Dari ke sepuluh sahabat Rasulullah ﷺ yang dijamin masuk surga salah satunya adalah Thalhah bin ‘Ubaidillah, siapakah Thalhah dan apa saja keistimewaan yang dia kerjakan sehari-hari sehingga di sudah di jamin masuk surga disaat dia masih hidup? Tentu kita penasaran untuk mengetahuinya. Ikuti penjelasan dibawah ini.
Nasab beliau adalah Thalhah bin ‘Ubaidillah bin ‘Utsman bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah, bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah Al-Quraisy At-Ta'imi Al-Makki Al-Madani putra paman Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau mempunyai kunyah Abu Muhammad.
Ibunya bernama Ash-Sha’bah binti ‘Abdillah bin Imad bin Malik bin Rabiah Ibnu Abkar Al-Hadhramiyyah Al-Kindiyah. Ibu Thalhah adalah saudari al-Ala’ bin al-Hadhrami, seorang sahabat yang masuk Islam dan ikut berhijrah.
Ayahnya bernama Ubaidillah berasal dari Quraisy yang telah wafat pada masa jahiliyah. Tidak ada satu pun riwayat yang menceritakan tentang sikap ayahnya pada saat kedatangan Islam.
Ia lahir di Madinah dari Bani Taim bin Marrah sekitar 16 tahun sebelum hijriyah atau pengutusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan wafat pada usia 64 tahun di Basrah Irak pada tahun 36 Hijriyah/656M. Ia menghadiri semua peperangan bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ia wafat.
Adapun secara fisik, Thalhah bin Ubaidillah merupakan sahabat Nabi yang tampan. Rambutnya lebat, kulitnya putih kemerahan, dada dan kedua bahunya lebar, postur tubuhnya pendek, serta kedua kakinya besar.
Berikut di antara istri-istri Thalhah adalah:
1. Hammanah binti Jahsy (sepupu Nabi ﷺ dan ibu dari Muhammad dan Imran)
2. Ummu Kultsum binti Abu Bakar (melahirkan Ya'qub, Ismail, Zakaria dan Aisyah)
3. Su'da binti Auf (ibu dari Isa dan Yahya)
4. Khulah binti Qa'qa bin Ma'bad bin Zurarah bin Adas Tamimi (ibu dari Musa)
5. Ummu Harits binti Qusamah dari kabilah Tha (ibu dari Ummu Ishaq)
6. Ummu Aban binti Utbah bin Rabi'ah (ibu dari Ishaq)
7. Far'ah binti 'Ali dari Taglabiah (ibu dari Shaleh)
8. Begitupula Shu'bah dan Maryam yang merupakan pelayan dari Ummu Walid.
Thalhah juga merupakan salah satu dari delapan orang pertama yang memeluk Islam (Assabiqunal Awwalun). Ia masuk Islam melalui anak dari pamannya yaitu, Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Berikut keistimewaan seorang Thalhah bin ‘Ubaidillah yang patut kita contoh:
1. Menjadi pelindung Rasulullah ﷺ saat perang Uhud
Saat perang Uhud, kala itu pasukan Islam kocar-kacir akibat gempuran kaum kafir Quraisy. Hanya ada 12 orang yang bertahan di sisi Rasulullah, salah satunya adalah Thalhah. Rasulullah memerintahkan para pengawalnya itu untuk melawan kaum kafir.
Thalhah menawarkan diri untuk maju, namun Rasulullah tidak mengizinkannya. Kemudian seseorang dari kaum Anshar mengajukan diri dan mendapat izin dari Rasulullah. Malangnya ia gugur di medan pertempuran.
Thalhah bin Ubaidillah kembali menawarkan diri, namun tetap dilarang hingga sebelas pengawal Rasulullah syahid. Dengan semangat yang membara, ia kemudian maju untuk melawan pasukan kafir atas izin Rasulullah. Thalhah berhasil menghalau mereka agar tidak sampai mendekati Rasulullah.
Thalhah kemudian berusaha menaikkan Rasulullah ke bukit. Saat itu beliau hendak naik ke atas batu besar namun tidak bisa. Thalhah pun membungkuk dan Rasulullah naik ke punggungnya hingga bisa berdiri di atas batu tersebut.
Setelah memastikan Rasulullah aman, Thalhah kembali bertarung. Untungnya Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin al Jarrah datang membantu Rasulullah. Namun beliau memerintahkan keduanya untuk menolong Thalhah bin Ubaidillah yang berjuang seorang diri menghadapi pasukan kafır.
Dia yang memasang punggungnya untuk melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat perang Uhud. Sehingga punggung bagaikan punggung landak karena begitu banyaknya anak panah yang menancap padanya.
Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin al Jarrah langsung mencari Thalhah bin Ubaidillah. Thalhah ditemukan dalam kondisi penuh luka di seluruh tubuhnya. Ia mendapat 79 luka tebasan pedang, tusukan tombak, dan lemparan panah.
Telapak tangannya menjadi cacat (tidak bisa digerakkan) karena melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat perang Uhud. Abu Bakar dan Abu Ubaidah bin al Jarrah sempat mengira bahwa Thalhah telah wafat, padahal ia hanya pingsan. Sehingga dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيْدٍ يَمْشِي عَلَى وَجْهِ الأَرْضِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ الله
"Barangsiapa yang ingin melihat syahîd (orang yang mati syahîd) yang masih berjalan di muka bumi maka hendaklah dia melihat Thalhah bin Ubaidillah.”(HR. Tirmidzi, no. 3739 dan Ibnu Majah, no. 125. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Sehingga Thalhah bin Ubaidillah terkenal karena memiliki julukan Asy-syahidul Al-hayyu (syahid yang hidup).
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dia:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَوْجَبَ طَلْحَةُ» [ أخرجه الترمذي ] “
"Surga wajib untuknya."[HR. At-Tirmidzi 1692]
Apabila Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menyebutkan perang Uhud, ia berkata: "Semua itu adalah harinya Thalhah."
Thalhah bin Ubaidillah juga merupakan salah seorang sahabat yang dimaksud Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 23 yang artinya:
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖوَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًاۙ
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)”. (QS Al Ahzab Ayat 23)
2. Masuk Islam karena keinginan sendiri
Pada suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah dan rombongan pergi ke Syam. Di Bushra, Thalhah bin Ubaidillah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya.
Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak,"Wahai para pedagang, adakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Makkah?." "Ya, aku penduduk Makkah," sahut Thalhah. "Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?" tanyanya. "Ahmad yang mana?" "Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda," sambung pendeta itu.
Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, hingga tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Makkah. Setibanya di Makkah, ia langsung bertanya kepada keluarganya,"Ada peristiwa apa sepeninggalku?" "Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar As Siddiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya," jawab mereka.
"Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy," gumam Thalhah bin Ubaidillah lirih.
Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah langsung mencari Abu Bakar As Siddiq. "Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?" "Betul." Abu Bakar As Siddiq menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira' sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar As Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk masuk Islam. Usai Abu Bakar As Siddiq bercerita Thalhah bin Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar As Siddiq tercengang. Lalu Abu Bakar As Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Di hadapan Rasulullah, Thalhah bin Ubaidillah langsung mengucapkan dua kalimat syahadat.
Bagi keluarganya, masuk Islamnya Thalhah bin Ubaidillah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang satu sukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena pendirian Thalhah bin Ubaidillah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santun itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memecut dan memukuli kepalanya, dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah bin Ubaidillah, yaitu ibunya, Ash-Sha'bah.
Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakar As Siddiq dan Thalhah bin Ubaidillah mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke algojo hingga darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini. Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar As Siddiq dan Thalhah bin Ubaidillah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia. Tidak hanya sampai disini saja cobaan dan ujian yang dihadapi Thalhah bin Ubaidillah, semua itu tidak membuatnya surut, melainkan makin besar bakti dan perjuangannya dalam menegakkan Islam.
3. Kaya dan Sangat Dermawan
Thalhah juga sangat terkenal dermawan, sebagaimana pernah diceritakan oleh Jabir bin Abdullah. “Aku pernah menemani Thalhah, dan selain dia, aku tak pernah melihat ada orang yang mau memberi begitu banyak hartanya kepada orang lain tanpa diminta.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut Thalhah pada perang Uhud, dengan sebutan Thalhah Al-Khair (orang yang baik hati). Dalam perang Dzul Asyirah, ia disebut Thalhah Al-Fayadh (orang yang melimpah pemberiannya). Dalam perang Khaibar, beliau menyebutnya dengan Thalhah Al-Jud (orang yang dermawan).
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairaha’. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.”
Anas berkata, “Ketika turun ayat,
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Lalu Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
"Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha’. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi petunjuk kepadamu."
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bakh! Itulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat". Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (HR. Bukhari, no. 1461 dan Muslim, no. 998). Bakh maknanya untuk menyatakan besarnya suatu perkara.
Demikianlah beberapa keistimewaan Thalhah bin ‘Ubaidillah sebagai seorang Asy-syahidul Al-hayyu (syahid yang hidup), Al-Khair (orang yang baik hati), Al-Jud (orang yang dermawan), Al-Fayadh (orang yang melimpah pemberiannya), Al-Qarinain (sepasang sahabat yang mulia). Semoga bisa menjadi inspirasi kita semua untuk mencontoh tauladan yang telah beliau ajarkan tersebut.
Semoga Allah senantiasa meridhai dan merahmatimu wahai Asy-syahidul Al-hayyu, dan menempatkanmu di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Aamiieen.
Wassaslam,
DK
Sumber:
No comments:
Post a Comment