“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Thursday, March 3, 2016

Ummul Mu’minin Zainab binti Jahsy Wanita Yang Dinikahkan Langsung Oleh Allah


Apabila biasanya seorang wanita dinikahkan oleh para wali-walinya, maka berbeda halnya dengan wanita ini. Sebab ia dinikahkan langsung oleh Allah Subhanallahi Wata'ala dari atas ‘Arsy-Nya. Meskipun berstatus sebagai seorang janda, namun Allah Ta’ala memberikan keistimewaan kepada wanita ini.
Selain itu, ia juga bukanlah seorang wanita biasa, sebab ia adalah seorang wanita yang berparas cantik dan juga merupakan penghulu para wanita dalam hal agamanya,  kezuhudannya, kedermawanannya, dan kebaikannya.

Sehingga ketika seorang lelaki yang juga istimewa melamarnya, maka Allah Subhanallahi Wata'ala pun berkenan untuk menikahkan keduanya tanpa wali dan tanpa saksi. Bahkan kisah ini pun diabadikan di dalam Al-Qur’an. Lantas, siapakah wanita istimewa yang dinikahkan oleh Allah Subhanallahi Wata'ala tersebut ? berikut ini ringkasannya. 

Ia adalah Ummul Mu’minin Zainab binti Jahsy. Dan ibunya adalah Umaimah bintu Abdul Muthalib bin Hasyim, bibi Rasululullah Shalallahu alaihi wassalam dari pihak ayahnya.

Latar Belakang

Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah shalallahi alaihi wa salam. Zainab termasuk wanita pertama yang memeluk Islam. Allah pun telah menerangi hati ayah dan keluarganya sehingga memeluk Islam. Dia hijrah ke Madinah bersama keluarganya. Ketika itu dia masih gadis walaupun usianya sudah layak menikah.

Zainab termasuk wanita yang taat dalam beragama, wara’, dermawan, dan baik. Selain itu, dia juga dikenal mulia dan cantik, serta termasuk wanita terpandang di Makkah. Nama lengkapnya adalah Zainab binti Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin Sharah bin Murrah bin Kabir bin Gham bin Dauran bin Asad bin Khuzaimah. Sebelum menikah dengan Rasulullah, namanya adalah Barrah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Zainab setelah menikah dengan beliau. Dinyatakan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.” (HR. Muslim dalam Al-Adab, 14/140).

Ibu dari Zainab bernama Umaimah binti Abdul-Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai. Zainab dilahirkan di Mekah dua puluh tahun sebelum kenabian. Ayahnya adalah Jahsy bin Ri’ab. Dia tergolong pemimpin Quraisy yang dermawan dan berakhlak baik. Zainab yang cantik dibesarkan di tengah keluarga yang terhormat, sehingga tidak heran jika orang-orang Quraisy menyebutnya dengan perempuan Quraisy yang cantik.


Menikah dan bercerai dengan Zaid bin Haritsah

Zaid adalah salah seorang hamba sahaya milik Khadijah binti Khuwailid. Ketika Rasulullah menikahi Khadijah, dia memberikan Zaid binti Haritsah kepada beliau. Dan itu terjadi sebelum masa kenabian Muhammad. Zaid kemudian tinggal di rumah Nabi Muhammad. Kemudian keluarga Zaid mencarinya ke Makkah, dan ingin menebusnya. Mereka datang kepada Nabi untuk memintanya dari beliau. Kemudian beliau memberi pilihan kepadanya antara tetap tinggal bersama beliau atau ikut keluarganya. Zaid lebih memilih untuk bersama Nabi daripada harus bersama keluarganya.

Allah telah memberikan nikmat kepada Zaid bin Haritsah dengan keislamannya dan Nabi telah memberinya nikmat dengan kebebasannya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan Zaid bin Haritsah dengan Hamzah bin Abdul Muththalib.

Sesampainya di Madinah beliau meminang Zainab binti Jahsy untuk Zaid bin Haritsah. Semula Zainab menolak menikah dengannya, begitu juga dengan saudara laki-lakinya. Selanjutnya Rasulullah menasihati mereka berdua dan menerangkan kedudukan Zaid di hati beliau, sehingga turunlah ayat kepada mereka,

“Dan tidaklah patut bagi laki -laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.“ (Q.S. Al-Ahzab: 36).

Akhirnya Zainab menikah dengan Zaid sebagai pelaksanaan atas perintah Allah, meskipun sebenarnya Zainab tidak menyukai Zaid. Melalui pernikahan itu Nabi Shalallahu alaihi wassalam ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan di antara manusia kecuali dalam ketakwaan dan amal perbuatan mereka yang baik. Pernikahan itu pun bertujuan untuk menghilangkan tradisi jahiliyah yang senang membanggakan diri dan keturunan.

Haripun berlalu, Zaid menghadap Rasulullah untuk menjelaskan keadaan rumah tangganya yang kurang harmonis. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menyuruhnya untuk bersabar, dan Zaid pun mengikuti nasihat beliau. Akan tetapi, dia kembali menghadap Rasulullah dan menyatakan bahwa dirinya tidak mampu lagi hidup bersama Zainab.

Mendengar itu, beliau bersabda, “Pertahankan terus istrimu itu dan bertakwalah kepada Allah.” Kemudian beliau mengingatkan bahwa pernikahan itu merupakan perintah Allah. Zaid berusaha menenangkan diri dan bersabar, namun akhirnya terjadilah talak.


Menjadi Istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam

Setelah Zainab bercerai dengan zaid bin Haritsah, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menikahi Zainab. Allah Subhanallahi Wata'ala menurunkan ayat-Nya,

"Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya:"Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih kamu takuti. Maka tatkala Zaid yang telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini ( istri-istri anak-anak angkat itu ) apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi." (Al-Ahzab:37).

Maksud sesuatu yang disembunyikan dalam hati Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau bahwa Zainab radhiallahu ‘anha kelak akan menjadi istrinya.

Imam Az-Zuhri berkata, “Jibril turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan kepada beliau bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menikahkannya dengan Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha, itulah yang disembunyikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hatinya.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Kesimpulannya bahwa yang disembunyikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berita Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Zainab binti Jahys radhiallahu ‘anhu, akan menjadi istrinya. Sedangkan yang membuat beliau menyembunyikan hal itu adalah karena beliau khawatir omongan orang bahwa beliau menikahi istri anaknya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin membatalkan keyakinan Jahiliyah seputar hukum menikahi mantan istri anak angkat yang dipraktikkan sendiri oleh imam kaum muslimin sehingga lebih mudah diterima oleh mereka.”

Sehingga ayat ini pun (Al-Ahzab:37) menjadi kabar gembira bagi Zainab, bahkan karena gembiranya maka ia pun langsung bersujud. Dengan demikian Allah Ta’ala pun menikahkan Zainab dengan Rasulullah SAW dengan nash kitab-Nya tanpa wali dan tanpa saksi.

Selain itu peristiwa pernikahan ini pun menjadi dasar hukum bagi umat Muslim agar tidak ragu menikahi mantan istri anak angkat sendiri. Dan hal ini juga menunjukkan bahwa kedudukan anak angkat tidak sama dengan kedudukan anak kandung.  

Bahkan saat pernikahan Zainab dan Rasulullah berlangsung, terjadi sebuah keajaiban yang juga merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik bahwa di hari pernikahan Rasululllah tersebut, sesungguhnya beliau tidak memiliki hidangan. 

Sehingga ibunya pun mengirimkan makanan untuk Rasulullah dalam sebuah wadah kecil. Namun, Rasulullah justru memerintahkan Anas untuk mengundang banyak orang. Dan ketika semua orang telah datang, Rasulullah pun membenamkan ketiga jarinya ke dalam bejana. Ajaibnya, bejana tersebut tiba-tiba berisi kurma yang sangat banyak sehingga para undangan meninggalkan rumah Rasulullah dalam keadaan kenyang. (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqah Kubra 8: 104-105)

Wafatnya Zainab binti Jahsy

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Zainab binti Jahsy adalah seorang wanita yang sangat dermawan dan rajin berpuasa. Meskipun ia bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, namun ia tidak menggunakannya untuk berfoya-foya melainkan untuk disedekahkan kepada fakir miskin. 

Oleh sebab itu, Rasulullah SAW pernah berkata pada suatu hari bahwa yang akan meninggal pertama kali diantara para istri-istrinya adalah ia yang panjang tangannya. Sehingga para istri Rasulullah pun mengukur dan membandingkan panjang tangan mereka. Dan yang paling panjang tangannya adalah Saudah radiallahu anha.

Tetapi ternyata yang meninggal pertama kali setelah Rasulullah adalah Zainab binti Jahsy radiallahu anha. Dengan demikian barulah mereka mengerti bahwa, panjang tangan yang dimaksud adalah dia yang paling dermawan.

Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang pertama kali wafat menyusul beliau, yaitu pada tahun 20 H, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, dalam usianya yang ke-53, dan dimakamkan di Baqi.

Semoga bermanfaat,
DK

Sumber:
Al Qur'anul Karim Surah Al Ahzab Ayat 36-37
Thabaqah Kubra 8: 104-105
HR. Muslim dalam Al-Adab, 14/140