“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, March 18, 2016

Khutbah Jum'at - Penyakit Rohani


"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta." QS Al Baqarah (2)-10

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Dikisahkan oleh seorang pembantu Rasulullah dari kalangan Anshar yang bernama Anas bin Malik, dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdoa mengucapkan: "Allahumma inni a’udzubika minal hammi, wal hazan, wal ‘ajz, wal kasal, wal jubn, wal bukhl, wadhala’id dain, waghalabatir rijaal (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita, lemah dan malas, pengecut dan kikir dan terlilit hutang serta dikuasai musuh." Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.

Do’a yang didengarkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah tersebut pada hakikatnya mengajarkan kepada kita sebagai manusia untuk menjauhi penyakit ruhani. Do’a ini mengajarkan 8 macam penyakit ruhani yang menjadi dinding antara kita dengan Allah, dan penyakit ruhani ini lebih bahaya daripada penyakit jasmani. Kenapa? Maaf, penyakit jasmani tidak menyebabkan orang masuk neraka, akan tetapi yang menyebabkan orang masuk neraka adalah penyakit ruhani.

Jadi semua jenis penyakit jasmani seperti, korengan, jantung, liver, paru-paru, ginjal, tidak akan menyebabkan kita masuk neraka. Sementara yang menyebabkan orang masuk neraka adalah karena penyakit ruhani yang bisa berupa sombong, hasut, dengki, ujub, riya, merasa lebih hebat, tidak ikhlas, itulah semua penyakit-penyakit ruhani.

Maka di dalam do’a Rasulullah tersebut pada hakikatnya mengajarkan kepada kita semua tentang 8 penyakit ruhani. Saya sampaikan pada kesempatan Jum’at kali ini karena penyakit ruhani belakangan ini jarang mendapatkan perhatian. Sedangkan penyakit jasmani semakin hari semakin viral, terlebih lagi dengan adanya pandemi wabah corona saat ini, begitu anak kita pilek sedikitpun sudah kita bawa ke dokter spesialis anak, kita pusing sedikitpun sudah berangkat kita ke dokter. Tapi ruhani kita menjerit, batin kita menangis terkadang kita pura-pura tidak tau.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Apa penyakit ruhani yang ada didalam doa Rasulullah tersebut?
Pertama, “a’udzubika minal hammi” aku berlindung kepadamu ya Allah dari sifat ragu-ragu. Sifat ragu-ragu adalah penyakit batin, apa yang bisa dikerjakan oleh orang yang selalu ragu-ragu? Bahwa sebelum bekerja perlu menimbang, itu perlu. Tapi kalau tiap hari menimbang dan menimbang, lalu kapan memutuskan? Maka, orang yang ragu-ragu pada hakikatnya adalah orang yang mengubur sebelah kakinya sebelum berangkat. Lebih baik kita salah karna berbuat, daripada tidak pernah salah karena tidak pernah berbuat. Sebagai contoh: saudara salah tapi berbuat, masih lebih baik daripada tidak pernah salah, karna tidak pernah berbuat. Saudara baca qur’an salah, itu lebih baik, daripada tidak pernah salah karena tidak pernah baca qur’an.

Penyakit yang kedua “wal hazan” yaitu penyakit duka cita. Manusia itu kalau kehilangan sesuatu yang dia senangi atau menemukan sesuatu yang tidak dia harapkan, maka dia akan bersedih. Kesedihan itu timbul karena rasa kepemilikan yang tinggi. Sebagai contoh orang tua kita meninggal, kita bersedih. Sebenarnya kesedihannya bukan karena kematian orangtua kita, tapi kesedihannya karena kita sudah tidak punya orang tua lagi.

Oleh karna itu Rasulullah mengajarkan: Cintailah apa yang kamu cintai sekedarnya saja, sebab sangat boleh jadi yang sekarang kamu sangat cinta, besok jadi yang paling kamu benci. Tapi bencilah apa yang kamu benci sekedarnya saja, sebab sangat boleh jadi yang sekarang paling kamu benci, besok akan jadi yang paling kamu cintai. Hadits Riwayat Tirmidzi

Maka cintailah harta benda, cintailah kedudukan, cintailah anak dan istri sekedarnya saja, sehingga tidak berurat dan berakar. Sebab kalau dia sampai berurat dan berakar di hati ini, apabila tiba saatnya berpisah kita tak akan bisa menghadapi kenyataan. Bahkan kita akan lari dari kenyataan. Tetapi kalau bersifat ala kadarnya, seluruhnya sudah diperhitungkan. Oleh karna itu untuk mengatasi sifat duka cita ini, kuncinya adalah iman, berangkat dari QS Al Imran ayat 139 Allah berpesan yang artinya: "Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman."

Penyakit ruhani yang ketiga yaitu “wal ajzi” yaitu penyakit lemah. Nabi menyatakan “Al mukminul qowiyu ahabbu ilallahi minal mukmin dhoif”. Orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah. Hadits Riwayat Muslim dan Imam Ahmad.

Sifat lemah tidak disukai oleh agama, dan juga merupakan penyakit batin. Lemah disini bukan lemah lembut, tapi lemah segalanya seperti: lemah pendidikan, lemah pendirian, dan yang paling celaka yaitu lemah iman.  Orang yang lemah iman yaitu tidak punya gairah, tidak punya rasa cemburu terhadap agamanya. Sebagai contoh, kalau kepunyaannya diganggu orang marahnya bukan main, kalau keluarganya diusik orang, langsung menyerang orang yang mengusik tersebut. Tapi kalau agamanya dihina orang, agamanya di injak-injak orang, sedikitpun dia tidak punya rasa cemburu, sedikitpun tidak ada rasa sedih agama ini mau dibawa kemana. Lemah iman yang semacam itu yang kita rasakan sekarang ini.

Penyakit ruhani yang keempat adalah “wal kasal” aku berlindung kepadamu ya Allah dari pada sifat malas. Malas adalah penyakit batin, kalau santai perlu, refreshing perlu, tapi kalau tiap hari santai, apakah kita akan jadi generasi santai? Dan persoalan apa yang dapat kita selesaikan dengan kondisi santai.

QS An Nisa ayat 95 menegaskan yang artinya "orang-orang yang berjuang di jalan Allah tidak sama nasibnya dengan orang yang duduk saja tanpa ada udzur darurat yang hanya menunggu keajaiban dari langit."

Malas berusaha, malas beribadah adalah penyakit ruhani yang ditiupkan oleh iblis kedalam diri sanubari kita. Makin tinggi nilai iman, makin berat bisikan kemalasan itu. Namun kalau kita bentengi dengan niat bahwa malas kita hari ini, akan membawa penyesalan bukan hanya besok, bukan lusa, bukan minggu depan, bukan pula bulan depan, tapi barangkali tahun depan, 5, 10 tahun yang akan datang, bahkan untuk masa mendatang di alam kubur, di alam akhirat, akibat penyesalan di dunia akan terasa disananya.

Yang kelima, “wal jubni” aku berlindung daripada Mu ya Allah daripada sifat pengecut. Setiap orang terlahir dengan membawa fitrah, fitrah itu juga bisa berupa sifat. Setiap orang punya sifat takut, setiap orang juga punya sifat berani. Lingkungan, pendidikan, pergaulan menumbuhkan mana yang lebih subur. Kalau takutnya yang lebih subur, dia akan jadi penakut, kalau beraninya yang subur, maka dia akan jadi pembrani. Masalahnya sekarang kapan kita harus takut dan kapan kita harus berani?

Didalam QS An Nisa ayat 77 cukup menjadi sindiran yang artinya:
 “Manakalah diwajibkan kepada mereka berjuang, maka sebagian daripada mereka takut kepada manusia seperti mereka takut kepada Allah, bahkan lebih takut kepada manusia daripada takut kepada Allah.” 

Inilah takut yang tidak beralasan. Tengoklah zaman sekarang, mereka yang menebarkan maksiat punya keberanian, mereka yang bergelimang di lumpur dosa punya keberanian, mereka yang menyelewengkan dan menyesatkan manusia juga punya keberanian. Kenapa kita yang punya niat menegakkan kebenaran, membela yang hak, menjalankan sesuatu yang kita yakini sebagai benar, kadang-kadang dihantui oleh perasaan takut. Takut semacam ini yang menjadi penyakit rohani. Oleh karnanya, kita harus takut, takut karena melanggar  perintah Allah, dan kita harus berani, berani pada saat kita melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah. Jadi berani karena menjalankan perintahnya dan takut kalau sampai melanggar larangannya.

Penyakit yang keenam, “wal bukhl” aku berlindung daripadaMu ya Allah daripada sifat bakhil atau pelit alias kikir. Ini penyakit ruhani. Kenapa orang bisa kikir? Karna dia tidak sadar bahwa harta itu adalah amanah. Dia tidak sadar bahwa kadang-kadang diberikan kehormatan oleh Allah untuk menjadi kran yang menyampaikan rezeki kepada orang lain. Kalau seandainya dia sadar sebenarnya rezeki yang diberikannya kepada orang lain itu cuma lewat tangannya, yang berfungsi sebagai kran, maka rasa bakhil itu tidak ada.

Jadi kalau sadarlah kita bahwa karunia yang datang itu memang amanah Allah, kenapa harus bakhil? Tidak ada orang jatuh miskin karna dia dermawan, tidak ada orang jadi susah karna banyak menolong orang, karna mungkin keberkahannya, yang penting itu. 

Dia menolong orang, orang itu tidak bisa membalas, tapi Allah membukakan jalan lewat jalan lain yang tidak dia perkirakan sebelumnya. Terlebih lagi apabila orang yang kita tolong itu orang yang dekat dengan kita atau ibu bapak kita. Tentunya balasannya paling kontan. Sebagai contoh ada rezeki sedikit, kita belikan makanan untuk orang tua kita, menurut kita sepele tapi Allah akan balas itu paling kontan lewat jalan yang tidak kita sangka-sangka.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Yang ketujuh, “wadhala’id dain” ini adalah intinya do’a yang artinya saya berlindung kepadamu ya Allah jangan sampai ada perasaan dililit hutang. Bahwa kita hidup tutup lobang gali lobang itu biasa. Tapi kalau gali terus tidak pernah nutup itu artinya kejeblos. Bahkan nabi berpesan: alaikum biddain fa’innahu hammun billail wadani’un binnahar. Kalau bisa, kamu tidak usah ngutang, ngutang itu siangnya bikin kita takut ketemu orang, malamnya bikin kita susah tidur.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Yang terakhir penyakit batin adalah “waghalabatir rijaal” aku berlindung daripadaMu ya Allah jangan sampai kami hidup dibawah bayang-bayang orang lain. Jangan sampai kami hidup dibawah pengaruh orang lain, hidup di setir orang lain, badan merdeka tapi jiwa budak, kita hidup ibarat robot, kemana saja orang yang memegang kontrol arahkan, kesitu kita ikut. Hidup tanpa prinsip dan kehilangan kepribadian. Bila kita tidak punya kepribadian, maka orang tidak akan pernah mencatat kita dalam kehidupan ini.

Itu saja yang dapat khotib sampaikan, semoga kita terhindar dan dijauhkan dari penyakit-penyakit ruhani tersebut. Aamien YRAa Robbal 'Alamin.

Khutbah Kedua
Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Ada sebuah kisah menarik yang mencerminkan agar kita terhindar dari salah satu penyakit ruhani diatas yaitu menghilangkan sifat keragu-raguan. Kita bisa ambil pelajaran dari cerita tentara Thariq bin Ziyad ketika menyebrang ke daratan spanyol (Andalusia) di selat Jabal Thariq (Gibraltar). Setelah semua pasukan sampai di daratan, semua kapal-kapalnya dibakar oleh Thariq bin Ziyad. Beliau sadar bahwa tentaranya menghadapi tentara yang lebih banyak dari tentaranya sendiri. Seluruh kapal dibakar, lalu dia berpidato didepan tentaranya: Saudara-saudara, sekarang mau lari kemana? kita tidak punya pilihan lain, dibelakang laut, didepan musuh. Mau pulang, kapal sudah saya bakar semua, mundur, kecebur, mati. Maju menghadapi musuh yang jauh lebih banyak, resikonyapun juga mati. Namun, mati maju, mati syahid, mati mundur kecebur, mati konyol. Pilih mana yang lebih baik?  Al hasil, pasukan Thariq bin Ziyad memenangkan peperangan dan berhasil menyebarkan Agama Islam di daratan Spanyol.

Begitulah usaha Thariq bin Ziyad untuk menghilangkan keraguan dari tentaranya yang patut kita contoh.

Semoga bermanfaat,
DK