Peta patahan besar (Megathrust) di Indonesia |
Para pembaca yang budiman, kali ini saya ingin berbagi tentang pelajaran Geografi, khususnya untuk Bumi Indonesia. Kenapa hal ini penting saya sampaikan, karena supaya kita bisa memahami kedepannya nanti agar terhidari terjadinya gempa bumi bahkan Tsunami yang bisa terjadi kapanpun.
Seperti di film-film yang sering kita tonton seperti 2012, San Andreas, dan Earth Quake, tentu kita harus waspada dari sekarang sebelum benar-benar terjadi kejadian seperti di dalam film-film tersebut.
Garis patahan lempeng bumi pada suatu kawasan, hingga kini masih belum mendapat perhatian serius pemerintah, termasuk para ahli geologi di Indonesia. Patahan atau Fault adalah retakan pada kulit bumi dengan dua sisi bergerak berlainan arah serta berpotensi menimbulkan gempa.
Peta Patahan di Indonesia |
Nama-nama Patahan di Indonesia sesuai Slip Rate (rata-rata pergeseran)
No | Nama Patahan | Slip Rate | Tipe Patahan |
1 | Aceh | 2 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
2 | Seulimeum | 2.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
3 | Tripa | 6 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
4 | Renun | 27 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
5 | Toru | 24 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
6 | Angkola | 19 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
7 | Barumun | 4 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
8 | Sumpur | 23 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
9 | Sianok | 23 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
10 | Sumani | 23 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
11 | Suliti | 23 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
12 | Siulak | 23 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
13 | Dikit | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
14 | Ketaun | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
15 | Musi | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
16 | Manna | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
17 | Kumering | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
18 | Semangko | 5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
19 | Sunda | 5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
20 | Cimandiri | 4 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
21 | Opak(Jogja) | 2.4 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
22 | Lembang | 1.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
23 | Pati | 0.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
24 | Lasem | 0.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
25 | Flores back-arc | 28 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
26 | Timor back-arc | 30 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
27 | Wetar back-arc | 30 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
28 | Sumba normal | 10 mm/tahun | Normal-slip (Patahan Turun) |
29 | South Seram thrust | 11 mm/tahun | Normal-slip (Patahan Turun) |
30 | Palu-Koro | 30/35/44 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
31 | Poso | 2 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
32 | Matano | 37/44 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
33 | Lawanopo | 25 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
34 | Walanae | 2 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
35 | Gorontalo | 11 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
36 | Batui thrust | 2 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
37 | Tolo thrust | 9/19 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
38 | Makassar thrust | 4/13 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
39 | Sulu thrust | 10 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
40 | West Molucca sea | 13 mm/tahun | Normal-slip (Patahan Turun) |
41 | East Molucca sea | 29 mm/tahun | Normal-slip (Patahan Turun) |
42 | Yapen | 46 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
43 | Tarera Aidun | 20 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
44 | Sula | 8.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
45 | West Sorong | 8.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
46 | East Sorong | 17 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
47 | Ransiki | 8.5 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
48 | West Mamberambo | 22 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
49 | East Mamberambo | 22 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
50 | Manokwari | 10 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
51 | Waipago | 2 mm/tahun | Strike-slip (Patahan Mendatar) |
52 | Highland thrust belt | 10 mm/tahun | Reverse-slip (Patahan Naik) |
53 | North Papua thrust | 12 mm/tahun | Normal-slip (Patahan Turun) |
Menurut Direktur Pembinaan Penataan Ruang Daerah wilayah 2, kementerian Pekerjaan Umum, Bahal Edison, banyaknya korban materi maupun jiwa manusia akibat bencana gempa bumi lebih banyak disebabkan ketidaktahuan akan adanya patahan di suatu daerah, sehingga tidak ada langkah antisipasi menghadapi pergerakan patahan itu.
“Patahan itu ada berbagai ukuran dan kategori, yang itu harus dihindari. Tapi kalau terlanjur berada di patahan itu karena tidak tahu ya harus ada rekayasa.
Sementara itu Presiden Ikatan Ahli geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari mengatakan, tingkat kerawanan bencana pada suatu daerah diturunkan salah satunya dari panjang patahannya, sejarah gerakan patahan, serta gejala-gejala yang mucul dalam waktu sekitar 1.000 tahun terakhir, yang itu perlu penelitian secara detil.
Titik sejarah kejadian gempa di Indonesia dari Tahun 1900-2009 |
“Ada sekitar 100 patahan, termasuk patahan Opak di Jogja yang jelas bergerak, patahan Grindulu yang berpotensi menyebabkan gempa. Patahan di sekitar Pati yaitu patahan Muria di dekat gunung Muria, itu juga belum diteliti secara detil,” ujar Rovicky Dwi Putrohari kepada Mongabay-Indonesia.
Rovicky menegaskan para ahli geologi telah memiliki peta geologi yang menunjukkan adanya patahan-patahan, meski diakui belum ada perhatian serius mengenai patahan-patahan yang ada merupakan patahan aktif atau tidak aktif.
“Dulu kita tidak perhatian, bahwa patahan-patahan itu kita perkirakan tidak begitu aktif dan hanya sedikit saja patahan aktif. Sebelumnya di Sumatera ada patahan Semangko, yang diyakini sebagai patahan aktif. Patahan-patahan lain tidak diperkirakan aktif, sampai gempa Jogja menunjukkan patahan aktif ternayata cukup banyak,” terang Rovicky.
Peta Lokasi Gunung Berapi Aktif di Indonesia |
Di Jawa Timur sendiri lanjut Rovicky memiliki patahan yang berpotensi aktif, yakni patahan Watokosek yang beradai di Kabupaten Sidoarjo. Patahan itu juga menimbulkan terpecahnya pendapat para ahli geologi terhadap penyebab semburan lumpur yang keluar pasca pengeboran minyak oleh PT. Lapindo Brantas pada tahun 2006 lalu. Pada patahan Watukosek terdapat potongan yang termanifestasi di permukaan serta di bawah permukaan, yang berpotensi aktif karena memiliki panjang lebih dari 15 kilometer.
“Patahan Watukosek cukup panjang dan berpotensi aktif, itu lebih dari 15 kilometer. Kita belum tahu karena belum diteliti, dan juga belum ada catatan sejarah. Nah hal-hal seperti Watukosek belum diteliti dengan detil, artinya potensi patahan-patatahan aktif di Indonesia ini masih banyak yang belum dilakukan studi detil,” jabar Rovicky.
Peta lokasi potensi terjadi Tsunami |
Beberapa tahun lalu terjadi Gempa bumi di lepas pantai Aceh diprediksi menambah beban pada patahan-patahan aktif yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika terjadi gempa lagi di berbagai patahan di Indonesia, maka berpeluang besar muncul gelombang maut tsunami.
Pakar Gempa dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, menyajikan sebuah jalur peta patahan di seluruh Indonesia, yang diklasifikasikan sebagai seismic gap. Seismic gap adalah zona patahan yang diketahui keaktifannya tapi sudah lama tidak terjadi gempa di tempat tersebut. Ada kemungkinan, patahan tersebut sudah mengakumulasi energi gempa yang besar.
Megathrust atau dorongan kuat / patahan besar dengan pergerakan naik adalah salah satu nama yang diberikan untuk Zona Subduksi yang memiliki sejarah gempa yang memiliki banyak gempa berkekuatan 8,0 hingga 9,0. Contoh Sunda Megathrust yang berada di Sumatra yang membentang dari Selat Sunda hingga Kepulauan Nikobar, Sumatra memiliki 2 Gempa berkekuatan besar pertama pada tahun 1833 berkekuan 8,8 hingga 9,2 Mw, kedua tahun 2004 yang berkekuatan 9,1 Mw.
Megathrust juga memiliki masa depan yang menakutkan seperti akan terjadi Tsunami & Gempa besar. Di dunia banyak yang ilmuan yang memprediksi bahwa gempa selanjutnya akan terjadi Sumatera Barat dengan kekuatan 8,8 atau bahkan 9 skala rikter akan terjadi di situ. Selain di Indonesia, di Amerika pun berpotensi khususnya di daerah negara bagian Washington dengan kekuatan 9,0 SKR. Ketiga di Jepang daerah Kanto, Tokyo, dan Yokohama juga berpotensi gempa besar.
Peta Lokasi Pemisahan Patahan di Indonesia |
"Ancaman dari Patahan No. 1,2,3 ini menjadi bertambah tinggi setelah gempa besar yang terjadi di Lempeng Lautan Hindia tgl 11 April kemarin, karena gempa ini, dari analisis data GPS-Jaringan SuGAr LIPI-EOS, memberikan dampak menambah beban ke No. 1, 2, 3. Terlihat bahwa ketika gempa terjadi Segmen No. 1 tertekan sampai puluhan centimeter ke arah Timur," kata Danny melalui pernyataannya.
Danny mengatakan bahwa patahan No. 1,2 dan 3 yang terletak di zona megathrust Sumatra-Selat Sunda inilah yang harus mendapatkan perhatian utama. Megathrust No. 2 yang terletak di perairan Mentawai adalah yang paling detail diteliti sehingga paling banyak datanya.
Di sekitar wilayah ini sering terjadi gempa, sehingga menambah beban. "Dengan berbagai gempa-gempa besar yang bertubi-tubi terjadi disekitarnya akan membuat No.2 makin dekat ke 'waktu ledak'nya karena "stress" pada zona patahan ini akan makin tinggi," jelasnya.
Sedangkan untuk patahan No. 1, segmen Simelue, setelah terjadi rentetan gempa mulai tahun 2004, wilayah ini menyimpan energi gempa besar. Diperkirakan, gempa yang bisa terjadi di wilayah ini berkekuatan 8 skala richter.
Patahan No.3, yaitu Megathrust Selat Sunda-Selatan Jawa selama ratusan tahun tidak pernah terjadi gempa. Walaupun data untuk wilayah ini masih sedikit, namun peneliti memperkirakan lempeng ini dapat menyebabkan gempa hingga 9 skala richter.
"Walaupun bahayanya belum terdefinisi dengan baik tapi sangat penting untuk diwaspadai mengingat wilayah ini amat sangat vital, khususnya DKI Jakarta, dari sudut populasi, investasi, dan bank informasi serta infrastruktur-infrastruktur negara yang sangat vital," jelasnya.
Untuk No. 4, 5, 7, 9 yang terbentang dari tengah hingga timur Indonesia paling tidak banyak datanya. Namun patut diwaspadai karena dari data seismisitas dan catatan sejarah, kita tahu zona patahan ini sangat aktif dan dapat membangkitkan gempa berkekuatan lebih dari 8 SR.
"Segmen-segmen ini sudah lama 'bertapa' alias tidak ada catatan kejadian gempa besar selama sejarah (ratusan tahun-sampai 1600-an Masehi)," kata Danny. (ren)
Semoga bermanfaat,
Ded Lee
Sumber: