“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Thursday, February 11, 2016

Ekspedisi Gunung Lawu ke 2 via Cemoro Kandang


Lokasi pendakian Gunung Lawu via Cemoro Kandang

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,

PENDAHULUAN

Ini adalah yang kali kedua pengalaman liburan kami sekeluarga ke Gunung Lawu via Cemoro Kandang. Kami bertiga, saya (DK), istri saya (Bunda Prita) dan satu-satunya putra kami (Deksa). Kami berlibur saat tahun Baru Imlek 2016 (dari Hari Sabtu 6 ~ 8 Feb 2016).

Gunung Lawu terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Puncak tertinggi gunung Lawu (Puncak Argo Dumilah) berada pada ketingggian 3.265 meter dari permukaan laut. Berikut peta untuk mencapai puncak Gunung Lawu:

Peta pendakian Gunung Lawu 

Dengan menggunakan kendaraan pribadi dari arah Solo~Tawang Mangu (Cemoro Kandang) membutuhkan waktu hampir 2 jam perjalanan. Dari solo kami berangkat jam 3 sore dan sampai hampir jam 5 sore. Sesampai dilokasi, kami parkirkan mobil di tempat parkir dan lanjut mendaftarkan diri ke base camp. Per orang dikenakan tarif Rp. 10,000,- dan kendaraan pribadi per malam Rp. 20,000,-. (Updated 06 Februari 2016)

Tiket Masuk Cemoro Kandang

Dilokasi base camp, oleh seorang penjaga gunung yang juga petugas pendaftaran camping menjelaskan kepada saya mengenai Pos-pos mana saja yang akan dilewati hingga ke puncak, dan bagaimana cara menghindari jalur yang curam dan rawan longsor. Ada satu yang belum dijelaskan oleh petugas pendaftaran di base camp saat itu yaitu dimana lokasi Warung Mbok Yem berada. Hal inilah yang membuat kami bingung menentukan tujuan saat di Pos 5.


BERMALAM BASE CAMP

Seperti biasa di base camp khususnya area camping ground saat liburan ramai orang-orang yang ngecamp dahulu sebelum melakukan pendakian, karna kebanyakan dari luar daerah dan juga ada anak-anak pramuka yang berlatih di camping ground tersebut. Di camping ground tersebut juga digunakan sebagai parkiran motor apabila para pendaki ramai, jadi jangan heran apabila jam 2 pagi masih banyak para pendaki yang berdatangan menggunakan kendaraan motor.

Base camp tempat pendaftaran (sebelah kiri, yang kanan mushola & wc umum)

Selepas mendaftar, kami langsung menuju lokasi Camping Ground guna mendirikan tenda di dekat base camp, karna saya dan putra saya berencana melakukan pendakian keesokan paginya, sementara istri hanya menunggu di tenda (di Camping Ground). Ada baiknya apabila kita sampai di base camp sebaiknya ngecamp dahulu di Camping Ground guna menyiapkan tenaga untuk perjalanan besok paginya.

Camping Ground terdapat pendopo dan parkiran motor para pendaki

Saran saya, sebaiknya mendaki Gunung lawu memerlukan 2 hari libur, karna dimalam hari sebelum hari pertama sebaiknya kita ngecamp di Camping Ground guna istirahat dahulu. Dan pendakian baru dimulai dipagi hari pertama. Perjalanan mendaki kurang lebih 7~8 jam. Setiba di puncak sebaiknya kita jangan langsung turun, tetapi kembali ngecamp di Hargo Dumilah (Tempat Mbok Yem) guna mengumpulkan tenaga kembali setelah terkuras tenaga saat pendakian. Selain itu juga apabila kita memutuskan langsung pulang maka kita akan diserang udara yang sangat dingin saat perjalanan turun dari puncak belum lagi ditambah hujan yang tiba-tiba pasti turun.  Karna kondisi badan kita masih cape ditambah serangan udara dingin yang menusuk sampai ketulang. Perjalanan turun sebaiknya silakukan di pagi hari kedua, yang biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 5~6 jam.

Terlihat ada 4 tenda termasuk tenda kami yang nge-camp di camping ground

Setelah mendirikan tenda, kami sekeluarga tidak melupakan untuk melakukan ibadah sholat sebagai rutinitas ibadah pada yang kuasa meskipun di pegunungan. Saat di pegunungan memang kondisi sumber air terkadang susah, akan tetapi Allah tidak akan memberatkan makhluknya untuk melakukan tayamum. Begitupun untuk arah kiblat terkadang, kita tidak tahu dimana arah barat dan timur, yang penting niat kita untuk beribadah tetap kita laksanakan tanpa ada uzur apapun.

Bunda Prita dan Deksa persiapan makan malam

Kemudian kami melanjutkan persiapan buat makan malam. Peralatan yang sangat penting adalah kompor gas mini (khusus camping) dengan gas-nya, alat masak (Cooking set), piring plastik, tempat minum plastik (cangkir), garpu dan sendok, serta lampu penerang merangkap senter camping.

Kompor gas mini (khusus camping) dengan gas-nya 

Cooking set
Piring Plastik
Lampu penerang merangkap senter camping

Perlu kita waspada saat ngecamp di Camping Ground, sebaiknya berhati-hati meletakkan makanan di luar, karena dari pengalaman banyak sekali kera-kera liar yang suka turun ke tenda guna mencari makanan.

Kera yang bertengger di atas cemara berhasil di tangkap kamera

Saat ngecamp sebaiknya selalu menggunakan jaket anti dingin, celana khusus camping, kaus kaki dan sarung tangan yang tebal dan jangan lupa pakai matras serta sleeping bag serta obat-obatan. Peralatan tersebut yang tidak boleh di abaikan saat tidur digunung, guna mencegah Hypothermia (penyakit kedinginan).

Saat setelah aktifitas selesai, barulah sebaiknya manfaatkan untuk tidur dan jangan bergadang, guna mengumpulkan tenaga buat pendakian besok pagi.

Bunda Prita sibuk mempersiapkan sarapan pagi

Keesokan paginya selepas Sholat Subuh, istri saya menyiapkan sarapan makanan bergizi dan minuman penambah tenaga sebelum memulai pendakian. Di usahakan jangan terlalu banyak mengkonsumsi mie instant, karena saat pendakian biasanya bawaan mulut maunya minum melulu. Karena mie instant akan sangat cepat menyerap kandungan air di dalam perut sehingga membuat tenggorokan merasa kering. Yang terpenting adalah Nasi, telur, daging sayur-sayuran hijau seperti sawi rebus, wortel atau mentimun. Ditambah minuman penambah tenaga yaitu teh manis atau susu.

Selesai sarapan saya mempersiapkan peralatan yang akan dibawa keatas gunung. Karena istri saya tidak ikut, maka saya tidak membawa tenda ke puncak. Selain itu juga di Gunung Lawu buat yang tidak punya tenda saat sudah mencapai Hargo dalem sebaiknya menginap ditempat Mbok Yem (Warung tertinggi di Pulau Jawa), karena disana kita bisa menginap geratis (Kecuali makan dan minum harus bayar yah). Peralatan yang saya bawa adalah Tas keril, jaket anti dingin, sarung tangan+sarung kaki tebal, sleeping bag, jas hujan, salin pakaian (baju+celana), salin kaos kaki dan sarung tangan, minuman 600ml 4 buah, makanan ringan buat cemilan, obat-obatan (minyak kayu putih, handy plast, betadine, balsam, obat demam+pusing) dan kamera buat dokumentasi.


MEMULAI PENDAKIAN

Tidak lupa berpamitan dengan istri, dengan mengucap Bismillah pendakian baru dimulai sekitar pukul 08:28 pagi saya berdua putra saya memulai pendakian. Perlu dicatat bahwa putra saya baru menjajaki usia 12 tahun (kelas 1 SMP). Jadi saya harus extra ketat mengawalnya karena ini adalah pendakian kedua yang kami lakukan di Gunung Lawu, karena pendakian pertama saya dan putra saya hanya mencapai Pos 2, karena saat itu putra saya masih belum siap fisik dan mental. Selain itu saya menilai trek di Gunung Lawu lebih extrim jika saya bandingkan dengan pengalaman saya di Gunung Gede Pangrango, Gunung Papandayan, atau Gunung Salak.

Mulai Pendakian

Dengan semangat yang tinggi kami mulai menuju Pos 1 (Taman Sari Bawah), sepanjang jalan menuju Pos 1 kami temui tumbuhan yang mulai berbunga setelah dari musim kemarau panjang dan kebakaran beberapa bulan lalu.

Tumbuhan mulai berbunga kuning setelah terbakar

Di awal pendakian menuju Pos 1, sudah kami temukan trek dengan jalan tanah yang licin serta berbatuan. Saat pendakian, kami temukan banyak jalan-pintas, dan karena tenaga kami masih penuh maka kami beranikan mengambil jalan pintas dengan trekking yang cukup extrim.


Tiba di air terjun Studio Alam

Sebelum sampai di Pos 1 kami melewati lokasi air terjun Studio Alam, kamipun mengabadikan photo-photo disana sebelum melanjutkan ke Pos 1. Dengan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 3 menit kamipun tiba di Pos 1 pukul 09:31.


TIBA DI POS 1(Taman Sari Bawah)

Pos 1 (Tamansari Bawah)

Terlihat di Pos 1, beberapa pendaki yang lain beristirahat duduk-duduk melepas lelah. Tidak menunggu lama dari Pos 1 kami hanya break sebentar sekedar photo-photo dan kemudian lanjut perjalanan menuju Pos 2 (Taman Sari Atas). 


Tiba di Pos 1 (Tamansari Bawah)

Jalur menuju Pos 2 pun tidak kalau extrimnya dengan sebelumnya, dan malah lebih banyak tanjakan-tanjakan yang extrim harus dilalui.

Kondisi trekking dari Pos 1 menuju Pos 2

Disetiap kami berpapasan dengan para pendaki lainnya, tidak lupa kami saling bertegur sapa. Karna hal ini penting buat informasi kita terhadap pendaki lainnya apabila terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Karena apabila terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan maka para pendaki lain akan tau dimana keberadaan kita dan mereka bisa menginformasikan ke Pos penjagaan pihak pengelola gunung. Jadi saran saya jangan segan bertegur sapa kepada siapapun yang berpapasan kita saat mendaki.


TIBA DI POS 2 (Taman Sari Atas)

Tiba di Pos 2 dekat Kawah Candradimuka

Pukul 10:40 akhirnya kami tiba di Pos 2 (kurang lebih 1 jam 9 menit). Di Pos 2 ini kami temukan beberapa pendaki yang sudah bermalam dengan mendirikan tenda terlebih dahulu.


Suasana tenda para pendaki di Pos 2

Di Pos 2 inipun kami tidak beristirahat lama hanya berfoto untuk dokumentasi saja. Bagi kami istirahat dimana saja lokasi, apabila capek jangan dipaksa sebaiknya menepi untuk beristirahat. Dan tidak perlu menungu sampai Pos dahulu untuk beristirahat.


Tiba di Pos 2 Taman Sari Atas

Perjalanan kami lanjutkan ke Pos 3 (Penggik), akan tetapi sebelum sampai Pos 3 terlebih dahulu kita akan melewati Pos Bayangan. jadi Pos Bayangan ini terletak antara Pos 2 dan Pos 3.


Dikiri jalan penuh dengan jurang menuju Pos Bayangan

Saat perjalanan dari Pos 2 ke Pos Bayangan, kita akan melewati jalanan yang lebih banyak datarnya, akan tetapi kita harus waspada karena disebelah jalan datar tersebut terdapat jurang yang sangat dalam yang hampir tidak ada pembatasnya. Jadi kita harus waspada akan terperosok kedalam jurang tersebut ataupun tanah longsor bahkan pohon roboh.

Sebelum sampai ke Pos Bayangan ini kita akan menemukan sumber air, dibawah bebatuan gunung yang sangat besar. Apabila kemarau sumber air ini akan kering, akan tetapi apabila musim hujan maka akan terisi kembali.


TIBA DI POS BAYANGAN

 Tiba di Pos Bayangan

Sesampai di Pos Bayangan pukul 11:25 (kurang lebih 45 menit dari Pos 2), tidak kami temukan pendaki yang mendirikan tenda disana. Dan kamipun juga hanya mengambil photo dokumentasi saja kemudian langsung melanjutkan perjalanan ke Pos 3.

Jalan menuju Pos 3 dengan tanah yang licin

Jalan menuju Pos 3 kembali kami temukan trekking yang extrim dengan jalan tanah yang licin serta bebatuan yang curam. Dan saat pendakian pada trekking curam menuju Pos 3 inilah putra saya terpeleset yang kebeneran saat itu dibelakangnya ada pendaki lain yang menahannya. Sehingga putra saya terhindar dari jatuh. Kamipun akhirnya beristirahat dahulu memulihkan tenaga putra saya yang sudah terlihat kelelahan.


TIBA DI POS 3 (Penggik)

Tiba di Pos 3 Penggik

Jalanan curam kami lalui hingga kamipun tiba di Pos 3 (Penggik) pukul 13:12 (sekitar 1 jam 47 menit). Disana terlihat ada banyak para pendaki lain yang beristirahat dan adapula yang sedang melakukan ibadah sholat. Kamipun mengambil waktu untuk beristirahat duduk-duduk dan mengambil photo dokumentasi.

Pos 3 Pengek

Tidak beberapa jauh dari Pos 3 (kira-kira 30 meter) setelah Pos 3 kami temukan sumber mata air yang selalu berisi. Meskipun tidak luas areanya akan tetapi air tersebut bersih dan bisa kita langsung konsumsi (tanpa di masak).

Sumber mata air Pos 3

Saya lihat disebelah sumber mata air itu sengaja dipasang sesajen berupa dupa oleh orang setempat. Akan tetapi meskipun saya Alhamdulillah bisa merasakan kehadiran makhluk halus dilokasi itu tetap tidak percaya akan takhayul, karena hal tersebut akan membuat kita sirik. Saya hanya menyampaikan salam persahabatan kepada makhluk halus yang saya lihat di lokasi tersebut. Dan saya minta izinnya untuk mengambil air disitu. Dengan memohon doa kepada Allah agar dengan meminum air itu saya bersama putra saya bisa sampai di puncak Argo Dumilah.

Kami mengisi 2 botol ukuran 1.5 liter dan 4 botol air 600ml yang sudah kosong di sumber mata air tersebut. Dan disitupun kami mengisi perut sebentar dengan mengemil makanan yang kami bawa.

Setelah merasa segar, kamipun melanjutkan perjalanan ke Pos 4. Di tengah perjalanan menuju Pos 4, hujan pun mulai turun. Kamipun memasang jas hujan guna menghindari kebasahan dan udara dingin dari hembusan air hujan yang turun. Terlihat beberapa pendaki lainpun berhenti guna mengenakan jas hujannya.

Perjalanan menuju Pos 4 ini kami temukan banyak sekali trekking bebatuan curam, dan beberapa ruas jalan yang rawan longsor. Bahkan di jalur menuju Pos 4 ini lebih terbuka jarang ditemukan hutan-hutan akibat dari kebakaran beberapa bulan lalu.

Perjalanan ke Pos 4 penuh bebatuan curam

Di perjalanan inilah kami berpapasan dengan sepasang pendaki (laki-laki dan perempuan muda) yang berbarengan menuju ke puncak juga. Saya salut dengan mbak-mbak itu karna keril yang dibawanya lebih besar dari yang saya bawa, akan tetapi dia kuat membawanya.

Selain itu juga kami bertemu dengan 2 orang suami istri yang sudah paruh baya ditemani dengan 2 orang laki-laki pemandu dari pihak pegunungan Lawu dengan tujuan ke petilasan di Argo Dalem. Terkadang sang istri kecapaian dan kamipun yang mengikuti mereka dibelakang berjalan dengan pelan-pelan.

Selain itu akibat dari terpeleset saat menuju pos 3 sebelumnya, tangan dan kaki putra saya merasa kesakitan hingga setiap kali jalan putra saya meminta break tanda kelelahan. Hujan pun diperjalanan menuju Pos 4 ini makin lebat, akhirnya kamipun tiba di Pos 4 (Cokro Suryo) pada pukul 15:10 (kurang lebih 2 jam perjalanan dari Pos 3)


TIBA DI POS 4 (Cokro Suryo)

Setiba di Pos 4, disana terlihat penuh dengan pendaki yang meneduhdari hujan yang deras. dan ternyata sepasang pemuda tadi yang bertemu kami di jalan ternyata sudah tiba dahulu. Akan tetapi ternyata kondisi mbak-mbak tadi terlihat kelelahan dan sakit tiba-tiba karena kedinginan. Pendaki yang lainpun mencoba membantunya guna mengatasi hipothermia yang dialaminya.


Pos 4 (Cokro Suryo)
Dan di Pos 4 inipun kami bertemu dengan seorang Bule asal Australia bernama Hugo yang mendaki sendirian. Dengan berbasa-basi dan menggunakan bahasa Inggris yang lumayan lancar karena sudah terbiasa hubungan komunikasi di kantor, sayapun bertanya-tanya dengan beliau sekedar tanda peduli terhadapnya.

Setelah hujan mulai reda, kamipun melanjut perjalanan ke Pos 5 (Perapatan). Saat melanjutkan perjalanan kami berbarengan dengan sepasang suami istri dan 2 orang pemandunya yang bertemu sebelum sampai di Pos 4 juga seorang bule Australia tadi. Akan tetapi karena putra saya sudah terlalu lelah dan banyak breaknya akhirnya kamipun memutuskan memisahkan diri dari rombongan.

Ditengah derasnya hujan menuju Pos 5 dan ditambah semangat putra saya yang mulai reda kamipun berjalan dengan perlahan tapi pasti yang akhirnya tiba juga di Pos 5 pada pukul 16:32 (kurang lebih 1 jam 30 menit dari Pos 4)


TIBA DI POS 5 (Perapatan)

Dikarnakan kami belum memahami persis Gunung Lawu ini, sedari awal kami berpikir bahwa warung Mbok Yem itu adanya di puncak Argo Dumilah, jadi kamipun berasumsi bahwa kami harus menuju puncak dahulu agar bisa beristirahat di warung Mbok Yem. Jadi pada saat di prapatan Pos 5, kamipun tiba sendirian tanpa ada pendaki lainnya, dan tidak ada tempat bertanya, manalagi hujan turun derasnya. Akhirnya kami putuskan untuk lanjut ke puncak.

Dibawah guyuran hujan kami tiba di Pos 5 (Prapatan)

Dibawah turunnya hujan yang tak kunjung reda dan kamipun melewati tanjakan bebatuan tinggi yang lebih extrim dari Pos-pos sebelumnya karena ini puncaknya. Dan dipertengahan jalan tiba-tiba anak saya putus harapan dan semangat, akibat kelelahan yang dirasakannya. Dan sayapun dengan lillahita'ala memberikan semangat dan dorongan kepadanya. Saya berkata, kalau kita turun dan pulang maka kita akan kelaparan dan kedinginan. Akan tetapi jika kita sampai puncak maka kita akan bertemu Warung Mbok Yem dan bisa istirahat sepuasnya disana. Inilah akibat kesalah pahaman yang kami tidak ketahui sebelumnya.


TIBA DI PUNCAK ARGO DUMILAH

Saya dan putra sayapun akhirnya dengan sekuat tenaga dan terseok-seok akhirnya sampai juga di puncak Dumilah pada pukul 17:20 (kurang lebih 48 menit dari Pos 5). Keseluruhan perjalanan mendaki kami kurang lebih 8 jam 52 menit. karena putra saya yang sudah begitu kelelahan. Sesampai disana kami temukan beberapa para pendaki yang berteduh di bawah pondok kosong. Sayapun berpikir apakah rumah itu warungnya Mbok Yem. Dan ternyata bukan....!!!

Tiba di Puncak Argo Dumilah

Kami bertanya pada para pendaki tersebut dimana warung Mbok Yem? Mereka jawab warung Mbok Yem ke arah bawah sekitar 500 meter. Mereka menunjuk kearah bawah (arah berlainan dari tempat kami tadi tiba di puncak). Dan ternyata benar terlihat warung Mbok Yem dan Petilasan Argo Dalem dari atas puncak.

Tugu Puncak Lawu di tengah hujan

Dengan perasaan sedih dan kesal karena tidak bertemu warung Mbok Yem bercampur senang karena sudah tiba dipuncak akhirnya kami puas-puasin dulu mengambil photo di puncak Dumilah meski kondisi hujan masih turun deras. Saya hanya sempat memoto putra saya buat kenang-kenangan kalau dia sudah sampai disana sebagai pengalaman baru buatnya dimasa depan.

Kemudian kami bergegas turun melalui jalur yang di tunjukkan pada pendaki tadi ke warung Mbok Yem. Salah seorang dari para pendaki yang bertemu di puncak tadi ada yang ikut turun bersama kami ke warung Mbok Yem.


TIBA WARUNG MBOK YEM

Tepat jam 17:45 sore kapipun tiba di warung Mbok Yem (perjalanan turun kira-kira 20 menit dari puncak Argo Dumilah) dengan kondisi maih hujan lebat. Ternyata di dalam Warung Mbok Yem sudah banyak para pendaki lain yang sudah berteduh disana juga kami lihat bule Australia yang bertemu di Pos 4 tadi sudah merebahkan tubuhnya di pojokan warung Mbok Yem. Dan memang rupanya disitu tidak dipungut biaya untuk menginap.

Kamipun membuka semua jas hujan, jaket, sepatu dan kaos kaki yang basah kuyup karena hujan. Kemudian salin dengan pakaian kering dan membentang sleeping bag agar tidak kedinginan.

Sayapun langsung memesan 2 nasi pecel telor dan teh manis hangat dari Mbok Yem. Kami makan dengan lahapnya, dan selesai makan saya mengurut tangan dan kaki putra saya yang tadi terkilir saat menuju Pos 3.

Dalam hati saya sepertinya tidak mungkin kami langsung turun ke bawah disaat hujan deras begini apalagi kondisi putra saya yang sedang sakit. Sebelumnya kami berniat langsung turun apabila sudah sampai ke puncak karena saya sudah bilang ke istri saya seperti itu. Kemudian kami berniat apabila hujan reda kami akan turun kebawah.

Sambil menunggu hujan reda, saya lakukan sholat dan memohon do'a kepada Allah agar hujan diredakan agar kami bisa turun kebawah. Dan alhamdulillah selesai sholat Allah kabulkan do'a saya hujanpun reda dengan tiba-tiba sekitar jam 9 malam. 

Selesai sholat saya kebelet ingin pipis, sayapun akhirnya keluar dari warung Mbok yem dan mencari lokasi untuk pipis. Saat itulah saya rasakan udara yang sangat dingin sampai menusuk ke tulang sum-sum. Saya buru-buru pipis dan segera masuk kedalam warung Mbok Yem kembali.

Didalam warung Mbok Yem, saya berdiskusi dengan putra saya. Seandainya kita turun meski hujan sudah reda, pasti nanti diluar kami pasti kedinginan karena udara malam yang dingin, belum lagi ditambah gelapnya malam, belum lagi kalau ditengah perjalanan hujan kembali turun dan lagi kondisi putra saya yang tidak memungkinkan. Dilain sisi saya pun sedih mengingat istri saya sendirian di tenda dekat base camp. Akhirnya kami putuskan tetap bermalam di warung Mbok Yem, dan saya berpikir istri ditenda pasti tidak kesepian karena ada teman para pendaki lain yang mendirikan tenda di base camp.


KONDISI ISTRI DI CAMPING GROUND

Dari cerita istri saya yang menunggu di tenda lokasi camping ground dekat base camp, bahwa dia malam itu ketakutan setengah mati, kondisi turun hujan dan lampu penerang tenda sudah mau habis batrenya, sementara batre cadangan kebawa didalam keril saya. Akhirnya istri saya menuju pendopo tempat para pendaki yang berteduh disana. Karena merasa di pendopo tersebut tidak ada wanita, akhirnya istri saya beranikan diri kembali ketenda. 

Saat jam 12:00 malam ternyata batre lampu penerangan tenda habis dan padam. Dengan cekatan dia menghidupkan kompor gas mini sambil memasak air didalam tenda agar penerangan tetap terjaga. Dengan mata terus terjaga dan diiringi zikir yang tiada putusnya istri saya terus tidak tidur didalam tenda. 

Kira-kira jam 02:00 terdengar suara mengeram di luar tenda, dan istripun makin mencekam didalam tenda. Diapun mengambil pisau buat berjaga-jaga. Dan dengan memberanikan diri dia keluar tenda untuk melihat sumber suara tersebut, dan ternyata sungguh kaget rupanya suara kera-kera yang turun ke bawah guna mencari makan. Di usirnya kera tersebut dan kembali dia kedalam tenda hingga terbit fajar.


SUASANA MALAM DI PUNCAK

Kembali pada cerita saya berdua putra saya di puncak, setelah kami putuskan untuk menginap ternyata putra saya menderita Hypothermia, badannya menggigil hebat, sukur alhamdulillah di warung Mbok Yem ada kompor tungku menggunakan kayu bakar, sayapun menyuruh putra saya mendekati perapian tungku tersebut. 

Di perapian tungku tersebut juga ada beberapa pendaki yang menghangatkan tubuhnya dan salah satunya bule asal Australia tadi. Saya ragu dan takut bule tersebut malu berkomunikasi karena tidak lancar menggunakan bahasa indonesia, saya lihat bule tersebut kedinginan dan tidak makan sesuatu yang membuat dia hangat. Akhirnya saya beranikan bertanya kepadanya "Do you wont something to eat sir?" beliaupun bilang "no, I'm OK" saya tanya kembali "Are you feel better after getting warmth near by stove?" beliau bilang "yes, more better". Setelah mendengar jawaban itu barulah saya yakin bule tersebut dalam kondisi normal.

Dilain sisi putra saya sudah pulih kehangatan tubuhnya, dan barulah saya suruh dia beranikan tidur, karena sudah kecapaian dan ngantuk berat.

Di saat malam hari, meskipun putra saya sudah menggunakan jaket dan sleeping bag, akan tetapi dia tetap tidak kuat menahan dinginnya udara malam di puncak. Ternyata kompor tungku tadi sudah dimatikan oleh bapak yang jaga warung Mbok Yem tersebut karena beliau mau tidur. Akhirnya tidak ada lagi cara selain saya peluk badannya guna menambah kehangatan tubuhnya meskipun saya sendiri merasa kecapaian.

Kami lewati malam tersebut dengan kondisi tidur yang tidak nyenyak karena kedinginan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 4:30 pagi hari. Dan terlihat beberapa para pendaki yang sudah beres-beres peralatan buat melanjut ke puncak dan ada juga yang menunaikan Sholat Subuh.


PERJALANAN TURUN GUNUNG

Kamipun ikut persiapan peralatan, dan menunaikan Sholat Subuh tersebih dahulu. Sebelum pamitan pulang saya selesaikan dahulu pembayaran pemesanan Nasi telor dan teh manis semalam dengan bapak yang ada di warung Mbok Yem (Nasi per porsi Rp. 10,000, teh manis per gelas Rp. 4,000,-). Ditambah beli cemilan kacang telor seharga Rp.1,000 per bungkus buat di perjalanan.

Sun Rise di depan Warung Mbok Yem

Kira-kira jam 05:40 kami keluar warung mbok Yem, dan sebelumnya berphoto-photo dahulu buat kenang-kenangan saat sun rise terbit.

Depan Warung Mbok Yem

Dengan terlebih dahulu bertanya kepada para pendaki lainnya untuk arah turun ke cemoro kandang akhirnya kami berdua mengambil arah ke Cemoro Kandang. Dengan kondisi kaki putra saya yang masih belum begitu pulih kamipun paksakan untuk turun. Waktu menunjukkan jam 06:00 pagi kira-kira 300 meter kemudian kamipun bertemu dengan Pos 5 (Prapatan) tempat kami sebelum ke puncak kemarin.

Dan ternyata setelah di perhatikan rupanya arah kami salah dari setiba di Pos 5 kemarin. Karena kalau mau ke warung Mbok Yem harusnya ambil ke arah Argo Dalem (bukan ke arah puncak Argo Dumilah). Semoga buat pelajaran para pendaki yang lainnya.

Dari Pos 5, kami ambil arah turun ke Cemoro kandang. Perjalanan ke Pos 4 kami lalui dengan menempuh waktu kira-kira 30 menit. Jam 06:30 kami bertemu para pendaki lain yang masih nge-camp di Pos 4.

Di Pos 4 kami hanya bertegur sapa dengan para pendaki lainnya dan perjalanan kami lanjutkan. Selang beberapa meter dari Pos 4 terlihat pemandangan menakjubkan yakni kami berdiri di atas awan. Tidak kami lewatkan moment tersebut dan saya ambil photo putra saya meskipun kabut menyelimuti.


Pos 4 ditengah embun pagi terlihat di atas awan

Dari Pos 4 ke Pos 3 terasa sangat melelahkan buat putra saya dengan kondisi kakinya yang masih belum pulih, beberapa kali dia terpeleset dan bahkan hampir mengarah ke jurang yang sempat saya tahan. Ditambah lagi hujan kembali membasahi perjalanan kami. Saya carikan kayu sebagai tongkat darurat buat putra saya dan kamipun berjalan perlahan tapi pasti. Meskipun beberapa kali para pendaki lain mendahului kami yang tidak kami hiraukan untuk menyusulnya. Hampir tiap 300 meter putra saya meminta untuk break dan disaat itupun saya bantu dengan mengurut pergelangan kakinya yang masih sakit.


Bunga Edelweis yang baru tumbuh dan belum berbunga

Deksa diantara bunga Edelweis

Di luar akal saya tiba-tiba dari dalam hati ada yang bilang agar air dari sumber mata air yang kami ambil dari mata air didekat pos 3 saat kami mendaki kemarin sebaiknya di siramkan ke kaki anak saya agar dia kuat bisa sampai bawah. Sayapun dengan lillahita'ala menyiramkan air tersebut ke kaki kami semua, serta memohon doa kepada Allah agar diberikan kekuatan hingga sampai camping ground.

Akhirnya kamipun tiba di Pos 3 dengan kondisi hujan masih menyertai perjalanan kami. Kami hanya berhenti sebentar dan melanjutkan perjalanan menuju pos bayangan. Di perjalanan dari Pos 3 menuju Pos Bayangan ini, tiba-tiba putra saya mendapat keajaiban dimana kakinya bisa berjalan cepat kembali. Alhamdulillah kamipun dengan cepat tiba di Pos bayangan.

Setelah dari Pos bayangan menuju Pos 2, kembali perih dirasakan oleh putra saya. Akhirnya kamipun kembali jalan terseok-seok menuruni jalan curam bebatuan. Beberapa kali putra saya kembali terpeleset akibat menahan sakit kakinya. Terbesit rasa sesal mendalam telah mengajaknya untuk mendaki gunung sehingga dia menderita.

Dengan susah payah tibalah kami di Pos 2. di Pos 2 terlihat 1 tenda para pendaki yang masih berdiri, dan kamipun hanya bertegur sapa dengan para pendaki tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan.

Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 1, semakin melelahkan dan membuat putra saya semakin pelan jalannya. Dan sayapun tetap rela menyuruhnya jalan dahulu agar bisa menjaganya apabila terpeleset dan agar tidak tertinggal.

Setiba di Pos 1 kamipun beristirahat, minum dan kembali mengurut kaki putra saya. Disana juga terlihat 3 orang pendaki yang beristirahat untuk melanjutkan turun ke base camp. Dengan ngemil makanan kacang telur yang kami beli dari Mbok yem guna menambah tanaga kembali sebelum melanjutkan ke base camp.

Perjalanan kami lanjutkan menuju base camp. Kembali putra saya terpeleset ditengah perjalanan meskipun sudah berhati-hati. Dan sayapun kembali mengurut kakinya. Kalau dihitung-hitung sudah 9 kali terpeleset. Terbayang dibenak kami berdua saat perjalanan menuju base camp, kalau kami sungguh tidak percaya bisa sampai di antara Pos 1 dan base camp tersebut. Kami hanya membayangkan bagaimana kalau kami masih di Puncak Argo Dumilah, atau Warung Mbok Yem atau di Pos 5???

Ditengah perjalanan menuju base camp saya merasa kelaparan yang sangat amat, Alhamdulillah saya habiskan cemilan kacang dari warung Mbok Yem tadi. Kira-kira 200 meter lagi akan sampai ke base camp, kedua kuku jempol kaki saya terasa pedih yang sangat amat akibat terendam basah dan tertekan oleh sepatu. Akhirnya saya putuskan untuk melepas sepatu dan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki saja.


PENUTUP

Alhamdulillah, kira-kira jam 12:00 siang kamipun tiba di tenda camping ground dekat base camp tempat istri saya menunggu. Saat membuka tenda saya sampaikan maaf yang mendalam kepada istri tercinta karena saya semalam meninggalkannya di tenda sendirian. Setelah saya dan putra saya cerita panjang lebar akhirnya istripun bisa menerimanya. Disaat itu istri sayapun sudah was-was dan sudah mau menyiapkan photo saya dan putra untuk dilaporkan ke pos penjaga karna sampai jam 9 pagi belum turun juga.

Istripun menyiapkan makanan buat kami, saya dan putra saya bersalin pakaian. Kamipun menyantap makanan siang dengan lahap. Setelah itu saya dan putra saya istirahat tiduran dahulu kira-kira 30 menit buat menghilangkan rasa kantuk yang amat sangat.

Terbangun dari istirahat, kamipun bergegas menutup tenda dan membersihkan sampah kotoran ketempat sampah. Jam 13:00 kamipun melapor ke pos penjagaan bahwa kami akan pulang. Setelah itu kamipun menuju mobil diparkiran dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Alhamdulillah kami tiba pukul 15:00 di rumah daerah Solo dengan selamat. Semoga petualangan kami ini bermanfaat buat semua yang ingin mendaki ke Gunung Lawu melalui jalur Cemoro Kandang.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu,
DK

No comments:

Post a Comment