“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Sunday, May 2, 2021

Keistimewaan Utsman bin Affan

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Pada pertemuan kali ini penulis ingin melanjutkan berbagi cerita tentang seorang khulafaur rasyidin ketiga yakni Utsman bin Affan. Apa saja yang membuat beliau dijamin masuk surga oleh Rasulullah sementara dia masih hidup di dunia saat ada Rasulullah. Ikuti penjelasan berikut ini.

Utsman bin Affan lahir tahun 579 masehi atau bertepatan dengan enam tahun setelah tahun gajah dan wafat pada tanggal 17 Juni 656 M/12 Dzulhijjah 35 H. Beliau menjabat sebagai khulafaur rasyiding ketiga menggantikan Umar bin Khattab selama 12 tahun kurang 12 hari yaitu dari 1 Muharram 23 H bertepatan 644 Masehi sampai dengan 18 Dzulhijjah 35 H bertepatan 656 Masehi. 

Beliau wafat sebagai syahid, dimana dia terbunuh pada tanggal 18 Dzulhijjah, pada hari Jum’at, tahun 35H. di usianya yang ke delapan puluh dua.

Nama lengkapnya Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Asy-Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan. Nama kunyahnya adalah Abu Amr dan Abu ‘Abdillah.

Utsman dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Affan bin Abi al-'As, dari suku bani Umayyah, dan ibu yang bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu Asy-Syams dari suku Abdshams, kedua suku kaya dan terpandang Quraish di Mekah.

Ayahnya, Affan, meninggal di usia muda saat bepergian ke luar negeri, meninggalkan Utsman dengan warisan besar. Ia menjadi pedagang seperti ayahnya, dan bisnisnya berkembang, membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di antara orang Quraiys.

Ia mendapat julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah ﷺ yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Saat hijrah dari Mekah ke Madinah Ruqayyah jatuh sakit demam yang tinggi, hingga wafatlah Ruqayyah  bersamaan dengan kedatangan Zaid bin Haritsah yang mengabarkan kemenangan umat Islam di Badar. Setelah Ruqayyah wafat, Rasulullah menikahkan Utsman kembali dengan putrinya yang lain, Ummu Kultsum radhiallahu ‘anha. Oleh karena itulah Utsman dijuluki dzu nurain (pemilik dua cahaya) karena menikahi dua putri Rasulullah, sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki sahabat lainnya.

Ciri fisik Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus. Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus, berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”

Ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam).


Berikut keistimewaan Utsman yang membuatnya dijamin masuk surga oleh Rasullah ﷺ:

1. Mempunyai sifat pemalu

Dari Utsman [ibnu Affan] dan ‘Aisyah, keduanya menceritakan,

أن أبا بكر استأذن على رسول الله صلى الله عليه وسلم – وهو مضطجعٌ على فراش عائشة، لابساً مرط عائشة- فأذن لأبي بكر وهو كذلك، فقضى إليه حاجته، ثم انصرف. ثم استأذن عمر رضي الله عنه، فأذن له وهو كذلك، فقضى إليه حاجته، ثم انصرف. قال عثمان: ثم استأذنت عليه، فجلس. وقال لعائشة: “اجمعي إليك ثيابك”. فقضيت إليه حاجتي ثم انصرفتُ.قال: فقالت عائشة: يا رسول الله! لم أرك فزعت لأبي بكر وعمر رضي الله عنهما كما فزعت لعثمان؟ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “إن عثمان رجل حيي، وإني خشيت أن أذنتُ له- وأنا على تلك الحال- أن لا يبلغ إليّ في حاجته

“Suatu ketika Abu Bakar meminta izin untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika itu beliau sedang berbaring di tempat tidur Aisyah sambil memakai kain panjang istrinya. Beliau lalu mengizinkan Abu Bakar dan beliau tetap dalam keadaan semula. Abu Bakar lalu mengutarakan keperluannya lalu pergi. Setelah itu datanglah Umar ibnul Khaththab radliallahu ‘anhu meminta izin dan beliau mengizinkannya masuk sedang beliau masih dalam kondisi semula. Umar lalu mengutarakan keperluannya lalu setelah itu ia pun pergi.

Utsman [ibnu Affan] berkata, “Lalu saya meminta izin, beliau lalu duduk”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Aisyah, “Tutupkanlah bajumu padaku”. Lalu kuutarakan keperluanku lalu saya pun pergi.

Aisyah lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, tindakanmu terhadap Abu Bakar dan ‘Umar radliallahu ‘anhuma kok tidak seperti tindakanmu pada Utsman [?]” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu menjawab, “Sesungguhnya Utsman adalah seorang pria pemalu dan saya khawatir jika dia kuizinkan dan saya dalam keadaan demikian, dia lalu tidak mengutarakan keperluannya.”

(Shahih)-Ash Shahihah (1687): [Muslim: 44-Kitab Fadhoil Ash Shohabah, hal. 26-27]

Beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga mengatakan tentang Utsman,

أَلاَ أَسْتَحِى مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِى مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ

”Apakah aku tidak malu pada seseorang yang para Malaikat saja malu kepadanya.” (HR. Muslim, no.6362)


2. Mudah menangis kala mengingat akhirat. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
الحمد لله وكفى والصلاة والسلام على نبيه المصطفى، أما بعد

Khalifah kaum muslimin yang ketiga yakni Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu jika melihat perkuburan beliau menangis mengucurkan air mata hingga membasahi jenggotnya. Suatu hari ada seorang yang bertanya:
تذكر الجنة والنار ولا تبكي وتبكي من هذا؟

“Tatkala mengingat surga dan neraka engkau tidak menangis, mengapa engkau menangis ketika melihat perkuburan?” Utsman pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن القبر أول منازل الآخرة فإن نجا منه فما بعده أيسر منه وإن لم ينج منه فما بعده أشد منه

“Sesungguhnya liang kubur adalah awal perjalanan akhirat. Jika seseorang selamat dari (siksaan)nya maka perjalanan selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika ia tidak selamat dari (siksaan)nya maka (siksaan) selanjutnya akan lebih kejam.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata, “hasan gharib”. Syaikh al-Albani menghasankannya dalam Misykah al-Mashabih)


3. Sangat Dermawan

Utsman bin ‘Affan z adalah figur sahabat yang memiliki kedermawanan luar biasa. Sebelum datangnya risalah Muhammad ﷺ, beliau telah menekuni perdagangan hingga memiliki kekayaan. Setelah cahaya Islam terpancar di muka bumi, harta tersebut beliau infakkan untuk menegakkan kalimat Allah l.

Pada saat Perang Tabuk melawan Romawi, Utsman menyediakan 300 ekor unta dan 1.000 dinar dari kantong pribadinya untuk bekal perang. Utsman juga tidak segan mengeluarkan hartanya untuk kebaikan umat Islam.

Pada saat Islam mulai berkembang di zaman Rasulullah di Madinah hanya ada satu sumur yang mengeluarkan air. Sumur tersebut dimiliki seorang Yahudi. Seorang Yahudi tersebut menjual airnya kepada umat Islam dengan harga yang cukup tinggi. Tentu saja umat Islam menjadi resah dengan persoalan ini.

Kabar ini akhirnya sampai kepada Rasulullah. Rasulullah lantas menyeru kepada para sahabatnya untuk menyelesaikan persoalan air dan sumur tersebut. Beliau menjanjikan siapapun yang membeli sumur miliki Yahudi itu dan mewakafkannya untuk umat Islam, maka kelak ia akan mendapatkan minuman di syurga, sebanyak air dalam sumur tersebut. (HR Ahmad (1/74-75), At-Tirmidzi (5/625-627), dishahihkan Ahmad Syakir dalam ta’liq beliau terhadap Al-Musnad).

Mendengar apa yang telah disampaikan oleh Rasululloh tersebut, Utsman bin Affan langsung mendatangi seorang Yahudi pemilik sumur tersebut. Dengan segala kepandaiannya dalam bernegosiasi, utsman pun berhasil membeli sumur tersebut dengan harga 12.000 dirham.

Namun sumur tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh utsman. Utsman harus bergantian untuk mengambil air tersebut, pasalnya sehari sumur tersebut milik utsman dan sehari lagi sumur tersebut milik yahudi dan begitulah seterusnya.

Utsman pun menyerukan kepada kaum muslimin agar mengambil air sumur tersebut sebanyak mungkin pada hari ketika sumur tersebut dimiliki oleh utsman. Kondisi demikian berjalan beberapa waktu. Hingga akhirnya Yahudi pemilik sumur tersebut menawarkan kepada Utsman untuk membeli secara penuh. Utsman mengeluarkan 8.000 dirham lagi dari kantongnya untuk melunasi harga sumur tersebut.

Dengan demikian, sumur itu sudah dimiliki Utsman secara penuh. Sumur ini lantas diberikan dan diwakafkan kepada umat sehingga umat Islam bebas mengambil air kapanpun mereka butuh. Sumur tersebut dikenal dengan nama sumur Raumah.

Sosok yang mulia ini, tidak pernah berat untuk berinfak di jalan Allah Subhanallahu wata'ala, berapapun besarnya harta yang diinfakkan. Beliau keluarkan seribu dinar (emas) guna menyiapkan Jaisyul ‘Usrah, pasukan perang ke Tabuk, yang berjumlah tidak kurang dari 30.000 pasukan. Seraya membolak-balikan emas yang Utsman z infakkan, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا ضَرَّ عُثْمَانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ

“Tidaklah membahayakan bagi Utsman apapun yang dia lakukan sesudah hari ini.” [HR At-Tirmidzi dalam As-Sunan no. 3701.] (Karena sesungguhnya dia telah diampuni [diterangkan Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi], pen.)


4. Tidak pernah minum minuman keras dijaman jahiliyah

Beliau bernasehat tentang minuman keras adalah: "Hindarilah minuman keras, sesungguhnya ia adalah kunci segala keburukan! Dibawa seorang laki laki, lalu dikatakan kepadanya: ‘(Kamu harus melakukan salah satu dari beberapa perkara ini), bisa jadi membakar kitab ini, membunuh anak kecil ini, memperkosa wanita ini, meminum gelas berisi minuman keras ini dan sujud kepada salib ini! Ia berkata: maka ia tidak melihat padanya sesuatu yang paling ringan selain meminum arak. Tatkala ia meminumnya, ia sujud kepada salib, membunuh anak kecil, memperkosa wanita, dan membakar kitab!"  (At-Tamhid 15/10).


Dikatakan kepada Utsman Radhiyalllahu ‘anhu : "Apakah yang menghalangimu meminum arak di masa jahiliyah, padahal tidak mengapa melakukannya di masa itu?" Ia menjawab: "Sesungguhnya aku melihatnya menghilangkan akal secara menyeluruh, dan aku tidak melihat sesuatu yang menghilangkan secara menyeluruh dan kembali lagi secara menyeluruh."


5. Gemar membaca Al Qur'an

‘Utsman pernah berkata: “Dari dunia ini aku diberi kecintaan pada tiga hal, yaitu memberikan kekenyangan pada orang-orang yang kelaparan, memberikan pakaian pada orang-orang yang tidak punya pakaian, dan membaca Al-Quran”.

Beliau juga pernah menyatakan: “Seandainya hati kita suci, tentulah kita belum lagi merasa kenyang terhadap kalam Rabb kita. Dan sesungguhnya diriku merasa benci ada hari di mana aku tidak melihat mushaf Al-Quran.”

Dari sini nampaklah bagaimana kepribadian dan akhlak ‘Utsman terbentuk menyatu dalam dirinya. Sesungguhnya itu semua dari berkah kebersamaannya dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan kebiasaannya menjaga Al-Quran yang menjadikannya kuat menerima tampuk kepemimpinan sepeninggalan ‘Umar bin Al-Khattab radhiallahu’anhu.

Pada zaman Utsman bin Affan beliau menyatukan bacaan Al Quran dengan menggunakan satu logat bahasa orang-orang Quraisy. Adapun pembukuan Al Quran pertama dilakukan pada zaman Abu Bakar, akan tetapi kala itu tidak disatukan dengan satu logat. 

Karena perlu diketahui bahwa Al Quran diturunkan oleh Allah dalam tujuh logat bahasa Arab, dan dahulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam membenarkan/membolehkan seluruh bacaan Al Quran tersebut, dengan berbagai perbedaan logat bahasa. Akan tetapi karena perbedaan logat bahasa ini menimbulkan perselisihan di tengah-tengah umat Islam, yaitu pada masa Utsman bin Affan, maka beliau memerintahkan agar seluruh umat islam membaca Al Quran dengan satu logat, yaitu logat orang-orang Quraisy dan pembukuannya pun disesuaikan dengan logat tersebut. Inilah ringkas cerita yang terjadi pada masa khalifah Utsman bin Affan.

Demikianlah beberapa keistimewaan khulafaur rasyidin yang ke tiga Utsman bin Affan yang bisa penulis sampaikan. Semoga bisa menjadi inspirasi kita semua untuk mencontoh tauladan yang telah beliau ajarkan tersebut. 

Wassalam,
DK


Sumber 

No comments:

Post a Comment