibunya pun menghentikan mogok makan dan minum. Ia sadar, kecintaan anaknya terhadap agamanya tidak akan berubah dengan aksi mogok yang ia lakukan. Berkaitan dengan persitiwa ini, Allah pun menurunkan sebuah ayat yang membenarkan sikap Saad bin Abi Waqqash.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS: Luqman | Ayat: 15).



3. Orang yang melindungi Rasulullah ﷺ saat perang Uhud

Di saat pasukan muslimin terdesak oleh pasukan Quraish karena tidak mempertahankan posisinya di bukit Uhud, melainkan tergiur oleh ghonimah yang saat itu ditinggalkan pasukan Quraish. Disaat kondisi kaum muslimin lengah tersebut orang Qurais terus mengejar Rasulullah. 

Saat itu sahabat yang setia melindungi rasulullah adalah Sa'ad bin Abi Waqqash. Tak seorang pun yang maju hendak membahayakan diri Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, kecuali terkena sasaran anak panahnya. Sambil menyiapkan anak panah dan mengamati hasil bidikan Sa’ad, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

اِرْمِ سَعْدُ … فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ

“Wahai Sa’ad, panahlah. Ayah dan ibuku sebagai tebusannya.” ( HR. at-Tirmidzi, no. 3755).

Demikian pula Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mendoakan Sa’ad radhiyallahu ‘anhu pada peristiwa itu, “Rasulullah ﷺ meminta kepada Allah ﷻ agar doa Sa'ad menjadi doa yang mustajab tidak tertolak. Beliau ﷺ bersabda,

اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمَيْتَهُ، وَأَجِبْ دَعْوَتَهُ


"Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkanlah doanya."
(HR. al-Hakim, 3/ 500).Sehingga Sa’ad radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai orang yang dikabulkan (mustajab) doanya.


Demikian selintas kisah tentang seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal dengan dua senjatanya yaitu panah dan doa mustajab. Bagi sobat blogger yang mungkin bangga dengan Robin Hood, atau sniper jaman sekarang, sebaiknya kita sebagai muslim lebih membanggakan seorang Sa'ad bin Abi Waqqash yang terkenal jago dalam memanah dan sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah.  Semoga menjadi tauladan bagi kita semua untuk mencontoh keistimewaan seorang Sa'ad bin Abi Waqqash. Wallâhu a`lam

Wassalam,
DK

Sumber:



No comments:

Post a Comment