“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Monday, August 15, 2016

Ekspedisi Gunung Prau Dieng Wonosobo


PENDAHULUAN

Asslamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu
Salam petualangan buat sobat sekalian. Kali ini penulis ingin berbagi cerita saat ekspedisi ke Gunung Prau di daerah Dieng Wonosobo (Jawa Tengah). Seperti biasa kami melakukan ekspedisi ini bertiga (saya, istri/bunda dan anak saya/Deksa) serta mobil kendaraan kami yang selalu membawa kami dalam ekspedisi.

Dalam ekspedisi kami kali ini kami mengambil jalur pendakian melalui Patak Banteng, karena jalur ini relatif pendek dan sangat mudah yang hanya membutuhkan waktu 2~3 jam saja untuk munuju puncak dan biasanya jalur ini sangat cocok medannya khususnya buat para pendaki pemula.
Rute Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng

Jalur Patak Banteng merupakan jalur favorit bagi pendaki dan biasanya sangat ramai dibandingkan jalur lainnya. Sebagai informasi jalur lainnya bisa kita pilih melalui: Dieng (4~5 jam), Sukorejo Kendal (6~7 jam),  Kali Lembu, Wates, ataupun Dwarwati.

Perlu kita ketahui bahwa Gunung Prau memiliki ketinggian 2.565 mdpl. Ketinggian yang cukup-lah jika dibandingkan dengan gunung berapi lainnya dan jalur pendakiannyapun lumayan pendek dan waktu perjalanan juga singkat. Hal tersebut dikarenakan titik memulai pendakian dari basecamp sudah berada pada ketinggian 1.700 mdpl.


MEMULAI PEJALANAN
Perjalanan di mulai Hari Sabtu tanggal 13 Aug 2016 jam 13:30 dari Kalioso (Jl. Solo-Purwodadi Km 11). Rute perjalanan hanya mengandalkan petunjuk dari Google Map, dengan estimasi perjalanan selama 4 jam 26 menit menuju Basecamp Patak Banteng Gunung Prau. Perjalanan kami menggunakan kendaraan pribadi (mobil).

Rute perjalanan pergi

Buat sobat yang muslim sebelum berangkat ada baiknya mengerjakan Sholat Dzuhur dan Ashar dengan cara di jama dan qhosor terlebih dahulu (Zhuhur di qhashar 2 rakaat dan Asar di Jama Takdim dan qhosor 2 rakaat). Karena saat perjalanan membutuhkan jarak yang lumayan jauh dan waktu yang lama (sekitar 171 Km)

Perlu sobat ketahui bahwa, selama perjalanan mengikuti rute ini banyak pengalaman yang sangat berkesan. Dimulai saat di daerah menuju Grabag, dimana disitu jalannya banyak yang sedang diperbaiki, sehingga jalur dialihkan ketempat lain dan kitapun mengikuti. Saat dialihkan dimana di google map belum terdaftar, akhirnya kita hanya mengikuti angkot yang jalan didepan kita. Jalannya sempit dan kudu berhati-hati saat papasan dengan truk, karena di kiri jalan ada parit yang tidak ada penghalangnya.

Setiba di daerah Temanggung tepatnya di alun-alun, kami sempatkan beristirahat sejenak untuk makan malam di loaksi warung yang ada disana. Terlihat keramayan masyarakat Temanggung dan keramah tamahan orangnya membuat kami nyaman beristirahat disana.

Pengalaman seru yang sangat berkesan yaitu saat kami melewati Jalan Tambi di daerah Gunung Sindoro. Disitu jalannya menanjak, sempit dan berkabut lagi. Saat melewati Jalan Tambi tersebut waktu sudah menunjukkan pukul 5:30 sore sehingga suasanan sudah gelap. terlihat banyak kendaraan yang berhenti karena tidak kuat melanjutkan. Perjalanan kamipun sangat lambat karena tiba-tiba kabut tebal menghalangi pandangan kami, dimana jarak pandang hanya sekitar 2 meter dari kendaraan. Saran saya sebaiknya gunakan fog lamp (lampu kabut) sebagai tambahan selain lampu utama pada kendaraan kita. Dan jangan sekali-kali gunakan lampu tembak, karena akan semakin membuat jalan tidak terlihat.

Saat melewati kabut tebal tersebut saya merasakan banyak sekali kehadiran makhluk-makhluk yang kasap mata berada di dalam kendaraan kami. Susah di nalar dengan akal normal, akan tetapi hal tersebut nyata, karena meskipun kendaraan kami gunakan gigi 1, kendaraan tetap berat, ibarat kendaraan ada yang memeganginya. Keanehan ini sangat kami rasakan dalam perjalanan. Dan kami usahakan zikir dalam perjalanan kami, yang alhamdulillah selang berapa menit setelah kami zikir kabut tebalpun menghilang dan kendaraan berjalan normal kembali.

Sebagai catatan buat sobat yang muslim, apabila kita memasuki suatu daerah yang kita yakin daerah tersebut tidak nyaman buat kita, Rasulullah mengajarkan doa yang harus kita baca yaitu:
“Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas ia mengucapkan “a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq” (Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)”, maka tidak ada sama sekali yang dapat memudhorotkannya sampai ia berpindah dari tempat tersebut” (HR. Muslim no. 2708).


TIBA DI BASECAMP
Setiba di lokasi base camp kira-kira pukul 19:00 malam, kendaraan kami langsung menuju parkiran tidak jauh dari basecamp dengan dipandu oleh tukang parkir disana. Untuk tarif parkir mobil menginap semalam yaitu Rp. 25,000,- (Aug 2016).

Persiapan peralatan kami mulai sebelum melapor ke basecamp. Untuk sobat petualang sebaiknya gunakan sepatu gunung karena medan di Gunung Prau kalau kemarau berdebu dan kalau hujan sangat becek. Jadi kalau pakai sandal banyak pengalaman saat kemarau kaki kotor dan kemasukan pasir, sebaliknya pada musim hujan banyak sandal yang putus dan kaki jadi licin dan sangat kotor meski menggunakan sandal. Serta jangan lupa bawa jas hujan, sleeping bag karena udara disana lumayan sangat dingin apalagi saat hujan.

Tiket saat pendaftaran masuk Rp. 10,000,- per orang

Saat melapor di basecamp tidak sesulit saat melapor di Gunung semeru, cukup dengan mencatat nama yang akan mendaki dan memberikan nomor handphone serta membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 10,000,- (Aug 2016).

Peta dan ketentuan denda jika terjadi perlanggaran

PERJALANAN BASECAMP - POS 1 (Sikut Dewo)
Perjalanan kami mulai dengan melewati rumah penduduk dan menaiki anak tangga yang sudah di semen. Selesai anak tangga tersebut perjalanan akan melewati kebun kol kira-kira 100meter dan dilanjut perjalanan menanjak dengan batu-batu gunung yang sudah tersusun rapih. Saat penghabisan jalan tersebut tibalah kita di Pos 1. Jaraknya hanya singkat kira-kira 15~20 menit.

Tiba di Pos 1, kita harus menunjukkan bukti tiket pendaftaran di base camp, dan petugas akan merobek tiket kita. Perjalanan dari basecamp menuju Pos 1 ini juga bisa ditempuh dengan menggunakan ojek lho sobat. Khususnya bagi yang punya kelebihan uang dan yang ingin mengirit tenaga saat pendakian nanti. Ongkos ojek juga lumayan murah Rp. 20,000,- sekali jalan.


PERJALANAN POS 1 - POS 2 (Canggal Walangan)
Perjalanan dari Pos 1  menuju Pos 2 kami lalui dengan melewati banyak warung-warung yang menjual makanan dan minuman ringan. Jadi buat sobat yang tidak sempat membawa makanan dan minuman atau yang kekurangan bekal bisa membelinya di warung tersebut. Harganyapun tidak terlalu mahal, gorengan atau lontong dihargai Rp. 1,000,- per potong. Hanya minuman saja yang lumayan mahal seperti pokari 600ml atau sejenisnya dihargai Rp. 10,000 per botol.

Warung makanan antara Pos 1 dan 2

Dalam perjalanan kami menggunakan komunikasi Radio Walky talkie, karena sinyal Handphone sulit dijangkau saat di pegunungan. Jadi 1 radio dipegang saya dan satu lagi dipegang Deksa. Karena Deksa jalan duluan dan saya bersama bunda. Saat hampir tiba di Pos 2 sang bunda sudah kelelahan karena memang tidak kuat berjalan jauh. Kami pun memutuskan untuk mendirikan tenda ditempat yang sudah ada ditepi jalan.

Buat sobat yang takut akan binatang liar, sebaiknya membawa garam kasar, jadi setelah mendirikan tenda, sebaiknya taburkan garam tersebut di seputar tenda guna mencegah binatang melata ataupun ular masuk kedalam tenda.

Setelah mendirikan tenda kami mengerjakan Sholat Maghrib dan Isya dengan cara di jama dan qhosor (Maghrib di jama takhir 3 rakaat dan isya di qhosor 2 rakaat). Selesai ibadah, malam itu kamipun beristirahat untuk persiapan pendakian keesokan harinya.

Saat waktu subuhpun tiba kami terbangun dan bersiap-siap untuk menunaikan sholat Subuh. Perlu sobat ketahui juga, bahwa saat digunung memang kondisi udara yang sangat dingin biasanya membuat kita enggan berwudhu menggunakan air karena takut akan kedinginan. Akan tetapi berwudhun dengan air sangatlah dianjurkan Rasulullah terkecuali apabila kita ada uzur atau memang sudah tidak ada air didekat kita. Berwudhu cukup dengan segelas air kemasan dan tidak perlu menggunakan air yang berlebihan. Apabila sholat diluar tenda tidak memungkinkan, maka kita bisa sholat di dalam tenda dengan cara duduk karena tidak memungkinkan untuk berdiri.

Selesai sholat saya dan Deksa mempersiapkan diri dengan peralatan dan perbekalan yang diperlukan untuk mendaki, sementara bunda hanya didalam tenda karena tidak memungkinkan untuk mendaki. Peralatan yang sangat perlu yaitu, jaket anti dingin, jas hujan, sepatu, senter, radio walky talkie dan sedikit perbekalan air minum serta makanan ringan. Untuk radio walky talkie satu dipegang bunda yang berada ditenda dan satu lagi saya bawa untuk komunikasi saat diperjalanan.

Tiba di Pos 2 Canggal Walangan

Perjalanan pendakian kami mulai sekitar jam 06:00 pagi. Jarak dari lokasi kami mendirikan tenda ke Pos 2 sangat dekat sekali, kira-kira 5 menit kamipun tiba di Pos 2. Di Pos 2 ini kami hanya break sebentar mengatur pernapasan karena Deksa terlihat sangat kelelahan sekali setelah beberapa lama tidak pernah mendaki lagi.

Dokumentasi di Pos 2

Tepat di Pos 2 buat sobat yang sudah kecapaian, disini kita juga bisa mendirikan tenda, karena lokasi disini ada beberapa tanah datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda. Lokasi disini juga rimbun dibawah pohon jadi kita bisa terhindar dari hembusan angin pegunungan ataupun terik matahari siang.


PERJALANAN POS 2 - POS 3 (Cacingan)
Dari Pos 2, perjalanan kami lanjutkan ke Pos 3. Saat perjalanan menuju Pos 3 medannya cukup menanjak dengan jalan bebatuan yang terjal. Akan tetapi ditengah tengah antara Pos 2 dan Pos 3 ini akan kita temui jalan datar kira-kira 50 meter, lumayan bonus untuk merelax kaki kita sejenak sebelum melanjut pendakian kembali.

Track menuju Pos 3 Cacingan

Kita perlu berhati-hati saat mengambil jalan di jalur ini karena bersebelahan langsung dengan jurang, jadi apabila kita terpeleset maka bisa langsung jatuh ke jurang. Untuk itu sebaiknya memilih jalur yang agak berjauhan dengan jurang.

Jalur pendakian bersebelahan dengan jurang

Setiba di Pos 3, kami temui banyak para pendaki lain yang bermalam dengan mendirikan tenda disana, karena dilokasi Pos 3 ini ada banyak tanah datar yang sangat cocok untuk kita dirikan tenda.

Tiba di Pos 3 Cacingan

Dilokasi Pos 3 ini apabila sudah diatas jam 6 sore maka angin sangat deras sekali sehingga membuat kita kedinginan dijalan. Jadi apabila kita sudah tidak sanggup sebaiknya mendirikan tenda disini untuk melanjutkannya keesokan paginya.

Beberapa pendaki yang sudah mendirikan tenda di Pos 3


PERJALANAN POS 3 - BUKIT TELETUBIS

Tidak berlama-lama di Pos 3, perjalanpun kami lanjutkan menuju Bukit teletubis. Tanjakan bebatuan dan datan becekpun kami lalui, karena saat kami melintas hujan turun.
 
Jalan licin dan becek saat hujan

Menggunakan sepatu gunung yang tepat akan memudahkan sobat menapaki langkah demi langkah tanjakan di Gunung Prau ini. Di beberapa titik ketebalan pasirnya cukup tebal juag becekan yang apabila hujan akan sangat berlumpur, jadi jika memakai sandal kaki akan kotor dan licin.

Perjalanan yang penuh becek dan licin

Menggunakan sepatu sepertinya pilihan yang paling pas di sini, karena selain hawanya yang dingin jika kita menggunakan sandal selain itu juga kondisi tanah sangat becek apabila terkena hujan. Selama perjalanan mendaki banyak saya lihat para pendaki yang berpapasan akan turun tidak menggunakan alas kaki (nyeker) ada pula yang hanya menggunakan kaus kaki bahkan ada yang ngesot karena tidak menggunakan alas kaki apapun. Setelah saya tanya ternyata mereka saat naik ada yang menggunakan sandal dan putus dijalan ada juga yang menggunakan sepatu biasa dan sobek saat dijalan becek.

Sesekali sebelum melanjutkan perjalanan Anda bisa menikmati pemandangan yang ada di belakang. Di beberapa titik rerimbunan pohonnya tidak terlalu lebat, sehingga bisa melihat pemandangan kawasan wisata Dieng Plateau dari sana. Serta juga akan terlihat telaga warna dari atas berwarna hijau.

Jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng di beberapa titik memang menuntut "rasa awas" yang lebih dari para pendaki. Pas melewati bagian ini saya juga melakukan hal yang sama. Anda memang harus merelakan tangan Anda kotor oleh becekan saat melewati jalur ke puncak Gunung Prau ini.

Sesampai di Bukit Teletubis sekitar pukul 08:00 pagi (sekitar 2 jam dari tenda di antara Pos 1 & Pos 2 menuju bukit teletubis), kami melihat ada puluhan tenda yang sudah menginap dari semalam disana. Terlihat juga beberapa pendaki yang sudah bersiap-siap untuk turun gunung.

Tiba di Bukit Teletubis

Disana sayai bertanya-tanya dimana letak tugu Gunung Prau, tapi dari beberapa pendaki yang saya tanya ternyata kebanyakan baru pertama kali mendaki Gunung Prau jadi tidak ada yang tau. Ada satu orang pendaki yang bilang kalau puncak Gunung Prau masih beberapa puluh meter lagi kearah selatan.

Melihat kondisi Deksa yang sudah tidak memungkinkan untuk melanjut perjalanan, kami pun memutuskan untuk cukup sampai di Bukit teletubis saja dan kami puas-puaskan untuk berphoto-photo sebagai dokumentasi disana.

Camp area Patak Banteng di Bukit Teletubis

Dari atas Bukit teletubis terlihat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing dikejauhan yang sangat indah untuk dilihat. Dan juga terlihat jauh dibawah gumpalan awan dibawah kami berdiri menambah indah pemandangan yang ada disana.

Puncak Prau


PERJALANAN TURUN GUNUNG
Selanjutnya kamipun turun gunung pukul 08:30 dan tiba di tenda pukul 11:30, selama perjalanan turun kami banyak melihat keindahan alam Gunung Prau dimana dari atas terlihat pemandangan telaga warna Dieng, dan terlihat awan dibawah kami yang sangat indah.

Setiba ditenda Bunda sudah siap dengan makanan nasi, mie goreng, dan telur rebus serta gorengan dan lontong yang sempat saya beli saat melewati warung di Pos 2. Kamipun makan dengan lahapnya dan setelah itu sempatkan beristirahat tiduran sebentar sebelum melanjut perjalanan pulang.

Kira-kira pukul 12:15 kami persiapan pulang dengan melipat tenda dan membersihkan sisa-sisa sampah yang akan kami bawa turun. Selanjutnya pukul 13:30 kami baru melanjut perjalanan turun ke basecamp. Diperjalanan turun ke base camp terlihat para pendaki lainpun sudah banyak yang turun bersama kami. Akhirnya kamipun tiba di basecamp dan melanjut pulang kembali kerumah.

Perjalanan kami pulang kerumah terpaksa kami mengambil jalur lain melewati Wonosobo untuk menghindari jalan sempit dan berkabut di daerah Gunung Sindoro.

Rute perjalanan pulang

Itu saja pengalaman ekspedisi kami di Gunung Prau yang penuh pengalaman seru. Semoga dapat menjadi pengetahuan buat sobat petualang lainnya yang belum pernah kesana.

Terima kasih,
Wassalam,
DK

No comments:

Post a Comment