“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Tuesday, January 26, 2016

Jawaban Seorang Pendeta Mengenai Mengapa Tidak Ada Yang Dapat Menghafal Hafal Injil?



Salah satu faktor yang mengokohkan keislaman H Insan LS Mokoginta (Wencelclaus) setelah meninggalkan Kristen adalah mukjizat Al-Qur'an yang mudah dihafal secara benar dan tepat. Padahal selama menjadi Kristen, muhtadin asal Manado ini belum pernah menjumpai para penginjil, pendeta, pastor dan umat kristiani yang hafal Alkitab (Bibel) dengan benar di luar kepala.

Untuk membagi pengalaman rohaninya, dalam berbagai kesempatan dakwah, Mokoginta tak pernah lupa berbagi ketakjuban terhadap kitab suci Al-Qur'an yang mudah dihafalkan oleh siapapun. Bahkan Mokoginta menuangkan dalam buku “Mustahil Kristen Bisa Menjawab:  Berhadiah Mobil BMW.” Dalam buku ini, Mokoginta menggelar kuis terbuka: Jika ada yang hafal ayat Alkitab maka akan diberi hadiah mobil BMW.

Gayung bersambut, akhirnya Pendeta Budi Asali, M.Div merasa tersengat dengan tantangan Mokoginta. Maka beberapa bulan lalu pendeta dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia ini menulis buku tanggapan balik “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?”

Anehnya, soal tantangan hafal Bibel di luar kepala tersebut, Pendeta Budi sama sekali tidak menjawab dengan pembuktian bahwa ada orang Kristen yang hafal Bibel di luar kepala tanpa kesalahan sedikit pun. Ia malah berkilah:

“Saya bukan Islam, dan tidak pernah menjadi  Islam, dan juga tidak terlalu mendalami Islam, sehingga saya tidak terlalu tahu dengan persis apa sebabnya banyak orang Islam menghafal Al-Qur'an. Tetapi mungkin, karena adanya semacam kefanatikan terhadap bahasa Arab… Yang jelas, dalam Kristen tidak ada kefanatikan terhadap bahasa asli, dan juga tidak keharusan menghafal secara persis, dan tak ada pahala apa-apa dalam menghafalkan ayat-ayat Alkitab” (hlm. 212).

Memang Islam dan Kristen berbeda teologis dalam hal bahasa Kitab Suci. Islam sangat menekankan pentingnya bahasa asli Al-Qur'an yaitu bahasa Arab, sementara Kristen mengabaikan bahasa asli  Bibel. Tapi tidak benar kesimpulan Pendeta Budi, bahwa perbedaan ini dilatarbelakangi oleh sikap fanatik terhadap bahasa tertentu. Perbedaan Islam dan Kristen dalam hal bahasa kitab suci bisa dijelaskan sbb:

1. Umat Islam membaca Al-Qur'an dalam bahasa Arab bukan karena fanatik, tapi karena Allah SWT mewahyukan Al-Qur'an dalam bahasa Arab (Qs Thaha 113, Az-Zumar 27-28, Az-Zukhruf 3, Ar-Ra’d 37). Sedangkan Alkitab (Bibel) tidak ada jaminan dari Tuhan, dalam bahasa apa kitab ini diinspirasikan.

Islam membedakan antara Al-Qur’an dengan “Terjemah Al-Qur'an” dalam berbagai bahasa. Bila ada kesalahan terjemah Al-Qur'an, bisa dicocokkan dengan nas asli Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh umat Kristen yang sudah kehilangan bahasa asli Bibel.

2. Membaca Al-Qur’an sangat besar keutamaannya, yaitu dengan reward berupa nilai amal shalih sepuluh kali lipat. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, ia akan diberi imbalan amal shalih, dan satu amal shalih akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf” (HR Tirmidzi).

Inilah juga membedakan kitab suci Al-Qur'an dengan buku bacaan lain. Membaca saja sudah berpahala, terlebih lagi jika memahami dan mengamalkannya, tentu lebih banyak lagi pahalanya. Sedangkan membaca Bibel, tidak ada jaminan dari Yesus maupun Tuhan, bahwa membaca satu huruf Bibel mendapat kebaikan.

3. Umat Islam bersemangat untuk menghafal Al-Qur'an juga bukan karena fanatisme Arab, tetapi karena tingginya derajat para huffaz (penghafal) Al-Qur’an, antara lain sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam beberapa hadits: huffaz Al-Qur’an adalah keluarga Allah yang khusus (ahlullah wa khaasshatuh), mereka akan memperoleh kedudukan setinggi (sebanyak) ayat yang dia baca, akan diberi pahala dari setiap huruf yang dibaca sepuluh kebajikan.

Ini bukan berarti Islam mengutamakan pembacaan dan penghafalan lalu melalaikan pemahaman dan pengamalan. Bukankah “menghafal” adalah salah satu bagian daripada proses pemahaman suatu ayat? Sedangkan Bibel, sebagaimana pengakuan Pendeta Budi, sama sekali tidak pernah memberikan reward kepada orang yang menghafal ayat-ayat Bibel.

4. Umat Kristen tidak bisa membaca kitab suci dalam bahasa aslinya, karena naskah asli Alkitab yang disebut “autographa” sudah hancur dimakan umur. Alkitab yang ada saat ini adalah salinan dari salinan-salinan naskah kuno yang disebut “manuscript.” Manuskrip-manuskrip ini pun tidak tahan dimakan usia, karena itu disalin ulang oleh para penyalin sampai sekarang ini terdapat ribuan manuskrip Alkitab. Rev David J Fant dari New York Bible Society, mengakui bahwa naskah asli Alkitab telah hilang:   “The question naturally arises, do any of the original manuscripts of the Bible still exist? The answer is No. The original manus¬cripts were on papyrus and other perishable materials and have long since disappeared” (Simple Helps and Visual Aids to Understanding The Bible, hlm. 6).

[Persoalan yang biasanya ditanya, adakah naskah-naskah asli Alkitab masih ada sehingga kini? Jawabannya tidak! Naskah-naskah asli di atas papirus dan bahan-bahan lain yang mudah rusak semuanya telah lama hilang].

Jadi, umat Islam membaca Al-Qur'an dalam nas Arab karena nas inilah yang disebut kitab suci Al-Qur'an yang orsinil sesuai dengan yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan umat Kristen mengabaikan pembacaan dan penghafalan Bibel dalam bahasa asli, karena mereka sudah kehilangan bahasa asli Alkitab.

Mengapa Tidak Ada yang Hafal Injil? Ini Jawaban Pendeta
Musa, hafidz cilik 5 tahun yang hafal AlQur'an 30 Juz
Dalam sebuah acara debat terbuka secara ilmiah, seorang peserta iseng bertanya pada pendeta yang menjadi narasumber, adakah orang Kristen yang hafal Injil secara seluruhnya sebagaimana kaum muslimin yang yang hafal 30 juz Al Qur’an?

Bukannya menjawab pertanyaan tersebut dengan rasional dan berdasar fakta, pendeta tersebut justru malah menjawab dengan cara merendahkan Al Qur’an. Ia menyebut Al Qur’an gampang dihapalkan karena sangat tipis sekali. Berikut adalah jawaban pendeta,

“Di dunia ini tidak mungkin ada orang yang hafal Injil di luar kepala. Sejenius apa pun orang itu, mustahil baginya hafal Injil di luar kepala, karena itu merupakan buku yang sangat tebal, jadi sulit sekali untuk dihapalkan. Hal ini tentu berbeda dengan Al Qur’an. Al Qur’an bentuknya sangat tipis, makanya sangat mudah dihapal, Bahkan oleh anak-anak sekalipun” sanggah sang pendeta yang bertitel doktor bidang teologi tersebut.

Mendengarkan jawaban yang "aneh" tadi, H. Insan LS Mokoginta yang kebetulan juga mengikuti acara tersebut langsung mengajukan pertanyaan.

“Sebelumnya Maaf pak Pendeta, tadi bapak kata, Al Qur an adalah buku yang sangat tipis, makanya gampang dihapalkan. Namun, setipis-tipisnya Al Qur’an itu ada sekitar 500 sampai dengan 600 halaman, itu cukup banyak juga lho!! Realitanya, di dunia ini ada jutaan orang yang hapal Al Qur’an secara sempurna di luar kepala. Bahkan anak kecil pun banyak juga yang hapal di luar kepala, walaupun artinya belum dipahami. Sekarang saya mau bertanya, Alkitab itu terdiri dari 66 kitab bukan? Jika pak Pendeta hapal 1 surat saja di luar kepala (1/66 saja), semua yang hadir di sini jadi saksi, saya akan kembali masuk agama Kristen lagi!!” tegas H. Insan Mokoginta.

Mendengar pertanyaan dan tantangan ini, suasana forum menjadi ramai. Kalangan muslim yang ada di forum tersebut khawatir pendeta tersebut hafal salah satu surat dalam Injil, karena konsekuensinya sangat berat, H. Insan harus menjadi Kristen lagi. Raut wajah tegang juga terlihat dari muka sang pendeta dan para pendukungnya. Ada beberapa pendeta senior yang juga ikut hadir saat itu, mereka semua terdiam dengan wajah memerah. Ternyata.. tak ada satupun dari mereka yang hafal Injil walau hanya 1 ‘surat’.

Karena semua pendeta terdiam tak ada yang berani menjawab, Maka H. Insan kembali menurunkan tantangannya. Tak perlu satu surat, cukup hafal satu lembar Injil saja. Maka H. Insan kembali masuk kristen lagi.

“Maaf pak Pendeta, usia Anda ada yang sekitar 40, 50 dan 60 tahun bukan? Jika ada di antara pak Pendeta yang hafal satu lembar saja bolak-balik ayat Injil tanpa keliru titik dan komanya, saat ini semua yang hadir disini menjadi saksinya, Saya kembali menjadi Kristen lagi!! Silahkan pak!”

Suasana menjadi heboh dan lebih tegang dari sebelumnya. Para sahabat H. Insan yang ada di forum tersebut sempat khawatir karena Insan berani mempertaruhkan imannya demi hafalan sekecil itu. Namun dalam hati, H. Insan yakin seyakin yakinnya jika tak ada yang bisa menghapalnya.

Dan, Allahu Akbar.. ternyata benar. Wajah-wajah pendeta dan kaum kristen yang ada di forum tersebut tampak lesu. Tak ada satu pun yang berani menjawab tantangan Insan. Bahkan ketika insan menawarkan tantangan itu pada seluruh hadirin, bukan hanya pendeta yang berada di depan. Tak ada yang berkutik sama sekali.

“Mengapa Al Qur’an mudah dihapal? Karena ia adalah Kalamullah. Mu'jizat. Mengapa tak ada yang hafal Injil? Karena ia bukan mu'jizat,” demikian terang H. Ihsan sembari menjelaskan bahwa cetakan tahun berapapun dan di negara manapun, isi Al Qur’an pasti sama. Ketika satu negara mengadakan musabaqah tilawatil Qur’an dan didengar muslim dari negara lain, niscaya bisa diikuti dan dinilai bacaan itu benar atau salah.

Kesimpulan Ihsan itu membawa kegetiran tersendiri bagi orang-orang yang tak suka mendengarkan kebenaran sejati.


Sumber:

Semoga bermanfaat,
Ded Lee

No comments:

Post a Comment