“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Saturday, May 1, 2021

Keistimewaan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
Hai sobat bloger, kali ini penulis ingin bercerita tentang keistimewaan khulafaur rasyidin yang pertama, yaitu seorang sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang sudah dijamin masuk surga. Beliau adalah Abu Bakar Ash Shiddiq, tentu kita ingin mengetahui dan mencontoh keistimewaan seorang Abu Bakar bagaimana dia bisa dijamin Rasulullah masuk surga sementara dia masih hidup di dunia saat ada Rasulullah.


Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi yang lahir 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah bertempat di Kota Makkah. 

Beliau memiliki kun-yah: Abu Bakar dan dijuluki dengan ‘Atiq (عتيق) atau tampan dan Ash Shiddiq (الصدِّيق) atau berkata benar. Ayah beliau, yaitu ‘Utsmân Abu Quhâfah Radhiyallahu anhu masuk Islam. Sang ibu, Salma binti Shakhr bin ‘Âmir Radhiyallahu anhuma yang dikenal dengan Ummu Khair pun menerima seruan Islam.

Ciri fisik beliau berkulit putih, bertubuh kurus, berambut lebat, tampak kurus wajahnya, dahinya muncul, dan ia sering memakai hinaa dan katm.

Masa pemerintahan Abubakar Ash Shiddiq yang berlangsung selama 2 tahun 3 bulan dan 9 hari. Yaitu dari 13 Rabi’ul Awwal 11 H sd 22 jumadil Akhir 13H


Berikut keistimewaan Abu Bakar Ash Siddiq:

a. Selalu menemani setiap perjalanan Rasulullah

Saat menemani perjalanan Rasulullah berhijrah dari Makah ke Madinah, Allah Ta’ala berfirman,

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”  (QS. At-Taubah: 40)

Kejadian ini juga diceritakan sendiri oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dalam hadits yang sahih,

نَظَرْتُ إِلَى أَقْدَامِ الْمُشْرِكِينَ عَلَى رُءُوسِنَا وَنَحْنُ فِي الْغَارِ، فَقُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ إِلَى قَدَمَيْهِ أَبْصَرَنَا تَحْتَ قَدَمَيْهِ، فَقَالَ : يَا أَبَابَكْرٍ مَاظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا

“Aku melihat kaki-kaki kaum musyrikin berada di atas kepala kami ketika kami di dalam gua, maka aku katakana, ‘Wahai Rasulullah, seandainya seorang dari mereka melihat ke arah kakinya, niscaya dia akan melihat kita di bawah kedua kakinya.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Wahai Abu Bakar, apalah yang kau perkirakan terhadap dua orang yang Allah menjadi pihak ketiganya. Bagaimana pendapatmu tentang dua orang yang ditolong oleh Allah Azza wa Jalla sebagai pihak ketiga.’” (HR. Bukhari, no. 3653 dan Muslim, no. 2381)


b. Orang yang paling rajin beribadah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ صَائِمًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ جَنَازَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مِسْكِينًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا قَالَ فَمَنْ عَادَ مِنْكُمْ الْيَوْمَ مَرِيضًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ أَنَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya (kepada para sahabat), “Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa?” Abu Bakar berkata, “Saya.”

Beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?” Maka Abu Bakar berkata, “Saya.”

Beliau kembali bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Maka Abu Bakar mengatakan, “Saya.”

Lalu beliau bertanya lagi, “Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengunjungi orang sakit.” Abu Bakar kembali mengatakan, “Saya.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim, no. 1028).


c. Orang pertama yang mempercayai perjalanan Isra' Mi'raj Rasulullah

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperjalankan ke Masjidil Aqsha, maka orang-orang pun mulai memperbincang kannya. Sebagian orang yang sebelumnya beriman dan membenarkannya menjadi murtad, mereka pun datang menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu seraya berkata,
هَلْ لَكَ إِلَى صَاحِبِكَ يَزْعَمُ أَسْرَى بِهِ اللَّيْلَةَ إِلَى بَيْتِ المَقْدِسِ ؟

“Apakah engkau mengetahui kalau temanmu mengaku melakukan perjalanan pada malam hari ke Baitul Maqdis?”

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu bertanya,
أَوْ قَالَ ذَلِكَ ؟

“Apakah ia mengatakan seperti itu?” “Iya”, jawabnya.

Abu Bakar berkata,
لَئِنْ كَانَ قَالَ ذَلِكَ لَقَدْ صَدَقَ

“Andai ia memang mengatakan seperti itu sungguh ia benar.”

Mereka berkata,
أَوْ تُصَدِّقُهُ أَنَّهُ ذَهَبَ اللَّيْلَةَ إِلَى بَيْتِ المَقْدِسِ وَ جَاءَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ؟

“Apakah engkau mempercayainya bahwa ia pergi semalaman ke Baitul Maqdis dan sudah kembali pada pagi harinya?”

Abu Bakar menjawab,
نَعَمْ إِنِّي لَأُصَدِّقُهُ فِيْمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ فِي غَدْوَةٍ أَوْ رَوْحَةٍ

“Ya, bahkan aku membenarkannya yang lebih jauh dari itu. Aku percaya tentang wahyu langit yang turun pagi dan petang.”

Aisyah mengatakan,
فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ

“Itulah mengapa beliau dinamakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, orang yang membenarkannya.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 3:65. Al-Hafizh Adz-Dzahabi dalam At-Talkhish mengatakan bahwa hadits ini sahih).


d. Mempunyai sifat pemaaf

Kisah terfitnahnya ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, putri Abu Bakar radhiyallahu anhu adalah bukti hasadnya (kedengkian) orang-orang munafik terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya. Ketika terjadi penuduhan, Mishthoh bin Utsatsah adalah seorang yang terlibat dalam fitnah tersebut, padahal Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu selama ini yang memberinya nafkah, maka beliau marah dan bersumpah untuk tidak memberikan nafkah kembali, hingga turunlah firman Allah Azza wa Jalla,

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang?” (QS. An-Nuur: 22)

Maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu segera mengatakan,

بَلَى وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لِي، فَرَجَعَ إِلَى مِسْطَحٍ الَّذِي كَانَ يُجْرِي عَلَيْهِ

“Ya, demi Allah, sungguh aku lebih suka Allah mengampuni dosaku.” Kemudian beliau radhiyallahu ‘anhu kembali memberikan nafkah kepada Mishthah. (HR. Bukhari, no. 2661 dan Muslim, no. 2770)


e. Orang yang menggantikan Rasulullah sebagai Imam sholat

Di antara hadits-hadits tersebut adalah perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memimpin shalat lima waktu ketika beliau sakit keras di akhir hayatnya. ‘Aisyah radhiyallahu anha menceritakan saat-saat terakhir sebelum ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjemput,

فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ بِأَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ, وِفِيْهِ : فَصَلَّى أَبُوبَكْرٍ تِلْكَ الأَيَّامَ

“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang agar menyuruh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memimpin shalat. Dalam riwayat tersebut dikatakan: Maka Abu Bakar menjadi imam pada hari-hari itu.” (HR. Bukhari, no. 687 dan Muslim, no. 418)


f. Orang yang dermawan

Beliau sangat dermawan yang rela mengeluarkan uangnya untuk membebaskan 70 orang yang disiksa orang kafir karena alasan bertauhid kepada Allah, kejadian ini terjadi sebelum hijrah. Di antara mereka adalah Bilal bin Rabbaah, ‘Amir bin Fahirah, Zunairah, Al Hindiyyah dan anaknya, budaknya Bani Mu’ammal, Ummu ‘Ubais.

Dalam riwayat lainnya Ibnu Abi Hatim dan at-Tabarani meriwayatkan, Urwah mengatakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq membebaskan tujuh orang (budak), yang masing-masing disiksa karena Allah, dan ayat tentangnya kemudian turun, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu….” (QS Al-Lail [92]: 17-21), sampai dengan akhir surat itu.

“Ketika dia (Abu Bakar) masuk Islam, hartanya tak kurang dari empat puluh ribu dirham yang disimpannya dari hasil perdagangan. Dan selama dalam Islam dia terus berdagang dan mendapat laba yang cukup besar.

“Tetapi setelah hijrah ke Madinah sepuluh tahun kemudian, hartanya itu hanya tinggal lima ribu dirham. Sedang semua harta yang ada padanya dan yang disimpannya, kemudian habis untuk kepentingan dakwah, mengajak orang ke jalan Allah dan demi agama dan Rasul-Nya.

“Kekayaannya itu digunakan untuk menebus orang-orang lemah dan budak-budak yang masuk Islam, yang oleh majikannya disiksa dengan pelbagai cara, tak lain hanya karena mereka masuk Islam.”

Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam hal sedekah:

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ 

"Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali, jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu." [Al-Baqarah/2:271] 

Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan dari jalan ‘Amir asy-Sya’bi rahimahullah, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan Umar Radhiyallahu anhu ketika mereka berdua berlomba-lomba untuk bersedekah. Umar Radhiyallahu anhu memberikan setengah hartanya, tiba-tiba Abu Bakar Radhiyallahu anhu memberikan seluruh kekayaannya dengan mengatakan,
”Aku tinggalkan untuk mereka Allâh dan RasulNya.” 

Maka Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu mengatakan:
 لاَ أَسْبِقُهُ إِلَى شَيْءٍ أَبَدًا 

"Selamanya, aku tidak akan dapat mengalahkannya dalam hal apapun" [HR Tirmidzi, no. 3675, dan dihasankan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat juga Tafsîr Ibnu Katsîr 1/702] . 

Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي مَالِهِ وَصُحْبَتِهِ أَبُوبَكْر 

"Sungguh orang yang paling banyak berkorban untukku dalam harta maupun persahabatan adalah Abu Bakar" [HR. al-Bukhâri, no. 3654 dan Muslim, no. 2382]

Itu saja yang bisa penulis sampaikan, semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari keistimewaan seorang amirul mukminin Abu bakar, yang akan menjadikan kita orang yang dijamin masuk surga oleh Allah subhanallahu wata'ala. Aamieen.

Wassalam,
DK


Sumber:

No comments:

Post a Comment