“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Sunday, May 9, 2021

Keistimewaan Sa’id bin Zaid



Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

Pada pertemuan kali ini penulis ingin bercerita tentang seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang sudah dijamin masuk surga. Beliau adalah Sa'id bin Zaid. Apa saja keistimewaan sahabat tersebut? Ikuti penjelasan berikut ini.

Nama lengkap sesuai sanad beliah adalah: Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail ‘Abdul ‘Uzza bin Rayyah bin ‘Abdillah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay, Al-Qurasyi Al-Adawi. Beliau mempunyai kunyah Abul A’war.

Sa’id bin Zaid lahir sekitar 15 tahun sebelum masa kenabian (Hijriyah)/ dan wafat pada usia 77 tahun bertepatan 51Hijriyah/671M di Aqiq Madinah. Sa'id digambarkan sebagai pria tinggi, berbulu, berkulit gelap. 

Ibunya bernama Fathimah binti Ba’jah bin Malih Al-Khuzaiyah. Ayahnya bernama Zaid bin Amr bin Nufail. Sa’id adalah putra paman Umar bin Al-Khatthab dan iparnya, karena ia beristrikan Fathimah binti Khatthab yang merupakan saudara perempuan Umar bin Khatthab, sementara saudara perempuan Sa’id yang bernama Atikah binti Zaid bin Amr bin Nufail diperistri oleh Umar bin Al-Khatthab.

Istrinya, Fathimah binti Khatthab  (adik Umar bin Khattab). Sa'id dan istrinya termasuk Assabiqunal Awwalun atau termasuk orang pertama yang masuk agama Islam sebelum Umar bin Khattab. Sa'id sangat menjunjung tingi adab Islam. Sebelum dia masuk Islam dia mengikuti agama ayahnya, Zaid bin Amr bin Nufail, yang mengikuti agama Nabi Ibrahim. 

Dari Sa'id dan istrinya Fatimah yang membuat kakak kandung Fatimah yaitu Umar bin Khattab masuk Islam setelah membaca suhuf atau lembar Al Quran yang di pegang Fatimah. Saat itu hidayah menghampiri Umar bin Khattab setelah membaca Surat Thoha yang diambilnya dari tangan adiknya setelah menuruti perintah Fatimah untuk berwudhu dahulu.

Sa'id memiliki lebih dari tiga puluh anak dari setidaknya sebelas wanita yang berbeda. [Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 3 Hal: 298–299]. Berikut untuk jelasnya:
  1. Fatimah binti al-Khattab, dikenal sebagai Ramla atau sebagai Umm Jamil, sepupunya dan saudara perempuan Umar, Khalifah kedua. Anaknya: Abdul Rahman.
  2. Julaysa binti Suwayd. Anaknya: Abdullah, Zayd, Atiqah.
  3. Umama binti al-Dujayj dari suku Ghassan. Anaknya: Ummu Hasan, Ummu Musa, Umar, Abdul Rahman.
  4. Hamzah binti Qays dari klan Muharib ibn Fihr dari Quraisy. Anaknya: Muhammad, Ibrahim, Abdullah, Ummu Habib Yang Tua, Ummu al-Hasan, Ummu Zaid, Ummu Salamah, Ummu Habib, Ummu Sa'id, Ummu Zaid.
  5. Umm al-Aswad dari suku Taghlib. Ansknya: Amr, al Aswad.
  6. Dumkh binti al-Asbagh dari suku Kalb. Anaknya: Amr, Talha
  7. Zujla binti Qurba, juga dari suku Taghlib. Anaknya: Ibrahim, Hafsa
  8. Ummu Khalid, seorang selir. Anaknya: Khalid, Umm Khalid, Ummu Numan.
  9. Ummu Bashir binti Abi Mas'ud al-Ansari. Anaknya Ummu Zaid.
  10. Seorang wanita dari suku Tayy. Anaknya Ummu Zaid Muda, istri al-Mukhtar bin Abi Ubayd.
  11. Selir lain. Anaknya: Aisyah, Zainab, Ummu Abdul Hawla, Ummu Saleh.


Berikut beberapa keistimewaan Sa'id bin Zaid:

1. KeIslamannya mengikuti ajaran agama Nabi Ibrahim dari Ayahnya

Sebelum memeluk Islam, Said tidak pernah menyembah berhala, memakan bangkai, atau yang lainnya. Ia bertekad mencari agama yang benar hingga memeluk Islam. Ayahnya, Zaid, pun enggan untuk memeluk agama Nasrani saat penjelajahan spiritual mencari agama yang benar.

Saat ayah Sa'id yaitu Zaid pergi ke negeri Syam untuk mempelajari agama Nabi Ibrahim yang lurus, dia bertemu dengan seorang pendeta di Syam. Sang pendeta pun berkata, “Sesungguhnya kamu sedang mencari agama yang sudah tidak ada yang murni lagi. Oleh karena itu, pulanglah ke Makkah, karena sesungguhnya Allah akan mengutus kepada kalian orang yang memperbaharui agama Ibrahim itu. Pergilah, lalu berimanlah kepadanya dan ikutilah dia!”

Ketika Zaid masih berada dalam perjalanan menuju Makkah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah diutus sebagai Rasul. Saat itu Zaid belum mengetahui bahwa Rasulullah telah diutus. Sayangnya, kematian telah lebih dulu menjemputnya sebelum dia beriman. Dia telah dibunuh oleh sebagian orang Badui (Arab pedalaman).

Ketika kisah ini diceritakan kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau pun menceritakan tentang sosok Zaid, “ Sesungguhnya dia akan dibangkitkan pada hari kiamat (nanti) seorang diri sebagai satu umat (yang terpisah).”

Menjelang hembusan nafas terakhirnya ayah sa'id, Zaid berkata, “Ya Allah, jika Engkau memang tidak menghendaki kebaikan ini (agama Islam) untukku, maka janganlah Engkau halangi anakku (Sa’id) darinya.” Zaid  meninggal ketika Kaum Quraisy sedang memperbaiki Ka'bah, yakni, ketika Nabi ﷺ berusia 35 tahun.


2. Lebih mencintai berjihad dijalan Allah

Sa’id bin Zaid pernah di beri mandat oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah untuk menjadi Gubernur Damaskus. Namun ketika masa jabatannya telah menyibukkan dirinya sehingga membuatnya tidak dapat berjihad, dia pun menulis surat kepada Abu Ubaidah: 

“Tidaklah aku lebih mementingkan dirimu dan para sahabatmu untuk berjihad daripada diriku, dan seperti itu pula terhadap segala hal yang dapat mendekatkanku kepada keridhaan Allah. Jika suratku ini sampai kepadamu, maka kirimkanlah bawahanmu yang lebih berhasrat memegang jabatan ini daripada aku.”

Jihad Sa’îd bin Zaid al-‘Adawi Radhiyallahu anhu dimulai pada Perang Uhud. Ia tidak ikut serta dalam Perang Badar lantaran diutus oleh Rasulullah n ke negeri Syam bersama Thalhah bin ‘Ubaidillâh Radhiyallahu anhu untuk mencari-cari berita tentang kafilah dagang Quraisy. Setelah Perang Uhud, seluruh peperangan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia ikuti. Bahkan Sahabat Nabi yang terkenal dengan keberaniannya ini ikut ambil bagian dalam Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Panglima Khâlid bin WalîdRadhiyallahu anhu dan pengepungan Damaskus.


3. Bersifat zuhud (lebih mementingkan akhirat dibanding duniawi)

Dari Said bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail, bahwa Arwa memperkarakannya terkait sebuah rumahnya. Said pun berkata, “Biarkan dia, karena aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang mengambil sejengkal tanah yang bukan haknya, maka tanah itu dikalungkan padanya dalam tujuh bumi pada hari kiamat.‘ Ya Allah, jika ia dusta maka butakan penglihatannya dan jadikan kuburnya di rumahnya.”

Perawi mengatakan, “Aku melihat wanita itu dalam kondisi buta, ia meraba-raba dinding sambil berkata, ‘Aku terkena doa jelek dari Sa’id bin Zaid.’ Saat berjalan di dalam rumah, ia melewati sumur yang berada di dalam rumah lantas ia terjatuh ke dalam sumur. Sumur inilah yang menjadi kuburnya.” (HR. Bukhâri no. 3198 dan Muslim, no. 1610)

Maksud hadits diatas Arwa binti Aus menuduh Sa’id bin Zaid telah mengambil sebagian tanahnya, Arwa mengadukan perbuatan Sa’id kepada Marwan bin Hakam (Gubernur Madinah ketika itu). 

Kemudian Sa’id  berseru, “Mungkinkah aku mengabil sebagian tanahnya, padahal aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: ‘Siapa yang mengambil sejengkal tanah yang bukan haknya, maka tanah itu dikalungkan padanya dalam tujuh bumi pada hari kiamat." Karena dia di dzolimin, akhirnya Sa'id berdoa kepada Allah supaya wanita itu dibutakan penglihatannya dan dijadikan kuburan rumahnya. Akhirnya Allah mengabulkan doa Sa'id.

Demikian selintas kisah tentang keistimewaan seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan juga terkenal dengan doa mustajab yaitu Sa'id bin Zaid. Semoga kita bisa mencontoh suri tauladannya untuk bisa mendapat jaminan surga dari Rasulullah ﷺ.


Sumber

No comments:

Post a Comment