“ittaqunnar walau bisyiqqo tamrotin: Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114)

Friday, March 24, 2017

Khutbah Jum'at – Belum Tibakah Saatnya Untukmu?


Alam ya’ni lilladzina aamanu, ‘antakhsa’a qulubuhum lidzikrillah, wama nadzala minal haqq, walaa yakuunu kalladzi na uutul kitaaba min qobl, fathoola ‘alaihimul ‘amad, faqosot quluu buhum, wakasiyrum minhum faasikuun. Ama ba’du.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Dari Surat Al Hadid, ayat 16 diatas, yang sudah khotib bacakan, Allah jala jalalu mengatakan: Alam ya’ni lilladzina aamanu“Apa belum tiba saatnya, bagi orang-orang yang beriman”, Allah berbicara didalam ayat ini tentang hamba-hambanya yang beriman. Yang percaya bahwa ada yang menciptakan dirinya, yang percaya bahwa aka nada hari kebangkitan, hari mempertanggung jawabkan semua yang Allah berikan kepada dia, dan semua amal perbuatannya.

Apa belum tiba saatnya bagi orang-orang Islam, yang mengaku Islam, yang KTP nya Islam, yang mereka mendengarkan adzan, yang mereka Sholat, “apa belum tiba saatnya bagi mereka”.

‘antakhsa’a qulubuhum lidzikrillah “hati mereka, untuk khusyuk, untuk tunduk, untuk patuh pada dzikrullah, pada Al Qur’anul karim”. wama nadzala minal haqq “dan apa yang Allah turunkan dari kebenaran.” walaa yakuunu kalladzi na uutul kitaaba min qobl “agar mereka tidak menjadi seperti ahlul kitab, seperti orang-orang nasoro dan yahudi” 

Bagaimana kondisi mereka? fathoola ‘alaihimul ‘amad “dalam kurun waktu yang cukup lama” mereka meninggalkan dzikrullah, mereka berpaling dari Al Qur’anul karim, mereka berpaling dari taurat dan injil sebelumnya, fathoola ‘alaihimul ‘amad “karna waktu yang cukup panjang itu” faqosot quluu buhum “hati mereka menjadi keras”.

Tidak mudah nasehat itu bisa masuk kepada mereka, orang kalau sudah banyak kemaksiatan, sudah disibukkan dengan dunianya, tatkala dibacakan ayat-ayat Allah, tiap Jum’at khotib membacakan firman-firman Allah, tapi apa membekas dihati orang-orang yang hadir? Apa ada dampak baik bagi mereka, bisa ya dan bisa pula tidak. 

Atau mereka datang ke masjid sekedar ritual belaka, mereka datang kesini karena wajib aja sholat Jum’at, kalau tidak wajib mungkin tidak datang. Karna mereka memang tidak pernah melangkahkan kakinya ke masjid, kecuali pada hari Jum’at.

wakasiyrum minhum faasikuun “kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik, orang-orang yang banyak berbuat kemaksiatan kepada Allah subhanallahi wata’ala”

Lantas mau menunggu sampai kapan kita kembali kepada Allah? Mau nunggu tua? Kita tau mati tidak kenal umur, yang tua ataupun muda sudah pasti mati. Laa ta’tikum illa baghta “kita mau menanti kiamat, kiamatpun akan datang secara tiba-tiba, tanpa ada orang yang mempersiapkan diri.”

Rasulullah salallahu’alaihi wasallam menggambarkan bagaimana kiamat itu tiba, orang masih sibuk dengan dunianya. Ada yang masih kerja, ada yang masih jual beli, dalam kondisi mereka tidak mempersiapkan diri. Maka Allah mengingatkan dalam Al Qur’anul karim agar seorang hamba itu, tidak disibukkan dengan dunianya. Nikmatani maghbun fihima katsirum minannas “ada dua nikmat yang manusia tertipu dengan dua nikmat itu” ashyihatu walfaro’ ” yaitu sehat dan waktu luang”.

Ketika kita sehat, kita sibuk main bola, kita sibuk jalan-jalan, kita sibuk ngobrol, kita menyibukkan diri kita dengan sesuatu, yang mungkin tidak berbalik manfaatnya buat kita. Tapi tatkala sakit, maka selesailah sudah, kita mengingingkan, ya Allah aku ingin sholat malam, aku ingin ke masjid, hanya tinggal keinginan belaka.

Seorang hamba yang tatkala dia sehat, dia ke masjid, tatkala sehat dia sholat malam, suatu hari apabila dia sakit, maka dia akan tetap mendapatkan pahala sholat malam dia, pahala jalan kemasjid dia, sama seperti waktu dia sehat. Kana dia tidak ke masjid gara-gara sakit, kalau tidak sakit, dia pasti sudah ke masjid. Tapi kita terlena memanfaatkan waktu sehat kita. Memanfaatkan waktu yang masyaAllah sangat mulia bagi seseorang.

Apabila sakit tiba, masyaAllah seperti orang yang sudah menanti kematian, orang pada datang menjenguk dia, mengatakan fulan masyaAllah mudah-mudahan khusnul khotimah. Kita benar-benar tidak tau kapan kematian itu akan tiba, maka bersegerahlah wasyari’u illa maghfirotin mirrobbikum “cepat-cepatlah kalian meminta ampunan dari Allah dan janganlah ditunda-tunda”. Punya rezeki mau bersedekah, cepat sedekah sekarang, 

Hatta idzaja a’ahada humul maut, qola robbirji’un, la’allii ‘amalu shoolihan fiyma taroktu “sehingga tatkala kematian tiba orang-orang berkata ya Allah kembalikan aku, aku akan berbuat amal Sholeh terhadap apa yang aku tinggalkan.” Sudah tidak ada lagi waktu, dan sudah selesai.

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Ada satu permasalahan yang sangat besar sekali, yang harus membuat kita bersegera kembali, kondisi umat Islam saat ini, dimana-mana hina-dina tidak dihargai, bahkan kedzoliman terhadap umat-umat Islam dilihat oleh dunia, tapi semua diam seribu bahasa membisu. Apa penyebabnya? Penyebabnya bukan mereka orang-orang non muslim, tapi penyebabnya kita umat Islam sendiri. 

Al Imam Syafi’i mengingatkan kita, dia berkata: kita ini senantiasa menyalahkan zaman (waktu), zaman ini tidak memiliki a’ib, tidak memiliki kekurangan, kecuali keberadaan kita di zaman itu. Andaikata zaman itu bisa berbicara, pasti zaman itu akan mencela kita.

Dia akan mengatakan: dulu ketika penghuni zamanku seperti Abu Bakar As Siddiq, seperti Umar bin Khattab, seperti Usman bin Affan, dan seperti Ali bin Abi Thalib, zaman itu begitu indah. Tapi ketika penghuni seperti kalian, kalian yang mencoreng wajah zaman tersebut.

Kedzoliman-kedzoliman terhadap umat Islam, gara-gara kita sendiri, kita bisa bayangkan berapa persen umat Islam laki-laki yang sholat wajib di masjid? Tapi kalau sholat Jum’at baru ramai. Lantas kemana mereka yang tidak sholat wajib di Masjib? Kita harus cari jawabannya sendiri. 

Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: hampir-hampir umat lain itu mengeroyok kalian, seperti orang yang akan memakan kalian bersama-sama dari semua sisi. Dari sisi politik, ekonomi, militer, semuanya. Lalu para sahabat bertanya: apakah kita sedikit pada saat itu ya Rasulullah? Kata Rasulullah: jumlah kalian pada saat itu banyak, ibarat buih dilautan yang diombang-ambingkan gelombang. Peradaban-peradaban barat, budaya-budaya hindu-budha datang ke Indonesia yang menerpa, lantas kita ikutan.

Kemudian Rasulullah mengatakan: Allah akan mencabut rasa gentar musuh kalian kepada kalian. Musuh kalian yang jumlahnya sedikit, tapi tidak takut dengan jumlah kalian yang banyak. Hal ini berbanding terbalik dengan masa Rasulullah, dimana jumlah umat islam sedikit dan musuhnya banyak, tapi musuh takut kepada umat Islam. Perang Badar itu 300 umat Islam melawan 1000 orang Quraisy, dan yang takut yang 1000 orang. Begitupun perang Uhud, Perang Khondak ataupun Perang Yarmuk.

Di saat perang Yarmuk, dimana umat Islam dengan kekuatan 50,000 pasukan, melawan orang Romawi yang berjumlah 200,000 pasukan. Dimana tentara Romawi yang berjumlah 200,00 tersebut takut dengan umat Islam yang berjumlah 50,000 tersebut. Suatu saat panglima perang Romawi tersebut mengutus salah seseorang tentaranya yang keturunan orang arab tapi nasrani, untuk menyusup ke barisan kaum Muslimin. Untuk mencari tau kenapa mereka kaum Muslimin yang berjumlah sedikit, tapi berani melawan kita yang banyak?

Sang utusan tersebut masuklah kedalam pasukan kaum muslimin tanpa dicurigai, dia masuk di sore hari, sampai malam, lalu subuh kemudian dilihatnya di siang hari, dan keesokan malamnya baru pulang. Dia mengatakan kepada pimpinannya: Aku baru saja mendapatkan dari suatu kaum, dari suatu tatanan masyarakat, yang mereka menghidupkan malam mereka dengan sholat. 

Berbeda dengan umat Islam sekarang menghidupkan malamnya dengan apa? Nonton bola. Sementara masjid sepi. Kita lihat tempat-tempat maksiat harus bayar, tapi tetap ramai yang datang, sebaliknya masjid yang gratis tanpa bayar, sepi sedikit yang datang. Subhanallah. 

Itu yang disampaikan oleh utusan tentara Romawi tadi, dimalam harinya umat Islam itu sholat, disiang harinya mereka berpuasa, mereka ber-amar makruf nahi munkar, andaikata rajanya itu mencuri, di potong tangannya sama mereka, andaikata rajanya berzina, dirajam sama mereka. Oleh karna itu umat Islam lebih cinta kebenaran daripada hawa nafsu mereka. Itulah kondisi umat Islam dahulu dizaman Rasulullah dan para Sahabat. Jumlahnya sedikit tapi ditakuti musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak.

Lantas apa kata panglima perang Romawi tersebut: kalau benar yang kau sampaikan itu, maka perutnya bumi itu adalah lebih baik dari punggungnya bumi bagi orang yang ingin memerangi mereka. Dan betul, peperangan itu dimenangkan oleh umat Muslim.

Tapi kata Rasulullah alaihi wasallam, akan datang suatu masa, yang Allah mencabut rasa takut musuh kalian kepada kalian. Sehingga tidak akan takut lagi musuh kalian tersebut. Allah akan melemparkan di hati kalian penyakit wahn. Apa wahn itu ya Rasulullah? Kata Rasulullah: Hubbud dunya wakarohiyatul maut “cinta dunia dan takut mati” 

Mau tidur, kita diajarkan untuk ingat mati. Apa do’a tidur? bismikallahuma ahya wa amut “dengan namamu ya Allah aku hidup dan mati” Karna kita tidak tau besoknya akan hidup atau tidak, tapi terkadang sebelum tidur kita sibuk dengan dunia. Sibuk dengan facebook, sibuk dengan WA, BBM atau lainnya. Padahal belum tentu besoknya kita masih hidup atau sudah mati.

Terus bagaimana solusinya sekarang? Ya kita harus kembali kepada ajaran Rasulullah dahulu. Sudah saatnya kita kembali kepada ajaran Rasulullah yang membuat Umat Islam dahulu ditakuti walaupun jumlahnya sedikit. Lantas mau menunggu sampai kapan kita akan terlena oleh dunia ini?

Rasulullah Salalllahu ‘alaihi wasallam memberikan solusi kepada kita: apabila sistem jual beli kalian itu ‘iinah, ‘iinah itu salah satu sistem jual beli riba, tapi terselubung. Maksudnya, riba tapi dibungkus seakan-akan halal, termasuk mensiasati hukum Allah yang haram supaya menjadi halal.

Kalau kita lihat di Indonesia, apakah ada riba di Indonesia ini? Apa ada bank yang riba? Jawabnya tidak ada, kenapa? Karna tidak mungkin orang bank akan mengatakan: pak pinjaman ini ribanya 5%, sudah pasti orang langsung menolaknya karena haram. Tapi ketika bahasanya diganti, pak pinjaman ini bunganya sekian, pasti orang bilang oh tidak masalah. Inilah salah satu contoh pensesatan terhadap diri kita.

Jadi kata Rasulullah: apabila sistem jual beli kalian itu ‘iinah, maka Allah akan menampakkan kepada kalian kehinaan, dimana tidak akan dicabut kehinaan itu, sampai kalian kembali kepada ajaran Allah yang sampaikan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga kita dan keluarga kita selalu terhindar dari sifat Hubbud dunya wakarohiyatul maut tersebut dan kita bisa kembali kepada ajaran Allah yang sampaikan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam, aamien ya robbal ‘alamin.


Khutbah Kedua

Maasyirol Muslimin Rakhimakumullah,
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, bukti kembalinya kita kembali kepada ajaran Rasulullah, sekarang ini sudah banyaknya bank-bank syariah, banyaknya wanita-wanita yang berkerudung, banyaknya toko-toko busana muslim, banyaknya sekolah Islam dan banyaknya orang-orang yang sudah paham dan menjalankan sunah Rasulullah.

Sekali lagi kita harus merangkul kebangkitan umat Islam ini dengan agama Allah Subhanallahu Wata’ala. Bukan hanya dengan namanya, bukan pula hanya dengan kerudungnya, tapi harus menjalankannya sesuai dengan ajaran Allah dan Rasulnya.

Walaupun sudah banyaknya bukti-bukti kembalinya kita kepada ajaran Rasulullah tersebut, namun harus kita ingat, bahwa musuh-musuh Islam tidak pernah akan tinggal diam. Mereka akan menyusupkan bagaimana kebangkitan umat Islam ini dirusak. Umpamanya munculnya ISIS, munculnya aliran-aliran radikal, itu salah satunya untuk merusak kebangkitan umat Islam yang sebenarnya. 

Kini saatnya sudah tiba kita kembali kepada Allah, kembali kepada agama Allah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah Salallahu’alaihi Wasallam. Tidak dengan ajaran siapa-siapa, tidak dengan organisasi mana-mana, kita kembali kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wasallam. Yang khalifah sesudahnya Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib Radiallahuta’ala anhum.

Semoga bermanfaat,
DK

Sumber:
Ceramah Ustadz Syafiq Riza Basalah - Belum Tibakah Saatnya Untukmu